Mohon tunggu...
Supadilah
Supadilah Mohon Tunggu... Guru - Guru di Indonesia

Seorang guru yang menyukai literasi. Suka membaca buku genre apapun. Menyukai dunia anak dan remaja. Penulis juga aktif menulis di blog pribadi www.supadilah.com dan www.aromabuku.com serta www.gurupembelajar.my.id Penulis dapat dihubungi di 081993963568 (nomor Gopay juga)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membeli Kado dengan Ikhtiar Bumi dan Langit

25 Desember 2020   18:14 Diperbarui: 25 Desember 2020   18:18 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istri saya sedang menyiapkan materi ajar. Tiba-tiba dia menggerutu kesal.

"Bener-bener ya ini laptop. Dari tadi loading terus. Bikin kesel aja,"

Padahal jadwal mengajar tinggal sebentar. Saya berusaha membantu. Merefresh laptop dengan harapan bisa lebih kenceng. Tapi tidak banyak membantu. Mungkin laptop ini sudah tua. Dulu beli kondisi second. Tapi kondisinya masih bagus. Cukup mumpuni untuk keperluan mengajar.

Suatu hari anak kami pinjam laptop buat nonton Didi and Friends. Sedang asyik nonton, baterai hampir habis. Lalu pindah ke tempat yang ada colokannya. Saat itulah laptop jatuh. Setelah itu performanya menurun. Kerjanya lambat, sering hang, tiba-tiba mati, atau not responding. Kondisi ini sampai berminggu-minggu bahkan berbulan lamanya.

Pengen membelikan laptop baru. Tapi bingung uangnya dari mana? Gaji saya sebagai guru honorer cukup untuk biaya hidup sebulan. Bukan saya tak pandai bersyukur. Tapi saya berkata jujur.

Sempat berpikir untuk berutang. Tapi tidak jadi. Saya dan istri sudah komitmen untuk tidak gampang berutang. Biarlah hidup seadanya asal tak punya utang. Alhamdulillah sudah 7 tahun berumah tangga kami tak punya utang ke orang lain.

Sebuah Jalan

16 September lalu seorang teman membagi informasi lomba menulis. Periode lomba 21 September -- 18 Oktober 2020. Temanya pengalaman selama mengajar daring. Hadiahnya lumayan besar. Ada 2 laptop untuk 2 pemenang. Saya pun ikut. Bertekad mempersembahkan laptop untuk istri.

Saya segera mencari ide tulisan. Mengingat-ingat pengalaman mengajar. Berhari-hari ditemani kopi saya mengonsep tulisan. Kadang sampai larut malam. Saya membuat dua tulisan supaya peluang menang lebih besar. Konsekuensinya berjuang lebih keras membuat tulisan. Artikel Urgensi Penggunaan Video Pembelajaran Untuk Belajar Dari Rumah Yang Menyenangkan. Inilah Pengalamanku! selesai 3 hari dengan 6 kali revisi. Artikel 3 Strategi Membuat Pembelajaran Menyenangkan selesai 5 hari dengan 4 kali revisi. Ditemani camilan dan kopi kupu-kupu saya sering begadang hingga larut malam.

Setelah merasa tulisan sudah matang lalu saya meng-unggahnya. Perjuangan membuat tulisan selesai. Saya katakan sebagai ikhtiar bumi. Namun, ada satu lagi yang tak kalah menentukan yaitu ikhtiar langit.

Menang lomba adalah rezeki dari Allah. Lalu saya 'merayu' Allah agar memberikan saya rezeki menang lomba. Apa saja yang saya lakukan?

Puasa Sunnah dan Banyak Berdoa

Selama lomba itu saya mulai rutin puasa Senin - Kamis. Saat puasa banyak berdoa. Doa orang berpuasa itu di dengar Allah. Maka saya banyak berdoa agar menjadi juara.

Sebelum sahur saya salat malam. Saat itu juga saya banyak-banyak berdoa. Doa di waktu sepertiga malam juga berpeluang besar dikabulkan Allah.

Mengajak Anak Berdoa 

"Mas Jundi, Ayah ikut lomba nih. Tolong doain ya supaya menang lomba dan dapat hadiahnya. Hadiahnya laptop lho. Nanti kalau dapat laptop bisa dikasih ke bunda. Habis itu bisa buat nonton Mas Jundi sama adek..."

Saat itu si sulung saya mengiyakan.

