Detik demi Detik bergerak sangat cepat
Tak peduli dengan lipatan selimut yang masih terhampar
Berlari mengejar ruang, menembus dinding yang berdiri tegak
Berharap ruang rindu berhenti sejenak agar helaan nafasku mampu mengejar
Masa itu adalah ruang dan waktu yang hadir untuk melepas rindu
Memadu kasih dan sayang dengan sang kekasih
Yang setiap kata adalah ungkapan atas tunduk dan patuh
Yang setiap gerak ikhlas adalah berlipatnya asa yang menanti
Suara illahiyah memecah kesunyian malam
Repetisi nada -- nada rayuan keagungan begitu menyejukan
Tebaran hasrat berbagi kebahagian hadir yang sempat terpendam
Kerakusan berganti sejenak untuk menyelami kepapaan
Tak ada ruang dan waktu  untuk berseteru, karena ia damai
Tak ada ruang dan waktu untuk berdebat, karena ia bisu
Tak ada ruang dan waktu untuk berteriak, karena ia sunyi
Tak ada ruang dan waktu untuk bersembunyi, karena ia terang
Dan kini kau pun hampir pergi..
Akupun tak kuasa menghadang kecepatannya bergerak untuk menghilang
Aku bangun tembok besar kau tetap pergi
Aku susun barigade tentara -- tentara bercahaya kau bergerak mengulang
Akupun hanya bisa tunduk dan bersimpuh
Berharap kerinduan itu hadir diwaktu yang tepat
Kerinduan akan bertemunya masa yang begitu indah
Masa dimana semua kebahagian hadir begitu lekat
Ramadhanlah, masa yang  kurindukan
Biarkan ia pergi dan kembali menemuiku
Mungkin aku sempat melupakan
Dan biarkan tahun depan aku dapat melepas rinduku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H