Memang, bila dipetakan, mungkin hanya beberapa daerah yang klubnya memiliki suporter yang wajib segera mendapatkan edukasi secara khusus.
Namun, alangkah lebih eloknyanya, bila program edukasi suporter memang dirancang untuk edukasi suporter nasional.
Bila PSSI tetap tidak tergerak dan bergerak melakukan edukasi suporter secara terprogram, terstruktur, dan masif, maka kejadian suporter berbuat tak terdidik, tak memilki tata krama, tak santun, dan tak berbudi pekerti luhur, akan terus berulang.
Percuma, menghukum klub bertanding tanpa suporter. Paling-paling suporter hanya akan berdiam diri tanpa menonton timnya bertanding selama masa hukuman.
Tapi ketika hukuman berakhir dan suporter kembali hadir ke stadion, kira-kira apakah suporter yang tidak diedukasi secara terprogram, tiba-tiba akan semudah membalik telapak tangan dan membuat mereka cerdas dan dapat menjadi suporter terdidik, santun, dan berbudi pekerti luhur.
Hanya ada satu cara membuat seluruh suporter sepakbola nasional berbudi pekerti luhur. Lakukan program edukasi suporter terstruktur dan masif, bukan dengan cara hukum-menghukum, maupun denda-mendenda!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H