Suatu hari setelah salat saya di musola saya terkejut. Biasanya anak-anak kalau selesai salat langsung lari. Main di luar musala. Tapi Mas Jundi kok diam, masih duduk bersila, dan mulutnya berkomat-kamit.

"Mas Jundi nggak main sama temen?"

Dia masih diam. Sejurus kemudian dia menjawab.

"Sekarang Mas Jundi habis salat nggak mau langsung mainlah. Tapi Mas Jundi mau berdoa supaya Ayah menang dapat laptop," ujar anak 6 tahun itu.

Sumpah. Saat itu mata saya masih berkaca-kaca. Dia masih ingat kalau saya ikut lomba. Dan mau-maunya menunda bermain untuk mendoakan ayahnya.

Tapi setelah itu justru saya tidak mau bilang kalau ada lomba. Saya merasa kasihan.

Sedekah Tersembunyi

Yang saya maksud sedekah tersembunyi adalah membeli dagangan dari orang-orang 'kecil'. Hampir setiap hari ada emak-emak yang keliling menjual makanan tempo dulu seperti gemblong, opak, dan kue cincin. Kasihan aja lihatnya. Sudah tua tapi harus berkeliling jauh menjual makanan yang mungkin jarang orang membelinya.

Niat saya membelinya untuk membantu supaya dagangannya laris.

"Satunya delapan ribu. Kalau beli dua bisa Rp. 15.000."

Saat itu saya bawa uang Rp. 20.000.

"Tiga ini dua puluh ribu wae lah."

Sejenak saya ragu. Beli tiga kan dapat lebih murah.

"Apa emak nggak rugi?"

"Saetik wae teu nanaon"

Kalau saya iyakan malah nggak jadi sedekah dong. Akhirnya...

"Abdi beli 2 aja, Mak. Sisanya buat Emak ya,"

Beli BBM Bonus Doa

20201225-170255-0000-5fe5c3ea8ede4806db2fda53.png
20201225-170255-0000-5fe5c3ea8ede4806db2fda53.png
Satu lagi sedekah sembunyi. Kalau mengisi bensin saya sering pilih ke Mak Umiyati. Warungnya kecil. Seadanya. Beliau sudah sepuh. Umurnya sekira 60-an. Kalau beli bensin di sana, dapat bonus doa.

Sambil menuangkan bensin beliau mendoakan.. Ada doa dalam bahasa Arab dan Bahasa Indonesia. "Berikan kesehatan, murah rezeki, bisa naik haji....". Wah, ini strategi marketing yang keren. Beli bensin dapat doa.

Lain waktu saya mengisi satu liter tapi ngasih uang Rp. 20.000. Beliau semringah. Beliau berdoa lagi. Di pinggir jalan raya yang ramai itu saya tak malu untuk angkat dua tangan. Mengaminkan doa Mak Umiyati.

Ikut Menyalurkan Bantuan

Lakukanlah banyak banyak perbuatan yang mana kalau kamu lakukan perbuatan itu janji Allah tentang rezeki itu akan turun.

Begitu yang pernah saya dengar dari ceramah seorang ustadz. Salah satu perbuatan yang memancing rezeki dari langit adalah bersedekah. Jujur biasanya saya sedekah uang hanya satu pekan sekali. Itu pun waktu salat Jumat.

Selain sedekah di salat Jumat, saat menunggu pengumuman lomba saya beberapa kali berdonasi untuk menyantuni anak yatim lewat lembaga Zakat di sekolah. Walaupun jumlahnya tidak besar. Saya juga ikut menyalurkannya ke rumah penerima bantuan. Supaya sedekahnya lebih besar ditambah dengan sedekah tenaga.

3-20201225-172509-0002-5fe5c4838ede482916582804.png
3-20201225-172509-0002-5fe5c4838ede482916582804.png

Donasi Buku

Di rumah banyak buku. Saya ingin menyedekahkannya. Ada rasa sayang sebetulnya. Karena pengen buat koleksi perpustakaan keluarga. Setalah dipikir-pikir akan lebih bermanfaat kalau dibaca oranglain daripada sekadar di rak buku. Akhirnya saya mengirim beberapa buku ke teman guru di Tangerang. Berbagi ilmu lewat buku.

2-20201225-173825-0001-1-5fe5c559d541df60a8585ea5.png
2-20201225-173825-0001-1-5fe5c559d541df60a8585ea5.png
Saya kirim paket lewat JNE. Kantornya bagus banget. Bersih, luas, dan tata ruangnya keren. Pelanggan betah dan nyaman berada di kantor JNE.

