Anniversary Cup 2018 tinggal hitungan jam lagi bergulir. Turnamen dalam rangka HUT PSSI ke-88 yang tidak masuk kalender resmi FIFA ini dalam prosesnya memang tidak semulus yang diharapkan. Padahal inilah  event internasional terakhir untuk menguji timnas U-23 sebelum berlaga di Asian Games 2018.
Regulasi
Rontoknya Malaysia sebagai peserta sama halnya dengan polemik klub Liga 1 yang keberatan melepas pemainnya ke timnas gara-gara jasa pemain pada saat yang sama juga krusial dibutuhkan klub yang bersaing mengejar poin. Ini karena regulasi.
Di luar persoalan Anniversary Cup, Liga 1 yang baru memainkan pertandingan pekan ke-5 juga pun penuh dengan persoalan hingga Komdis PSSI telah beberapa kali menyidangkan beberapa kasus. Hasil sidang Komdispun tak pelak ada yang menimbulkan kontroversi dan anggapan masih adanya campur tangan pengurus PSSI yang memiliki kepentingan terhadap beberapa klub sehingga hukuman dianggap tidak obyektif. Anggapan ini sah-sah saja dengan membandingkan hukuman pada kasus-kasus sepadan lainnya, namun sanki ada yang berat dan ada yang ringan.
Plt Ketum?
Saat berbagai persoalan melanda Liga 1, persiapan Anniversary Cup, publik nasional juga terhenyak dengan respon negatif suporter kepada Plt Ketua Umum PSSI. Tragisnya, respon negatif kepada pengganti orang nomor 1 di PSSI saat ini, di lakukan oleh satu di antara suporter fanatik di Indonesia, yang bisa saja mereprestasikan kondisi sebenarnya, bahwa publik sepakbola nasional sudah gerah dengan PSSI dan individu yang menakodainya.
Piala Indonesia?
Seperti tidak memahami situasi dan kondisi serta pembuatan program sepakbola yang memaksakan kehendak, PSSI di bawah individu tersebut pun tetap memaksakan gelaran Piala Indonesia yang bahkan telah memastikan tanggal kick-off, namun belum mendapat kepastian apakah AFC akan mengakomodir juara Piala Indonsia akan turut berpentas di kejuaraan klub AFC. Bahkan, untuk kepastiannya, PSSI baru akan berkomunikasi, namun Piala Indonesia sudah dipastikan digelar, diikuti oleh sekian ratus klub dari semua kasta (Liga 1, 2, dan 3) plus janji akan uang-uang yang akan diterima setiap klub dari babak awal hingga akhir.
Dua PSSI di Indonesia
Hebatnya PSSI. Gemar dan menggebu mengurus program kegiatan yang berbasis uang. Namun, bicara regenarasi, sepakbola akar rumput (usia dini dan muda) selalu dipinggirkan, hingga kepanjangan tangannya di Kota, Kabupaten, 34 Provinsi mati suri. Kesempatan ini pun dimanfaatkan oleh Kemenpora yang kini juga menjadi organisasi PSSI di Indonesia, karena berhasil menjalanakan kompetisi berjenjang di 34 provinsi Indonesia dengan peserta Sekolah Sepakbola (SSB). Â Publik sepakbola nasional kini tahu, PSSI dan Kemenpora adalah organisasi sepakbola.
Kasus seperti air
Barangkali boleh dibilang tutup mata tutup telinga dengan berbagai persoalan, kasus demi kasus seolah mengalir indah, namun PSSI bergeming.
Tidak logis
Gagalnya laga pekan ke-6 Persija Jakarta versus Persib Bandung yang sedianya dihelat Sabtu, (28/4/2018) juga menjadi isu dan polemik menarik di pentas sepakbola nasional hingga kini.
Kritikan dan sindiran dari Persib akhirnya masuk juga ke wilayah bahwa Persija pemiliknya Plt Ketua Umum PSSI, maka patas saja laga ditunda karena berbagai persoalan melanda pemain tim kebanggaan Ibu Kota Negara Republik Indonesia ini.
Tetapi pertanyaan publik terhadap pembatalan dari polisi yang beralasan karena berdekatan dengan perayaan Hari Buruh, 1 Mei 2018, sangat tidak masuk akal. Bila pertandingan dilakukan pada tanggal 28 April, maka masih ada jarak 3 hari menuju May Day. Mengapa May Day menjadi alasan mengapa Kepolisian tidak mengeluarkan izin. Sangat mengada-ada. Jadi pantas saja berbagai pihak menyorot kasus pembatalan laga dengan alasan yang tidak lucu. Menimbulkan multi tafsir dan kepentingan sepihak.
Tidak kompak
Belum lagi persoalan pembatalan tuntas dan membuat publik legowo, ada pihak yang sudah memastikan tanggal pemunduran jadwal tanding tunda, ironisnya PT LIB sendiri belum memutuskan. Aneh bin ajaib. Bila ini sebuah naskah sandiwara, harusnya melakonkannya kompak, tidak jalan sendiri-sendiri. Semakin jelas, bila pihak lain dan publik sepakbola nasional berpikir bahwa kasus ini memang ada udang di balik batu.
Indra Sjafri Kembali
Adegan lain di pentas sepakbola nasional adalah ketika PSSI menjilat ludah sendiri. Memanggil dan menggunakan jasa Indra lagi menukangi timnas U-19. Alasan sangat kalsik dan sudah ditebak. Pun karena tertekan, tidak ada pilihan, dan menggunakan alasan yang hanya pembenaran.
Skenario apalagi?
Setelah ini, entah apalagi yang akan terjadi. Polemik apalagi! Skenario apalagi PSSI?
Dukung dan cerdas
Kembali ke Anniversary, ayo publik pecinta sepakbola nasional, dukung timnas U-23 berlaga. Merahkan Pakansari. Jadilah pemain ke-12 yang santun dan cerdas memperlakukan stadion dan segala prasarananya. Bersikap santun, simpatik, dan jauh dari anarkisme. Cerdas. Tunjukkan kita bisa menjadi tuan rumah yang baik sekaligus test event sebelum Asian Games.
Prestasi sebelum event resmi!
Publik mancanegara kini sangat kagum dengan sepakbola Indonesia karena fanatisme suporternya. Lupakan polemik klasik yang di cipta PSSI, dukung timnas U-23 untuk berlaga. Meski event tidak resmi, tidak kalah apalagi menjadi pemenang di Anniversary pun sebuah prestasi sebelum turun di ajang sebenarnya. Amin.
Ayo buktikan Milla, bahwa kucuran keringat Anda tidak sia-sia jauh-jauh dari laur sana. Memang ini laga uji coba, namun ukiran torehan U-23 kan menjadi pelepas  dahaga di tengah melemahnya rasa percaya pada " mereka"!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H