Timnas dapat mengimbangi Thailand dari segi teknis dan fisik (speed). Namun, dalam hal intelegensi dan personaliti, perbandingannya sangat jauh. Ibaratnya, laga sepakbola antar SMA. Secara fisik sama, namun pola pikir pemain TImnas masih seperti pola berpikir anak SD.Â
Inilah benang kusut Timnas selama ini. Hanya mengambil pemain dari kompetisi yang secara kasat mata, pemain bermain bagus secara teknik dan speed (pemain berbakat) namun melupakan sisi intelektual dan personaliti pemain.
Bila dianalogikan, pemain Timnas Thailand barangkali secara akademis sudah mengantongi ijazah SMA/S1/S2, namun pemain kita sudah mengantongi ijazah apa?Â
Sepakbola modern bukan lagi bicara bakat, teknik, dan fisik. Namun, pemain yang masuk Timnaspun harus cerdas akademis.Â
Sayangnya, siapa yang merancang produk Timnas, sangat kuat dilindungi oleh kata-kata statuta. Seberapapun keras teriak dan protes rakyat oecinta sepakola Indonesia meminta pengurus PSSI lengser, teriakan kerasnya tak berguna. Hanya masuk telinga kanan langsung menerabas keluar telinga kiri.
Ketua PSSI dipilih oleh voters. Sementara para voters juga siapa. Lalu di dalamnya juga penuh intrik dan politik. Inilah dilema sepakbola nasional.Â
Selama lingkarannya masih begini, maka prestasi sepakbola nasional hanya mimpi. Sulit publik sepakbola nasional menyaksikan Timnas yang bermain dengan pola pikir dewasa. Sementara semua pemain Timnas negara lain terpilih karena kedewasaannya. Dewasa artinya, cerdas otak, sikap, pola pikir dan lainnya.
Ironisnya lagi, di level bawah, pembinaan sepakbola usia dini dan muda, para pemain harapan bangsa juga terbudaya dicekoki oleh sepakbola yang hanya berkutat pada pelatihan fisik dan speed, jauh dari pelatihan akademis yang membentuk pemain berpikir cerdas dan memiliki personaliti mumpuni.
Harusnya Kemenpora dan Kemendiknas adalah mitra sejati PSSI dalam melahirkan pemain Timnas yang berstandar tinggi.Â
Kapan pemain Timnas lolos menjadi pemain Timnas karena lulus ujian psikotes seperti layaknya calon siswa/mahasiswa/ karyawan yang melamar sekolah/kuliah/pekerjaan?Â
Sudah tidak zaman. Memanggil pemain masuk Timnas hanya dilihat dari bakat, teknik, dan speed.