Mohon tunggu...
Supadilah
Supadilah Mohon Tunggu... Guru - Guru di Indonesia

Seorang guru yang menyukai literasi. Suka membaca buku genre apapun. Menyukai dunia anak dan remaja. Penulis juga aktif menulis di blog pribadi www.supadilah.com dan www.aromabuku.com serta www.gurupembelajar.my.id Penulis dapat dihubungi di 081993963568 (nomor Gopay juga)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jadi Guru Harus Sabar

29 Juli 2016   14:12 Diperbarui: 29 Juli 2016   14:19 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Doa Sang Guru

Jangan melupakan doa dalam pekerjaan guru. Doa juga dibutuhkan saat menghadapi siswa yang beragam tingkahlakunya. Bisa jadi kegagalan guru dalam mendidik dikarenakan terlalu percaya diri mengandalkan kemampuan diri sendiri. Guru kurang berhasil dalam mendidik karena kurang do’a. Tidak melibatkan Allah yang menggenggam jiwa mereka. Padahal do’a adalah senjata orang mukmin. Banyak yang diluar kemampuan manusia bisa terjadi karena do’a.

Prestasi siswa bisa ditingkatkan dengan do’a. Akhlak mulia siswa bisa terbentuk dengan do’a. Sempatkan menyebut nama-nama siswa kita dalam doa. Atau mendoakan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia secara umum. Doa itu menunjukkan kepedulian kita.

Seperti sebuah ilustrasi berikut. Di sebuah pesantren, seorang guru kewalahan menghadapi kenakalan santri. Karena tidak tahan, sang guru melapor kepada kyai. Pimpinan pesantren. Sang guru curhat kepada kyai yang mendengarkan dengan seksama dan tenang. Ketika cerita sang guru selesai, kyai meminta sang guru menuliskan nama-nama santri nakal. Sang guru sumringah. Dia yakin kyai akan memanggil santri nakal untuk kemudian memberikan hukuman. Sang guru kemudian pamit dengan hati yang semakin gembira.

Keesokan harinya, sang guru heran. Karena dia tidak melihat tanda-tanda santri dipanggil atau dihukum oleh kyai. Kemudian dia menghadap kyai untuk bertanya. ““Maaf Kiai, santri-santri kok belum ada yang dihukum atau diusir?” Kyai malah menjawab, “Lho siapa yang mau mengusir? Nama-nama santri itu saya minta untuk saya doakan setelah shalat tahajud. Agar mereka tidak nakal lagi. Mereka dipondokkan karena nakal. Harapannya, biar mereka tidak nakal lagi”.

 Begitulah. Mungkin, kita lupa mendoakan siswa yang nakal. Sehingga mereka tetap dengan kenalakannya. Bahkan, mungkin permasalahan di negeri kita tidak kunjung selesai karena kita lupa untuk berdo’a.

JADI GURU HARUS SABAR

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun