Mohon tunggu...
Supadilah
Supadilah Mohon Tunggu... Guru - Guru di Indonesia

Seorang guru yang menyukai literasi. Suka membaca buku genre apapun. Menyukai dunia anak dan remaja. Penulis juga aktif menulis di blog pribadi www.supadilah.com dan www.aromabuku.com serta www.gurupembelajar.my.id Penulis dapat dihubungi di 081993963568 (nomor Gopay juga)

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Sejarah Olimpiade Terburuk Badminton Indonesia, Bagaimana Berbenah?

1 Agustus 2024   20:10 Diperbarui: 1 Agustus 2024   20:22 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah pemain badminton Indonesia (sumber gambar: Instagram Main Raket)

Badminton lovers di Indonesia sedang kesal dengan hasil yang didapat di olimpiade Paris 2024. Hal ini lantaran Indonesia gagal meraih medali. Di sektor ganda putri tersingkir lebih awal lantaran Apri/Fadia tak memetik satu kemenangan pun. 

Padahal, di olimpiade edisi sebelumnya, ganda putri Indonesia berhasil mempersembahkan emas dari Greysia/Apri. 

Harapan Indonesia masih ada di sektor tunggal putra sebetulnya. Ada Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting yang juga jadi andalan Indonesia. 

Namun, keduanya juga gagal melaju ke babak 16 besar. Jojo kalah dari Lakhsya Sen. Melihat permainan Jojo yang kurang greget menyebabkan penonton gregetan. Sebab, di gim kedua saja Jojo sempat kehilangan enam poin beruntung.

"Saat poin berjalan ketat, kesalahan saya di angka-angka terakhir gim pertama sangat krusial. Sementara, di gim kedua dia lebih percaya diri. Saya sudah coba untuk berani lebih menekan tapi beberapa kali pukulan saya melebar," kata Jojo.

Sementara itu, sedikit ada asa pada Ginting meskipun gimana pertama kalah dari Toma Popov, karena gim kedua menjadi milik Ginting. Sayangnya, di gim ketiga Ginting panen eror. Sedekah poinnya jadi kemenangan mudah bagi Popov.

"Toma bisa lebih all out, lebih nekat dan bisa terus menekan terutama di gim ketiga. Ketika saya mencoba lebih tenang, tekanan dia tidak bisa saya netralkan dengan maksimal."

Teranyar, pasangan ganda putra badminton Indonesia Fajar/Rian kalah dari wakil Cina Liang/Wang dengan skor 22-24 dan 20-22. Dengan demikian hanya tersisa satu harapan Indonesia lewat tunggal putri Georgia Tunjung. 

Dengan kekalahan Fajar/Rian, ini membuat 

Indonesia belum pernah memenangkan sekeping medali warna apa pun dari sektor ganda putra di Olimpiade sejak Markis Kido dan Hendra Setiawan memenangkan medali emas di Olimpiade Beijing 2008.

Dari beberapa obrolan di grup atau komentar, banyak menganalisa penyebab kekalahan wakil Indonesia. 

Kalah mental bisa jadi penyebab utamanya. 

Memang terdengar klise tetapi memang betul adanya. Secara mental pemain Indonesia masih belum stabil dan belum bisa melawan gugup sebab terlihat dari banyaknya sedekah poin yang dilakukan. Total sebelas eror Ginting menyangkut di net selama meladeni Popov.

Strategi menyerang menjadi andalan setiap pemain untuk menang. Namun, pemain Indonesia kurang bertipe ini. Apalagi Jojo. Melawan Sen, harusnya tidak meladeni drive Sen sebab karakternya cocok untuk tipe ini. Sat set. Maka ketika ada bola tanggung, dengan sigap dan lincah memakan bola tersebut. 

Tapi jadi pertanyaan adalah mengapa mentalnya kurang greget? 

Bukankah setiap pemain mendapatkan porsi latihan mental dari pelatih khusus? Ataukah latihan yang kurang memberikan porsi mental sehingga mental mereka menjadi sebuah masalah. 

Ada kebijakan pemerintah yang menurut saya keliru. Para atlet badminton Indonesia telah diangkat menjadi ASN. Ini mengurangi semangat bertanding mereka karena merasa sudah sejahtera sehingga tidak perlu berjuang lagi. Atau berjuang tapi tidak sekuat-kuatnya. 

Ya memang kesejahteraan mereka dari ASN tidak sebanding dengan perolehan juara kompetisi-kompetisi. Tetapi jika dibawa ke Indonesia kondisi itu jauh lebih lumayan. Orang Indonesia biasanya akan terlena jika dalam kondisi nyaman. 

Kedepannya Bagaimana?

Secara skill pemain Indonesia sudah sangat baik. Para pemain juga memiliki rangking dunia yang bagus. namun kenapa masih belum berhasil mengukir prestasi? 

Ke depannya harus perlu diperbaiki masalah mental mereka. Perlu mengembalikan kepercayaan diri sepenuhnya agar menjalani kompetisi dengan maksimal dan penuh daya juang. 

Karena melihat daya juang pemain Indonesia agak kurang. Kalau kalah tapi punya daya juang, penonton juga ikhlas melihatnya. 

Setidaknya kejadian Ginting melawan Shi Yu Qi tidak terulang lagi. Mudah-mudahan badminton Indonesia kembali bangkit. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun