Doa Sang Guru
Jangan melupakan doa dalam pekerjaan guru. Doa juga dibutuhkan saat menghadapi siswa yang beragam tingkahlakunya. Bisa jadi kegagalan guru dalam mendidik dikarenakan terlalu percaya diri mengandalkan kemampuan diri sendiri. Guru kurang berhasil dalam mendidik karena kurang do’a. Tidak melibatkan Allah yang menggenggam jiwa mereka. Padahal do’a adalah senjata orang mukmin. Banyak yang diluar kemampuan manusia bisa terjadi karena do’a.
Prestasi siswa bisa ditingkatkan dengan do’a. Akhlak mulia siswa bisa terbentuk dengan do’a. Sempatkan menyebut nama-nama siswa kita dalam doa. Atau mendoakan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia secara umum. Doa itu menunjukkan kepedulian kita.
Seperti sebuah ilustrasi berikut. Di sebuah pesantren, seorang guru kewalahan menghadapi kenakalan santri. Karena tidak tahan, sang guru melapor kepada kyai. Pimpinan pesantren. Sang guru curhat kepada kyai yang mendengarkan dengan seksama dan tenang. Ketika cerita sang guru selesai, kyai meminta sang guru menuliskan nama-nama santri nakal. Sang guru sumringah. Dia yakin kyai akan memanggil santri nakal untuk kemudian memberikan hukuman. Sang guru kemudian pamit dengan hati yang semakin gembira.
Keesokan harinya, sang guru heran. Karena dia tidak melihat tanda-tanda santri dipanggil atau dihukum oleh kyai. Kemudian dia menghadap kyai untuk bertanya. ““Maaf Kiai, santri-santri kok belum ada yang dihukum atau diusir?” Kyai malah menjawab, “Lho siapa yang mau mengusir? Nama-nama santri itu saya minta untuk saya doakan setelah shalat tahajud. Agar mereka tidak nakal lagi. Mereka dipondokkan karena nakal. Harapannya, biar mereka tidak nakal lagi”.
Begitulah. Mungkin, kita lupa mendoakan siswa yang nakal. Sehingga mereka tetap dengan kenalakannya. Bahkan, mungkin permasalahan di negeri kita tidak kunjung selesai karena kita lupa untuk berdo’a.
JADI GURU HARUS SABAR