Mendung berbalut lembayung seperti sedang sendu
Petir mengukir dalam pikir tentang persentil yang selalu menukil
Berebut mendut seperti badut yang sedang lapar berselimut pilu
Dunia seperti hanya untuk hari ini dan kemarin yang tak pernah akil
Tak pernah terbayang oleh ku tentang peran tak berperan dan tak berasa
Akal yang melekati dalam setiap manusia tak menjadi bekal
Hati yang meliputi setiap imaginasi sepertinya hanya menjadi busa
Semua tertutup oleh fatamorgana hasrat yang tak pernah kekal
Budak intelektual menggelandang dalam pelukkan kekuasaan
Melepaskan semua hegemoni akal dan nurani atas nama eksistensi diri
Tidak! Sesungguhnya mereka tak akan berkuasa atas akal dan perasaan
Mereka hanyalan sekumpulan budak atas hasrat yang kontradiksi
Mereka hanyalah pewarta pengetahuan yang sementara
Sekali lagi mereka bukanlah intelektual!, tapi budak intelektual
Meneruskan setiap narasi yang dipesan oleh kuasa perantara
Sedih jadinya langit meneteskan air mata dalam keindahan petal
Aku hanya berharap agar kuasa pembebasan atas budak intelektualÂ
Membiarkan mereka menemukan jalan terbaik seperti bilal
Meskipun penuh kerikil dan panas yang menderita bermandikan peluh
Tetapi hujan tetap mampu memberikan mereka tuan sebagai payung teduh
Temukanlah wahai budak intelektual
Lepaskanlah engkau dari kejumudan atas kuasa
Agar kau bisa terbangkan akal dan rasa pada kemanusiaan yang kekal
Hingga kau kembali pada kuasa yang berkuasa atas segala kuasa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H