FORMASI keberangkatan Ekspedisi Ciliwung sudah lengkap. Tim bergerak dari Delta Sukaresmi - Kedunghalang menyusuri aliran sungai Ciliwung. Vegetasi di sisi kiri - kanan sungai dibagian Utara di Kota Bogor masih cukup baik. Rumpun Bambu, pohon Loa, pohon Nyamplung, Beringin, Sengon dan beberapa jenis pohon lain masih dijumpai.Â
Sisi barat sungai adalah kelurahan Sukaresmi, kecamatan Tanah Sareal. Sukaresmi adalah kelurahan sebelah Utara yang berbatasan langsung dengan desa Cilebut Barat, kecamatan Sukaraja, kabupaten Bogor. Pada sisi barat sungai, masih dominan tanah kosong berupa kebun jambu merah, singkong dan pepaya.
Sementara sisi timur adalah kelurahan Kedunghalang, kecamatan Bogor Utara yang berbatasan langsung dengan desa Cilebut Timur, kecamatan Sukaraja, kabupaten Bogor. Kelurahan Kedunghalang juga kelurahan paling utara di Kota Bogor. Berbeda dengan tetangganya, sisi timur dominan komplek pemukiman dan perkampungan warga.
Sekitar 200 meter perjalanan, dijumpai satu kawasan di kelurahan Kedunghalang. Adalah bangunan di (DAS) Daerah Aliran Sungai. Di kawasan ini paling tidak ada 4 usaha industri tahu. Limbah sisa aktifitas usaha ini masih dibuang ke sungai. Ketika lewat, aroma tidak sedap langsung menyergap. Tidak hanya itu, beberapa pipa-pipa plastik warna putih menjulur untuk menyedot air sungai.
Pemandangan lain adalah aneka jenis sampah yang terbawa arus ketika sungai Ciliwung meluap. Sampah itu tersangkut di dasar dan batang bambu yang tumbuh di tepi sungai.Â
Satu batang pohon Loa yang berada di tepi barat sungai, bagian pangkal batang pohon ditutupi sampah yang hanyut. Bahkan, satu buah kasur tersangkut dan menggantung.Â
Setelah sekitar 1 kilometer perjalanan, tim ekspedisi melewati Tugu Pal Batas Kota dan Kabupaten di sisi barat dan timur sungai.Â
Masuk di wilayah desa Cilebut Barat, Sukaraja, kabupaten Bogor di bagian barat sungai Ciliwung berupa dinding sungai yang tinggi dan terjal. Satu rumpun bambu longsor ke aliran sungai. Sebagian aliran sungainya mulai dangkal karena batuan cadas keras dan sebagian lunak. Â Ada beberapa sumber mata air yang masih digunakan warga, terlebih ketika musim kemarau.
Di sisi timur Perumahan Bumi Pertiwi  Cilebut dan Fishing Valley, tim ekspedisi harus turun dari perahu karet karena ada jeram dan dinilai berbahaya. Kemudian perjalanan dilanjutkan.
Semakin ke utara, mulai melewati sisi komplek pemukiman lagi. Adalah Perumahan Bumi Pertiwi 2 dan kebun.
Kemudian, di Karadenan tim berhenti beberapa saat. Di sisi timur sungai dijumpai Tempat Pembuangan Sampah dengan volume cukup besar. Di lokasi ini, sampah dibuang sudah cukup lama hingga saat ini. Sebagian sampah dibakar.
Semakin ke hilir, semakin masif dijumpai rumah-rumah yang berdiri di dekat DAS membuang sampah dan limbah ke sungai. Rasa tegang terkadang menyergap ketika skipper teriak boom. Kadang pula, tim merasa riang saat melewati riak aliran.
Sesekali, anak-anak yang main dengan mandi di sungai pertotonkan aksinya. Terjun dari atas batang pohon ke sungai. Byuuur. Mereka riang bukan kepalang.
Sebelum Jembatan Tegar Beriman, Kabupaten Bogor, tim melewati water park di sisi barat sungai dan instalasi intake PDAM Tirta Kahuripan. Hingga tim harus rehat sejenak untuk makan siang di Yayasan Bambu Indonesia. Satu tempat yang nyaman di tepi sungai Ciliwung, yang konon merupakan pintu gerbang Kerajaan Pajajaran dari sungai Ciliwung.
Di lokasi ini tim istirahat dengan fasilitas sangat baik. Ada toilet bersih, aula, lapangan rumput nan hijau dan lokasi parkir yang lebih dari cukup untuk tim darat dan tim advance. Di sini, kita dapat belajar seluk beluk bambu yang jumlahnya ratusan jenis, termasuk pemanfaatannya.
Terima kasih Abah Jatnika.
Bersambung Ekspedisi Ciliwung 2020 #3Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H