Masih, hari ini aku memandang langit
Bukan langit yang membiru tetapi langit-langit rumah
Masih, teringat kemarin tentang pandang yang sempit
Wajar mata memandang dekat karena cakrawala berbatas langit rendah
Aku membuka jendala, baru mata ini meneropong jauh
Meski selalu ada batas yang memagar jarak pandang
Aku membuka hati, baru pandangan ini menembus dimensi yang rapuh
Keterikan ini sepertinya memapah luruh yang lapang
Melihat ruang, emosi selalu berelasi dengan sensasi
Meski setiap sudut memberikan persepsi yang penuh narasi
Namun setiap tanda yang nampak sepertinya punya konteks
Tak mesti harus seperti dalam tanda dan maksud dalam setiap teks
Asap hari ini sepertinya masalah meski masa lampau menjadi kenangan
Kelukaan dahulu menjadi duka tetapi hari ini menjadi merdeka
Sebab tanya selalu muncul dalam bayang kelam yang selalu datang
Kalam pun menjadi cahaya untuk selalu menerka-nerka
Karena setiap langkah adalah kehidupan
Karena setiap nafas adalah kepulan asap kimia yang terpisah
Sampai aku mampu mencari tempat untuk mempertemukan
Hingga ujung harapan adalah dari Mu yang selalu menjadi berkah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H