Kendati, kini sudah ada Satgas Antimafia bola yang sedang bekerja, Komisi Disiplin PSSI pun masih bekerja, padahal Komisi Disipilin PSSI Â dan seluruh personal di PSSI dari mulai Ketua, Sekjen, dan seluruh bagiannya wajib diperiksa, karena faktanya para pelaku mafia justru ada di sarangnya.
Sementara bila mengutip pendapat Wakil Satgas Anti Mafia Bola, Krishna Murti, ada beberapa klub sepakbola di Indonesia yang pemiliknya juga ada di jajaran struktur PSSI. Ini cuma ada di Indonesia. Penggurus PSSI yang memiliki saham mayoritas di masing-masing klub adalah Iwan Budianto, Edy Rahmayadi, dan Joko Driyono alias Jokdir.
Iwan adalah Kepala Staff Ketua Umum PSSI. Dia tercatat sebagai Dirut PT. Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia, yang merupakan pemilik 70 persen saham klub Arema FC. Persija Jakarta dimiliki oleh Jokdri. Wakil Ketua Umum PSSI itu punya 95 persen saham di PT. Jakarta Indonesia Hebat, yang menguasai 80 persen saham Persija. Berikutnya, Edy Rahmayadi selaku Ketua Umum PSSI adalah pemilik klub PSMS Medan, meski di dalam struktur berstatus sebagai penasihat klub. Pria yang juga menjabat sebagai Gubernur Sumatera Utara itu punya saham 51 persen di PT. Kinantan Medan, yang menaungi klub PSMS Medan. Belum lagi anggota Exco PSSI, Pieter Tanuri, yang menjadi pemilik Bali United. Pieter adalah Komisaris PT Bali Bintang Sejahtera, yang merupakan tempat klub asal Pulau Dewata itu bernaung.
Itulah hal-hal yang membuat Brigjen. Pol. Krishna Murt kesal. Dia mengungkapkannya di media sosial Instagram."Ada beberapa club sepakbola besar banget. Pemiliknya adalah orang-orang dalam federasi. Itu sama saja pengurus FA Inggris juga punya club Chelsea. Pokoknya elu-elu kupret aja dah yang punya bola. Cuma ada di Indonesia yang seperti itu. BONGKAR.,"
Berdasarkan fakta tersebut, selain sepakbola itu seksi dan dapat dijadikan kendaraan politik, sepakbola adalah tempat basah bagi mereka. Saya penah menulis, persoalan mafia bola di sepakbola nasional serahkan saja ke Komisi pemberantasan Korupsi. Namun, kini bila Satgas Antimafia bola yang dibentuk Polri dapat menangani dengan tuntas, tidak pandang bulu, tidak tebang pilih, dan tidak ada KKN, maka publik publik sepakbola nasional sementara percaya kepada Satgas Antimafia bentukan Polri.
Ayo Satgas Antiamafia bola, stop dagelan sepakbola nasional dari para aktor intelektual yang bersembunyi di balik meja. Berangus dan tangkap mereka sampai akar-akarnya. Jangan sampai Satgas Antimafia juga turut bermain menjadi aktor dagelan mafia sepakbola nasional juga.