Setiap memulung sampah di Ciliwung, kami selalu menemui sampah berupa kain atau pakain bekas. Atau bekas perlengkapan rumah tangga. Misalnya kain korden, handuk, keset, karpet, kasur gulung, tas. Sampah-sampah ini, kami jumpai di daratan dengan tersangkut batu, pohon dan tertimbun pasir atau tanah. Sementara di dalam air, sampah-sampah ini tersangkut di celah batu.
Kemana baju-baju bekas kita?
Berapa banyak jumlahnya?
Sebaiknya, setelah barang-barang tak layak pakai kembali, sebaiknya dibuang atau dibawa kemana?
Mungkin konyol. Kami di rumah, untuk barang bekas yang berupa kaos, celana panjang, handuk dan lainnya, kami buat keset. Setelah betul-betul tidak bisa dipakai, kami buang ke TPS di lingkungan kami.Â
Sejenak, sambil menulis. Aku berselancar. Mungkin saja aku akan menemukan informasinya. Hhhmmm... Kopi sudah dua gelas tuntas. Info yang dicari masih belum ketemu.Â
Mungkinkah info itu tertimbun bersama sampah kain?
Bagaimana dengan sampah yang bersifat sangat pribadi? Seperti bra dan pakaian dalam lainnya.
Aahhh... Ada-ada saja. Tapi ini bener adanya, kan?Â
Sambil mencari infomasi, kuseduh kopi hitam ketiga ditemani alunan Rod Stewart bersama hujan malam.
Bogor, 1 Oktober 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H