Mohon tunggu...
Supadilah
Supadilah Mohon Tunggu... Guru - Guru di Indonesia

Seorang guru yang menyukai literasi. Suka membaca buku genre apapun. Menyukai dunia anak dan remaja. Penulis juga aktif menulis di blog pribadi www.supadilah.com dan www.aromabuku.com serta www.gurupembelajar.my.id Penulis dapat dihubungi di 081993963568 (nomor Gopay juga)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Guru Inspiratif

9 Oktober 2017   11:49 Diperbarui: 9 Oktober 2017   12:21 4557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apakah Indonesia punya guru inspiratif? Saya yakin punya. Bahkan jumlahnya banyak. Ada yang terekspos media, ada pula yang tetap menginspirasi ditengah sunyi. Menjadi guru inspiratif bukanlah hal mustahil. Dan tentu saja, kita berharap Indonesia memiliki lebih banyak lagi guru inspirati. Aamiin.

Kesabaran Seorang Guru

Tugas seorang guru adalah mengajar, melatih, dan mendidik. Mengajar artinya meneruskan atau mentransfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge). Melatih adalah mengembangkan keterampilan yang dimiliki siswa. Guru mengarahkan dan meningkatkan kemampuan siswa. Mendidik adalah menanamkan nilai-nilai hidup. ketiga hal ini tidak lepas dari fungsi seorang guru. Idealnya ketiga hal ini bisa dilakukan oleh setiap guru. Namun yang terpenting adalah guru bisa menjadi pendidik bagi siswa. Guru yang bisa menanamkan dan mewarnai karakter siswa.

Guru memiliki pekerjaan berat. Melawan paradigma tentang sekolah yang hanya untuk mendapatkan selembar ijazah sebagai bekal mencari kerja. Atau sekolah sebagai sebuah keterpaksaan karena program pemerintah 'Wajib Belajar'. Sehingga sekolah menjadi sebuah masa tunggu bagi anak-anak sebelum nantinya mereka bekerja mencari nafkah. Sebab ada juga orang tua yang menganggap sekolah hanya menghabiskan waktu dan biaya saja. Umumnya terjadi pada masyarakat kelas bawah.

Guru dihadapkan realita degradasi moral yang melanda generasi muda. Masalah sosial itu terjadi pada cara berbicara, berpakaian, dan bergaul mereka. Kata-kata vulgar menjadi biasa dalam percakapan langsung maupun di dunia maya. Ditambah gencarnya sosial media yang menyuguhkan beragam teladan yang tidak baik. Membuat mereka mau tidak mau terpapar dengan suguhan itu. Kemajuan teknologi menghadirkan budaya instan, materialistis, dan hedonis. Generasi muda kita diimingi kesenangan yang instan. Mengumbar hawa nafsu yang dapat merusak masa depan mereka. Maka tidak heran kita temui siswa yang lebih tertarik dengan HP, sepeda motor, jalan-jalan atau kongkow-kongkow ketimbang belajar. Di sekolah tidak betah. Inginnya cepat pulang. 

Seorang guru harus mau ambil bagian dalam perbaikan moral generasi muda kita. Guru harus mau. Dengan bimbingan dan pembinaan generasi muda dengan sabar dan tekun. Utamakan memberikan keteladanan. Menampilkan sikap-sikap dan kebiasaan positif kepada mereka. Mungkin tidak cukup satu dua kali kita menegur atau mengarahkan. Namun dengan kesabaran, meskipun tidak sampai pada tujuan, usaha kita akan dinilai oleh Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun