Mohon tunggu...
Ahmad Sunu Aji
Ahmad Sunu Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Komunikasi UIN SUKA-22107030057

Mari bersenang-senang

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

"Polisi Skena" Dihujat? Dampak Positif Adanya Polisi Skena

15 Februari 2023   06:49 Diperbarui: 15 Februari 2023   06:59 24947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era maraknya musik hardcore, pop punk, punk rock, dan punk-punk lainnya. Banyak bertebaran penggemar baru yang asal ikut-ikutan atau bahasa kerennya disebut "poser". 

Melihat fenomena tersebut sangat disayangkan meskipun musik bersinonim dengan kebebasan berekspresi. Sudah sepatutnya, sebagai penggemar harus mengenal dahulu musik yang akan dibawakan oleh salah satu seniman musik tersebut. Terkadang seniman tersebut merasa risih dengan "polah" poser-poser tersebut, karena cara mereka berdansa tidak cocok dengan musik yang dibawakan.

Sudah sepantasnya para pecinta musik hardcore, pop punk, punk rock, dan sebagainya, atau biasa disebut juga sebagai musik "Underground" ini mulai mempelajari dansa-dansa yang seharusnya di sebuah genre musik. 

Misalnya ada nama "Two-step" dan "Headbang" untuk sesi breakdown musik hardcore, namun two-step tersebut tidak cocok dengan musik yang bergenre punk. Tetapi karena maraknya two-step di sosial media, para poser tersebut melakukan two-step di acara gigs atau konser punk. Tentunya, orang-orang yang telah lama berkecimpung di dunia punk merasa risih dengan cara dansa tersebut.

Source: dokumentasi pribadi
Source: dokumentasi pribadi

Salah satu vokalis suatu band punk juga pernah mengatakan "mosok punk di two-step i", yang dalam bahasa Indonesia artinya "masa musik punk ada two-step". 

Tentunya statement tersebut menguatkan pendapat penulis bahwa polisi skena juga ada manfaatnya bagi skena supaya para poser ini tidak merusak skena yang ada. Dan ada juga unggahan di twitter dengan akun @djinganjingan yang mencuit "Mampus lu noisepop/gaze ditustepin". Dari unggahan tersebut, penulis berasumsi bahwa adanya polisi skena harus ada, supaya tidak banyak manusia poser yang asal-asalan merusak skena di dalam arena gigs.

Source: twitter.com/djinganjingan
Source: twitter.com/djinganjingan

Harapan untuk penggemar musik di Indonesia ini semoga kedepannya bisa lebih baik lagi. Pesan penulis untuk polisi skena bahwa mengkritik itu boleh, asalkan masih pada batas wajarnya. Dan untuk para poser, dimohon untuk memahami  genre musik terlebih dahulu sebelum berdansa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun