“Nama saya Hariadi. Panggil saja dengan nama Pak Hariadi”
Ternyata lelaki baik hati tersebut bernama Hariadi. Malam itu juga Munjab menginap di rumah Pak Hariadi. Rumah Pak Hariadi cukup sederhana, namun nyaman. Di rumah itu tinggal juga anak Pak Hariadi. Kebetulan anaknya adalah seorang putri yang masih kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta. Konsentrasi pendidikan yang diambil adalah Pendidikan Sejarah. Munjab berasa senang, besok pagi ada seorang yang bisa diajak berdiskusi mengenai sejarah. Munjab merebahkan badannya di kamar belakang. Dia terlelap ketika mendengar suara seorang wanita membaca Al Quran.
Munjab terbangun, jam di tangan menunjukkan angka 4.30 pagi. Munjab bergegas mengambil air wudlu. Shalat subuh dilakukan berjamaah di rumah, sebagai imam adalah Pak Hariadi. Setelah selesai shalat subuh Munjab mengobrol dengan Pak Hariadi. Dia ingin mengetahui tentang misteri lelaki aneh yang sering hadir pelataran candi Borobudur. Berita lelaki aneh berpakaian raja Majapahit itu menggemparkan para pelaku sejarah.
“Pak, benarkah dengan berita lelaki aneh tersebut?”
“Mas Munjab, jangan percaya dengan berita tahayul itu”
“Tapi berita itu menggemparkan Pak?”
“Berita itu dibesarkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Mereka mencari uang dengan menyebarkan cerita tahayul. Perbuatan seperti itu sangat tercela”
“Bagiamana dengan kondisi masyarakat sekitar candi Pak?"
“Mereka adem ayem. Toh memang berita itu tidak benar. Hanya cerita tahayul tidak bertanggung jawab. Mana ada lelaki besar, terbang di pelataran candi, menggunakan pakaian kebesaran raja Majapahit? Itukan hanya ada dalam cerita dongeng?”
“Bapak benar. Seharusnya kami jeli membaca kejadian tersebut”
“Kalau Mas Munjab masih penasaran? Siang ini datang aja ke Pelataran Candi Borobudur. Silakan tanya pada warga sekitar. Pasti, jawaban mereka sama dengan penjelasan saya tadi”