“Coba lihat kedua mataku sekarang,” Jariku membentuk angka dua mengarahkannya ke arah mataku “lihatlah di mata ini tidak ada unsur bercandanya,aku serius.Aku mencintaimu”
Kamu terlihat celingukkan,masih belum mempercayai semua kalimat yang aku lontarkan. ”Aku tau kamu bercanda ” kamu memandang lurus kedepan dengan objek yang disebut kebinggungan.
“Kamu tidak mempercayaiku ..”aku mebuyarkan pandangan kosongmu.
“Hahaha itu tidak mungkin”
“Ya..yaa.. baiklah anggap itu tidak mungkin karena kamu sangat mencintai pacarmu.Tapi apakah kamu akan terus bertahan dengannya ,sekali kamu mampu memaafkan kesalahannya,kedua kali dia melakukan kesalahan kamu tetap memaafkan,hingga tiga kali dan seterusnya melakukan kesalahan menjadi kebiasaanya kamu akan terus memaafkan. Itu bukan cinta,sama sekali bukan cinta.”jawabku dengan napas yang berhembus tidak teratur.
Kamu menatapku sangat dalam,tatapan itu meredakan amarahku.Perlahan kamu menyandarkan keningmu di pundakku,wajahmu terbenam disana.Tangismu mulai tercipta tanpa jeda dengan bahu yang bergerak naik turun ,pundakku menjadi tempat yang sempurna untukmu menyandarkan kesedihan.Menangislah dipundakku,biarkan air matamu meresap disana.Aku akan menjadi pencetus bahagiamu,menjadi penampung airmatamu,pendengar yang baik keluhmu,dan membanting tulang untuk apa yang kamu mau.Itu aku untukmu.
Izinkanlah aku mencintaimu satu kali hingga tak terbatasi waktu untuk mengakhiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H