Barangkali boleh dibilang tutup mata tutup telinga dengan berbagai persoalan, kasus demi kasus seolah mengalir indah, namun PSSI bergeming.
Tidak logis
Gagalnya laga pekan ke-6 Persija Jakarta versus Persib Bandung yang sedianya dihelat Sabtu, (28/4/2018) juga menjadi isu dan polemik menarik di pentas sepakbola nasional hingga kini.
Kritikan dan sindiran dari Persib akhirnya masuk juga ke wilayah bahwa Persija pemiliknya Plt Ketua Umum PSSI, maka patas saja laga ditunda karena berbagai persoalan melanda pemain tim kebanggaan Ibu Kota Negara Republik Indonesia ini.
Tetapi pertanyaan publik terhadap pembatalan dari polisi yang beralasan karena berdekatan dengan perayaan Hari Buruh, 1 Mei 2018, sangat tidak masuk akal. Bila pertandingan dilakukan pada tanggal 28 April, maka masih ada jarak 3 hari menuju May Day. Mengapa May Day menjadi alasan mengapa Kepolisian tidak mengeluarkan izin. Sangat mengada-ada. Jadi pantas saja berbagai pihak menyorot kasus pembatalan laga dengan alasan yang tidak lucu. Menimbulkan multi tafsir dan kepentingan sepihak.
Tidak kompak
Belum lagi persoalan pembatalan tuntas dan membuat publik legowo, ada pihak yang sudah memastikan tanggal pemunduran jadwal tanding tunda, ironisnya PT LIB sendiri belum memutuskan. Aneh bin ajaib. Bila ini sebuah naskah sandiwara, harusnya melakonkannya kompak, tidak jalan sendiri-sendiri. Semakin jelas, bila pihak lain dan publik sepakbola nasional berpikir bahwa kasus ini memang ada udang di balik batu.
Indra Sjafri Kembali
Adegan lain di pentas sepakbola nasional adalah ketika PSSI menjilat ludah sendiri. Memanggil dan menggunakan jasa Indra lagi menukangi timnas U-19. Alasan sangat kalsik dan sudah ditebak. Pun karena tertekan, tidak ada pilihan, dan menggunakan alasan yang hanya pembenaran.
Skenario apalagi?
Setelah ini, entah apalagi yang akan terjadi. Polemik apalagi! Skenario apalagi PSSI?