skena itu?
ApasihDalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tidak ditemukan pengertian dari kata skena. Kata skena berasal dari bahasa Inggris yaitu "scene" yang menjelaskan tentang suatu tempat kejadian.Â
Di dalam perkembangannya, kata skena sering digunakan dalam dunia musik. Dijelaskan di dalam dunia musik, skena adalah tentang suatu circle, kultur suatu lingkungan atau tempat terjadinya interaksi antara musisi dan penikmat musik sebagai suatu komunitas.
Sementara, arti lain dari skena dalam bahasa gaul memiliki arti yang berbeda. Dalam bahasa gaul, skena merupakan singkatan dari tiga kaya yaitu Sua, cengKErama, kelaNA. Dengan begitu arti kata skena dalam bahasa gaul adalah suasana yang mampu memberikan rasa bersua, bercengkrama, dan berkelana.
Apasih Polisi Skena itu?
Polisi Skena merupakan budaya kritik-mengkritik di kalangan penikmat musik kepada mereka yang dilihat tidak umum dalam cara menikmati musik di suatu konser atau gigs. Istilah tersebut juga merujuk kepada individu-individu yang merasa memiliki wewenang untuk menghakimi selera, opini ataupun kebiasaan sesama penggemar musik di sosial media.
Melihat fenomena tersebut, Sir Dandy mengungkapkan hal tersebut sebagai suatu batasan dalam berekspresi dan menikmati musik. Di salah satu lagu Sir Dandy yang berjudul "Polisi Skena", Sir Dandy mengatakan bahwa seharusnya tidak ada aturan ataupun pihak yang merasa memiliki wewenang untuk menghakimi dan membatasi selera, kebiasaan, serta pendapat orang lain dalam menikmati musik.Â
Dengan cara yang humoris, Sir Dandy juga menyindir stereotip-stereotip yang khas dalam skena musik indie lokal, seperti senja dan kopi yang juga sering digunakan sebagai bahan lelucon.Â
Komentar-komentar dan sindiran tersebut pun diiringi oleh musik dari Riko Prayitno yang memiliki nuansa campuran dari berbagai musik indie yang populer sekarang ini.
Banyak orang yang risih dengan adanya polisi skena. Karena sering  dijumpai orang yang mengenakan kaos suatu band yang hanya karena menyukai desain kaos tersebut dan harus menyebutkan minimal 3 lagu atau minimal salah satu nama personil band di kaos yang dikenakan orang oleh si polisi tersebut.
Namun menurut penulis pendapat Sir Dandy tersebut tidak dapat dikatakan seratus persen tepat. Karena sekarang ini sudah banyak perubahan dalam dunia musik terutama di seputaran musik seperti hardcore, punk, punk rock, pop punk, dan lain sebagainya.
Di era maraknya musik hardcore, pop punk, punk rock, dan punk-punk lainnya. Banyak bertebaran penggemar baru yang asal ikut-ikutan atau bahasa kerennya disebut "poser".Â
Melihat fenomena tersebut sangat disayangkan meskipun musik bersinonim dengan kebebasan berekspresi. Sudah sepatutnya, sebagai penggemar harus mengenal dahulu musik yang akan dibawakan oleh salah satu seniman musik tersebut. Terkadang seniman tersebut merasa risih dengan "polah" poser-poser tersebut, karena cara mereka berdansa tidak cocok dengan musik yang dibawakan.
Sudah sepantasnya para pecinta musik hardcore, pop punk, punk rock, dan sebagainya, atau biasa disebut juga sebagai musik "Underground" ini mulai mempelajari dansa-dansa yang seharusnya di sebuah genre musik.Â
Misalnya ada nama "Two-step" dan "Headbang" untuk sesi breakdown musik hardcore, namun two-step tersebut tidak cocok dengan musik yang bergenre punk. Tetapi karena maraknya two-step di sosial media, para poser tersebut melakukan two-step di acara gigs atau konser punk. Tentunya, orang-orang yang telah lama berkecimpung di dunia punk merasa risih dengan cara dansa tersebut.
Salah satu vokalis suatu band punk juga pernah mengatakan "mosok punk di two-step i", yang dalam bahasa Indonesia artinya "masa musik punk ada two-step".Â
Tentunya statement tersebut menguatkan pendapat penulis bahwa polisi skena juga ada manfaatnya bagi skena supaya para poser ini tidak merusak skena yang ada. Dan ada juga unggahan di twitter dengan akun @djinganjingan yang mencuit "Mampus lu noisepop/gaze ditustepin". Dari unggahan tersebut, penulis berasumsi bahwa adanya polisi skena harus ada, supaya tidak banyak manusia poser yang asal-asalan merusak skena di dalam arena gigs.
Harapan untuk penggemar musik di Indonesia ini semoga kedepannya bisa lebih baik lagi. Pesan penulis untuk polisi skena bahwa mengkritik itu boleh, asalkan masih pada batas wajarnya. Dan untuk para poser, dimohon untuk memahami  genre musik terlebih dahulu sebelum berdansa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H