Mohon tunggu...
Su Parmin
Su Parmin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

RAMAH HUMORIS CERIA PENYAYANG

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri Candi Borobudur

11 Januari 2015   05:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:23 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Baiklah Pak, siang ini saya langsung ke Candi Borobudur. Mungkin saya di sana dua hari. Saya mohon pamit juga, mungkin sudah tidak mampir ke rumah ini. Terima kasih atas bantuan dan kebaikan Bapak dan keluarga”

Jam sebelas siang Munjab hendak berangkat ke Candi Borobudur. Dia pandangi sejenak rumah tempat tempat dia singggah. Rumah tersebut nampak sepi. Putri Pak Hardian juga tidak banyak bicara. Jika bertatap muka dengan Munjab gadis itu hanya tersenyum. Gadis berjilbab itu tampaknya memang pemalu. Munjab juga tidak berani bertegur sama dengan gadis itu. Sebelum berangkat ke Candi Borobudur, Munjab sempatkan photo dengan mereka berdua. Kelak photo itu akan menjadi kenangan.

Sebelum berangkat, Munjab temukan koran yang sama dengan koran yang dia baca di kereta. Bedanya, koran tersebut ada sedikit bercak darah kering di bagian depan. Munjab sangat kaget melihat koran yang berada di atas lemari tersebut. Munjab pergi ke Magelang hendak memecahkan misteri lelaki di pelataran Candi Borobodur. Kini, dia malah menjumpai misteri yang membuat bulu kuduknya merinding. Semua keganjilan dan misteri tersebut belum mampu dia pecahkan.

*****

Misteri tentang lelaki di pelataran Candi Borobudur, memang tahayul. Munjab telah melakukan penyelidikan sendiri ke hampir seluruh warga sekitar candi. Berita tersebut hanya dibuat oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Demi mendapatkan sejumlah uang mereka menjual berita palsu. Sudah hampir enam bulan Munjab selesai melakukan penyelidikan itu. Berita tentang misteri candi Borobudur tersebut juga telah hilang digantikan dengan berita-berita yang lain.

Munjab tiba-tiba rindu dengan sosok Pak Hariadi dan anak gadisnya. Dia bulatkan tekad untuk liburan ke Magelang lagi. Kali ini dia memilih kereta pagi, untuk menghindari kejadian misterius malam itu terulang lagi. Rindu Munjab benar-benar tidak bisa dibendung lagi. Sesampai di stasiun Muntilan Magelang, Munjab kaget bukan kepalang. Warung tempat dia makan malam itu sudah tidak ada lagi. Dia tanyakan pada lelaki yang duduk di sekitar stasiun.

“Pak, warung soto yang di samping rel, kok tidak ada?”

“Warung yang mana Mas?”

“Warung, sebelah sini Pak?”

“Di sini sudah tidak ada warung Mas, sejak tahun 1983. Tahun itu terjadi kecelakan kereta Magelang-Yogyakarta-Jakarta. Sehingga pinggiran rel harus steril dari pedagang”

Munjab merinding mendengar penjelasan lelaki tersebut. Lalu siapa wanita penjual soto enam bulan yang lalu? Wanita yang enggan berbicara tersebut? Apakah hubungannya dengan kecelakaan kereta tahun 1983? Munjab meminta lelaki tersebut ke rumah Pak Hariadi. Dia ingin meminta keterangan pada dia tentang kecelakaan kereta tahun 1983. Barang kali Pak Hariadi tahu mengenai kecelakaan maut tersebut. Sesampainya di rumah Pak Hariadi, Munjab bertambah kaget. Rumah itu sudah kosong. Rumah itu hanya menyisakan dinding tanpa atap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun