Hal tersebut diperkuat oleh sebuah studi tahun 2018 dalam Journal of Biomedical Sciences menunjukkan bahwa sosialisasi memiliki banyak manfaat positif bagi kesehatan otak manusia. Karena seseorang yang selalu berhubungan dan aktif secara sosial memiliki daya ingat dan kemampuan kognitif yang lebih baik.Â
Dengan bersosialisasi, seseorang tentu akan berlatih menghafal wajah, nama dan berbagai ingatan yang tersimpan di otak. Kebiasaan ini akan membantu mengurangi risiko demensia jangka panjang. Wal hasil Nyadran, halal bi halal dan mendoakan leluhur perlu menjadi tradisi yang terus kita rawat. Merawat tradisi Nyadran, halal bi halal dan mendoakan leluhur selain menjaga garis sanad keluarga, juga memberikan wajah kemanusiaan setiap anggota keluarga menjadi lebih bermanfaat bagi anggota keluarga lainnya.
Dengan kata lain, Nyadran, halal bi halal dan mendoakan leluhur mampu memberikan kontribusi bagi wibawa kemanusiaan yang melekat dalam setiap individu. Saling tepo sliro, silih asah, asuh dan asih serta menghidupkan kembali nilai-nilai budaya luhur yang dibangun oleh pada orang tua kita dahulu.Â
Tentu lebih dari itu, Nyadran, halal bi halal dan mendoakan leluhur memberikan identitas dan penguatan atas kemanusiaan di era revolusi industry 4.0 yang penuh dengan replika kemanusian melalui artificial intellegent yang dihasilkan. Bagaimana dengan tradisi disekitar anda, sudahkan dirawat?. Semoga kita bisa merawatnya dengan konteks dan konten yang berprinsip pada kemanusiaan yang adil dan beradab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H