Mohon tunggu...
Su Parmin
Su Parmin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

RAMAH HUMORIS CERIA PENYAYANG

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri Candi Borobudur

11 Januari 2015   05:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:23 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Berita tersebut mungkin hanya cerita tahayul yang dibuat oleh masyarakat. Agar lebih fantastis, media massa membuat headline yang lebih heboh. Media massa memang tidak utuh menampilkan fakta. Terkadang mereka mendapatkan berita yang asal-asalan. Berita-berita tahayul seperti ini memang masih digemari oleh sebagian masyarakat Indonesia. Pada saat ilmu pengetahuan menghendaki pemikiran rasional. Masih ada juga masyarakat berpikiran irasional, mempercayai cerita tahayul.

Munjab masih khusyuk membaca Al Quran di stasiun Tanah Abang. Jam  sudah menunjukkan angka sepuluh malam. Namun kereta Gaya Malam jurusan Jakarta-Magelang-Yogyakarta belum juga datang. Tidak biasanya kereta telat datang sampai larut malam. Tidak ada penjelasan dari manajeman jika kereta akan datang terlambat. Jika kereta tidak datang, Munjab berkeinginan untuk menginap di mushola stasiun. Munjab, bepikir akan lebih baik melanjutkan perjalanan besok pagi. Di dalam stasiun juga sudah mulai sepi. Munjab hanya berteman dengan dingin angin malam. Tengah malam, stasiun kereta Tanah Abang terasa angker.

Bulu-bulu kuduk Munjab berasa agak merinding. Untuk menghilangkan perasaan angker, Munjab khusyuk membaca Al Qur’an. Belum selesai membaca Al Quran satu juz, Kereta Gaya Malam akhirnya datang. Perasaan Munjab lega, tidak jadi menginap di mushola stasiun Tanah Abang. Munjab, memasuki kereta Gaya Baru Malam. Dia mencari nomor kursi 13 gerbong 13 sesuai yang tertulis di tiket yang dia pegang. Isi dalam kereta itu juga hanya beberapa orang. Aneh, tidak biasanya kereta berisi sedikit orang. Munjab hendak menyapa beberapa orang, namun tatapan mereka kosong. Dia urungkan saja niatnya untuk menyapa orang-orang tersebut.

Munjab duduk di kursi no 13 dan urutan gerbong 13. Pikiran Munjab masih menerawang kondisi kereta yang sepi. Kenapa tidak ada pemberitahuan sebelumnya dari Manajemen Kereta? Munjab berdoa dalam hati, memohon perlindungan dari Allah SWT. Dia pandangi tiket kereta yang dia beli malam itu. Dia baca sejenak tentang tiket kereta itu. Munjab terhenyak seketika, ada yang aneh dengan tanggal yang tertulis? Dia kucek matanya sekali lagi untuk meyakinkan. Dalam tiket itu tertulis tanggal 13 Maret 1983. Berarti tiket itu sudah berusia kurang lebih 31 tahun. Bulu kuduk Munjab merinding saat itu juga. Lalu siapa orang-orang yang berada dalam kereta? Tatapan mata penumpang itu sangat aneh. Mereka saling diam tidak berbicara sepatah kata pun. Munjab makin terhenyak, dinding depan tertulis jadwal pemberangkatan kereta tanggal 13 Maret 1983.

Kereta melaju dengan kecepatan tinggi. Munjab masih sedikit bingung dengan kondisi dalam kereta. Matanya mulia berasa mengantuk berat. Seharian ini Munjab memang belum tidur. Munjab hendak memejamkan matanya. Di bawah kolong tempat duduk dia dapati sebuah koran lawas. Dia ambil, hendak membacanya untuk menghilangkan kantuk. Ketika membaca tanggal yang tertulis di koran tersebut dia terkejut. Munjab ingin segera keluar dari dalam kereta. Bagaimana tidak? Tanggal di koran tertulis 14 Maret 1983. Headline koran tersebut tertulis, kecelakan hebat kereta Jakarta-Magelang-Yogyakarta, tanggal 13 Maret 1983. Di sana juga tertulis jumlah korban meninggal sejumlah 200 orang.

*****

Hawa dingin dalam kereta membuat Munjab tertidur lelap. Munjab tidak tahu kondisi yang terjadi di dalam kereta tersebut. Mungkin Munjab terlalu lelah, sehingga cepat tertidur. Al Quran yang dia baca masih belum tertutup. Al Qur’an itu masih terbuka berada di pangkuannya. Orang-orang aneh dalam kereta hendak mendatangi Munjab beramai-ramai. Tatapan mata mereka kosong dan menyeramkan. Melihat Al Qur’an di pangkuan Munjab orang-orang itu hilang seketika. Munjab tidak menyadari kejadian itu. Kereta masih melaju menuju Magelang dengan kecepatan tinggi.

Ketika terbangun, Munjab dapati kereta sudah berhenti. Orang-orang berwajah aneh dalam kereta juga sudah tidak ada. Munjab mengucek matanya, dia lihat ke luar masih sangat gelap. Di stasiun Muntilan Magelang pun masih sangat sepi. Munjab segera keluar dari kereta, entah kenapa dia berasa sangat lapar. Selang 10 menit, kereta itu kembali berjalan menuju stasiun terakhir yaitu Yogyakarta. Munjab bergegas menuju warung Makan yang ada di stasiun. Kebetulan ada seorang wanita yang masih berjaga di warung tersebut.

“Bu, ada soto ayam tidak?”

Munjab bertanya pada seorang wanita penjaga warung. Namun, wanita penjaga warung itu nampak aneh. Tatapan matanya juga aneh, sepertinya dia tidak suka dengan orang asing. Wanita itu masih terdiam, dia membuat sebua soto ayam untuk Munjab. Tetap saja dia tidak berbicara apa-apa. Munjab melahap soto di hadapannya, perutanya yang lapar kenyang seketika. Dia pandangi sekitar Stasiun Muntilan masih sangat sepi. Setelah selesai makan Munjab meninggalkan dua puluh ribu rupiah pada wanita penjaga warung. Munjab bergegas meninggalkan warung tersebut. Tatapan kosong wanita penjaga warung itu, dia lupakan sejenak.

Munjab berharap ada tukang ojek yang sedia mengantarkan ke losmen untuk beristirahat. Setelah beristirahat, jam tiga sore Munjab berencana mendatangi kawasan Candi Borobudur. Al Qur'an kecil itu dia baca kembali. Dalam gelap remang-remang Munjab berusaha membacanya. Al Qur’an kecil itu menjadi teman Munjab di  saat sepi sekalipun. Membaca Al Qur’an membuat hatinya tenang. Hal tersebut sejenak membuat dia lupa kejadian-kejadian aneh beberapa jam yang lalu. Dari seberang rel muncul lelaki setengah baya memakai baju koko putih. Wajah lelaki setengah baya itu tampak bersahaja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun