Hal lain yang dapat dijadikan bekal bahwa harapan timnas dapat berprestasi, kini seluruh kelompok timnas Indonesia sekuranganya telah disi oleh pemain-pemian yang matang dalam kompetisi reguler. Â Memang belum dapat mengakomodir semua telenta terbaik di seantero nusantara, namun setidaknya, semua pemian yang dipilih oleh pelatih di setiap levelnya, setidaknya ada pengakuan dari publik bahwa pemain-pemian tersebut memang layak dan pantas berjersey timnas Garuda.
Secara realistis, para penggawa timnas di semua kelompok umur memang terpilih sesuai dengan persyaratan dan standar tinggi sebagai calon pemain timnas. Para pemainpun membuktikan diri bahwa mereka memang layak bergabung dengan tim atas kemampuannya yang dibuktikan dengan bermain dengan baik saat diturunkan berlaga.
Realita lain yang dapat membesarkan hati kita semua, publik pecinta sepakbola nasional, bila saya merujuk pada sepakterjang timnas, faktanya timnas Indonesia U-16, dapat meraih tropi Tien Phong Plastic Cup tahun 2017 Timnas Indonesia U-16, Tien Phong Plastic Cup 2017 dan Piala Jenesys 2018.
Lalu timnas U-19 dapat mencuri perhatian dunia di Toulon Tournament 2017 yang diselenggarakan di Prancis. Skuat Garuda dapat mengimbangi permainan Brasil, Republik Ceska, dan Skotlandia. Namun, kendati ada Jepang, Timnas U-19 dianggap sebagai wakil terbaik dari Asia hingga membawa Egy kini bermain di klub Polandia. Meski tak menyabet juara, di Piala AFF U-19 2018, Vietnam dan Thailandpun dapat ditumbangkan.
Untuk timnas U-23, sejak ditukangi Milla, hampir masuk final di SEA Games Malaysa. Dalam Anniversary Cup 2018, faktanya semua lawan dapat diimbangi. Begitupun saat uji coba meladeni Thailand dan Korea Selatan sebagai juara bertahan Asean Games.
Dari realitas-realitas yang ada baik menyangkut kondisi timnas sendiri, maupun calon-calon lawan yang akan dihadapi di Piala AFF, Piala Asia dan Asean Games, rasanya seluruh kelompok timnas dapat unjuk gigi menuai prestasi.
Jangan jadi bumerang
Melihat kondisi realistis baik seluruh kelompok timnas maupun calon-lawan-lawannya, terlebih akan dipertandingkan di depan publik sepakbola nasional karena Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggara, maka setiap kelompok timnas justru harus dapat menjawab kepercayaan publik sepakbola nasional untuk berprestasi.
Kegagalan Indra Syafri megulang sukses tahun 2013 di Piala AFF 2018 akibat terlalu percaya diri dengan pasukannya plus budaya rotasi, akhirnya menjadi bumerang bagi penggawa muda kita.Â
Tersungkur di semi final di tangan Malaysia, tidak boleh diulang oleh Fakhri dan Milla, serta Indra sendiri. Begitupun untuk semua pemain yang terpilih masuk timnas, tidak jemawa dan sebaliknya tidak terbebani oleh target pemerintah dan publik sepakbola nasional untuk meraih prestasi.
Seluruh pelatih, pemain, Pemerintah, dan publik sepakbola nasional harus seiring sejalan dalam rangka merealisasikan tuntutan timnas berprestasi, dan bukan sebaliknya menjadikan tuntutuan tersebut sebuah beban yang harus disandang.