Saat seluruh rakyat Indonesia begitu perhatian atas sikap suporter sepakbola yang memperlakukan Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) diperlakukan tidak etis oleh suporter saat timnas menjamu Islandia dan peristiwa yang sama diulang kembali ketika Bhayangkara FC meladeni FCTokyo agar tidak terulang di perhelatan final Piala Presiden, ternyata sikap yang dianggap tidak etis justru terjadi bukan karena persoalan suporter lagi.
Penyelenggaraan Piala Presiden edisi ketiga memang sukses, namun peristiwa pelarangan Gubernur DKI Jakarta mendampingi Presiden Joko Widodo untuk memberikan penghargaan kepada para pemenang, sungguh peristiwa yang sangat tidak diduga.
Dalam tayangan video yang kini viral di media massa, tidak terbayang bagaimana perasaan Anies Baswedan sesaat setelah dihentikan oleh Pasukan pengaman Presiden (Paspampres). Dalam tayangan, Anies terlihat santai dan langsung berbalik menuju tempat duduknya kembali.
Penjelasan Bidang Protokoler
Atas peritiwa pelarangan terhadap Anies mendampingi Presiden, Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin sesuai keterangan pers Biro Pers Istana Kepresidenan, Minggu (18/2/2018), dalam keterangan persnya menyatakan tidak ada arahan apapun dari Presiden untuk mencegah Anies. Mengingat acara ini bukan acara kenegaraan, panitia tidak mengikuti ketentuan protokoler kenegaraan mengenai tata cara pendampingan Presiden oleh Kepala Daerah.
Tindakan tersebut merupakan prosedur pengamanan karena Paspampres berpegang pada daftar nama pendamping Presiden yang disiapkan panitia.
Karenanya, Paspampres hanya mempersilakan nama-nama yang disebutkan oleh pembawa acara untuk turut mendampingi Presiden Joko Widodo.
Kontradiksi
Sesuai penjelasan Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, dapat digarisbawahi bahwa Piala Presiden bukan acara kenegaraan dan tidak ada aturan protokoler, namun faktanya Anies sebagai Gubernur DKI dilarang ikut dalam rombongan Presiden turun ke lapangan untuk memberikan penghargaan.
Dari pandangan orang awam, apakah hal ini tidak kontradiksi dengan  fakta selama laga partai final. Selama Persija dan Bali United saling jual beli serangan, Presiden Jokowi dan Gubernur Anies sangat menikmati jalannya pertandingan final. Keduanya menonton dengan rileks, sangat informal, serta akrab.
Presiden menyampaikan selamat dan menyalami Anies saat Persija mencetak gol. Tapi mengapa, di acara informal, seorang yang menjabat sebagai Gubernur DKI, tempat penyelenggaraan partai final Piala Presiden justru dilarang turun mendampingi Presiden?