Selamat Hari Ulang Tahun (HUT) ke-88 PSSI, lebih bijak dan cerdas dalam menjalankan program kegiatan. Itulah ucapan yang wajib saya ungkap untuk PSSI di hari jadinya yang ke delapan puluh delapan tahun.
Di Tahun 2018 ini, persisnya sejak PSSI ditinggalkan Ketua Umum yang cuti, saya merasakan apapun program yang digelontorkan oleh PSSI, semua terkesan memaksakan kehendak. Termasuk HUT PSSI ke-88 yang harus dirayakan dengan acara Anniversary Cup.
Seluruh publik sepak bola Indonesia tahu bahwa tahun 2018, sepak bola nasional sedang penuh dengan berbagai konsentrasi. Selain harus disibukkan oleh kegiatan sepak bola tingkat internasional mulai dari berlaganya semua level timnas mulai dari U-16, U-19, dan U-23, kemudian Indonesia juga tuan rumah Piala Asia, Piala AFF, dan yang paling dekat adalah menjadi penyelenggara Asian Games, PSSI juga disibukkan dengan tanggung jawabnya memutar kompetisi.
Liga 1 sempat terkendala akibat soal hutang PT Liga Indonesia Baru (LIB) menunggak hutang kompetisi musim sebelumnya. Bahkan saat PT LIB seperti bermain sulap karena tiba-tiba dapat melunasi hutang, dan Liga 1 dipastikan diputar, hanya selang satu hari sebelum kick off, satu sponsor mundur.
Belum lagi persiapan Liga 2 yang juga molor dari jadwal. PSSI, juga tetap memaksakan hadirnya putaran turnamen Piala Indonesia. Persoalan sepakbola nasional juga terus bergulir. Liga 1 yang sudah berputar, hanya dalam empat pekan pertama, Komite Disiplin PSSI telah dua kali mengadakan sidang, yaitu tanggal 3 dan 11 April 2018.
Dari kasus-kasus yang disidangkan, semuanya menyangkut persoalan klasik sepak bola nasional, dan hanya dalam dua kali sidang, PSSI pun meraup uang dendan dengan total Rp 440.000.000,- Hampir setengah miliar. Ironisnya, kasus yang paling menyita perhatian, dalam sidang tersebut menyangkut kasus ulah dan sikap suporter yang anarkis.
Masih hangat sidang yang di gelar Komdis, menyusul berikutnya, kasus bentrok suporter yang berakibat adanya Bonek meregang nyawa karena suporter Persebaya Surabaya tawuran di Kota Solo dalam perjalanan pulang usai mendukung Bajul Ijo di Stadion Bantul saat meladeni PS Tira. Menyusul berikutnya kericuhan yang sangat memprihatinkan sepak bola nasional, atas sikap anarkis suporter Arema saat menjamu Persib Bandung di pekan empat Liga 1.
Liga 1 yang baru berjalan empat pekan saja sudah melahirkan problem serius, hingga Menpora Imam Nahrowi bereaksi tajam. Menpora meminta PSSI untuk dapat mengatasi kasus kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang dengan tegas. "PSSI itu urusin, masa gitu saja tidak bisa ngurus. Tindak tegas," ujar Imam Nahrawi" (13/4/2018).
Kembali menyoal Anniversary Cup 2018 yang bakal digelar di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, 27 April-3 Mei mendatang, dan diikuti oleh Bahrain, Uzbekistan, Korea Utara dan Indonesia selaku tuan rumah.
Tujuannya memang baik, mengukur persiapan tTmnas U-23 untuk berlaga pada Asian Games, namun imbas dari penyelenggaraan Anniversary Cup, bagaimana dengan kepentingan klub Liga 1 yang pemainnya sangat dibutuhkan untuk membela kepentingan klub. Lebih dari itu, Anniversary Cup yang tidak menjadi turnamen resmi FIFA, akan berbahaya bagi pemain timnas yang rentan cidera.
Faktanya lainnya, timnas U-23 dipastikan tanpa striker Almere City, Ezra Walian, yang tidak mendapatkan izin dari Almere City untuk bisa bergabung dengan Timnas Indonesia dengan alasan Anniversary Cup bukan merupakan jadwal resmi FIFA maupun Komite Olimpiade Internasional (IOC).
Meski akhirnya kini Milla sudah memanggil 24 nama pemain yang bakal mengikuti pemusatan latihan sampai ke PSSI Anniversary Cup 2018 dan harus berkumpul di Jakarta sejak Senin (23/4/2018, ternyata Persija Jakarta meminta kepada PSSI untuk bisa mengerti kepentingan klub yang juga membawa nama Indonesia.
Dua pilar Persija, Rezaldi Hehanussa dan Andritany diharapkan dapat membela Persija yang harus menang pada laga terakhir Grup H Piala AFC melawan Tampines Rovers untuk bisa lolos ke fase gugur pada Selasa (24/4/2018). Anniversary Cup bukan FIFA Matchday, jadi Persija berhak menolak untuk melepas dua pemainnya tersebut.
Bila Persija menolak 2 pemainnya bergabung dengan Timnas U-23, maka sikap Persija sama dengan sikap Malaysia mundur dari turnamen karena alasan pemain maupun Almere City, yang tidak melepas Ezra Walian. Namun, alasan Persija lebih bersifat patriotisme karena Persija sedang berjuang di kejuaraan klub Asia untuk nama Indonesia.
Seandainya saja Edy sedang tidak cuti dan meninggalkan panggung sepak bola nasional, apakah PSSI tetap akan memaksakan kehendak dengan menggelontorkan semua program yang jelas berbenturan satu sama lain.
Semoga di usia yang ke-88 tahun, semua yang kini menakhodai organisasi bernama PSSI semakin bijak membuat program kegiatan, dan tegas menangani semua persoalan yang melilit persepakbolaan nasional.
Kembalikan sepak bola nasional ke kitahnya, yang penuh nilai-nilai sportivitas, bukan ditunggangi politik kepentingan. Bagi Timnas U-23, manfaatkan betul kesempatan turnamen Anniversary Cup ini demi mengukur kemampuan timnas yang digadang-gadang mendulang prestasi dalam Asian Games. Dan Persija Jakarta tidak dirugikan karena juga mengemban nama baik bangsa di level Asia. Selamat HUT ke-88 PSSI, sukses perayaannya dengan Anniversary Cup. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H