20201225-171050-0000-5fe5c4eed541df06440adc83.png
20201225-171050-0000-5fe5c4eed541df06440adc83.png
20201225-170512-0000-5fe5c50f8ede4810bd62e4a4.png
20201225-170512-0000-5fe5c50f8ede4810bd62e4a4.png

Tiba Saatnya Pengumuman

Setiap hari saya mampir ke website untuk menengok kalau-kalau ada pengumuman. Sambil satu dua kali baca artikel tulisan guru di sana. Saya tak bisa lama-lama karena terbatas kuota.

Pada 5 November sekira pukul 15.00 WIB saya ngantuk-ngantuk ayam. Istri baru saja terlelap. Malamnya dia begadang menyiapkan materi. Pagi sampai siang mengajar. Sekarang mau istirahat sebentar.

Tiba-tiba ada notifikasi di layar handphone. Akun notifikasi dari twitter saya ada yang mention. Jarang-jarang ada yang mention saya. Setelah saya buka ternyata.... pengumuman lomba menulis itu. Jantung saya langsung berdetak lebih kencang dan darah mengalir lebih deras. Mengantuk pun hilang seketika. Saya juara 2. Saya dapat hadiah laptop.

screenshot-from-2020-11-05-15-08-03-5fe5c6878ede481a35383772.png
screenshot-from-2020-11-05-15-08-03-5fe5c6878ede481a35383772.png
Tak sabar menunggu istri sampai bangun. Dengan sangat terpaksa saya bangunkan dia yang baru saja terlelap. Saya sodorkan handphone biar dia baca sendiri pengumuman itu. Seketika wajahnya cerah. Matanya membesar.

"Mas dapat laptop? Alhamdulillahirabbil 'alamiin.."

Kami pun langsung berpelukan erat. Dengan lisan yang tak henti mengucapkan syukur kepada Allah.

"Dek, dari kemarin Mas pengen belikan laptop. Tapi kalau beli nggak ada uang. Jadi ini usaha Mas buat ngasih laptop,"

"Makasih Mas. Maaf sudah merepotkan,"

"Nggak papa, Dek. Mas juga seneng ngasih senjata biar makin lancar ngajarnya,"

Saat anak kami pulang, saya panggil si Sulung.

"Mas, Alhamdulillah Ayah menang lomba lho. Dapat laptop. Kayak yang didoain sama Mas Jundi kemarin,"

"Iyee.... Dapat laptop"

Sebagai bentuk syukur kepada Allah dan terima kasih pada Mas Jundi, malamnya saya belikan es cream di warung Abah Ata. Warungnya agak masuk ke gang. Sengaja ke sana dengan niat supaya dagangannya laku. Kalau ada yang beli pasti dia senang. Saya hendak berbagi kebahagiaan juga.

"Alhamdulillah ya Ayah bisa menang dan dapat hadiah laptop buat Bunda, Mas Jundi, dan Dek Firaz. Bisa juga beli es krim juga. Kita harus terima kasih ke..."

"Allah...," jawab si Sulung.

"Iya, betul. Kan Allah yang membuat Ayah menang, ya.."

"He-eh," katanya dengan mulut menjilati es cream.

Sungguh sebuah rezeki yang tak terbayangkan. Bisa dapat laptop gratis seharga hampir Rp. 6 juta.

Menang lomba itu rasanya bahagia. Kebahagiaan itu makin lengkap saat hadiah tiba.

Siang itu datang kurir JNE. Saya tanya buat siapa paketnya.

"Buat Supadilah," katanya.

Pasti laptop! Hampir saja saya bersorak. Tapi batal karena ada kurir. Saya ajak anak dan istri buka paket itu. Hati-hati sekali membukanya. Sekalian meng-unboxing.


"Makasih ya Mas. Sekarang ngajar jadi lancar. Alhamdulillah berkat hadiah Mas. "

"Iya, Dek. Jangan lupa kalau Allah yang ngasih rezeki ini."

"Eh iya ding."

1-20201225-173819-0000-1-5fe5c6a68ede481a063c1c72.png
1-20201225-173819-0000-1-5fe5c6a68ede481a063c1c72.png
Ada rasa haru. Dengan modal tenaga, pikiran, dan doa akhirnya saya bisa memberi kado indah untuk istri. Teringat berhari-hari menulis hingga begadang menyelesaikan tulisan. Ditemani kopi pahit agar mata senantiasa menyala. Alhamdulillah perjuangan itu tak sia-sia. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun