Berdasarakan data yang disajikan oleh presiden Director, The Nippon Foundation -- GEBCO (General Bathymetric Chart of Ocean)Seabed 2030 Project, Jamie Mc Michael Phillips, dalam laporan resmi Marine Geospatial Data: the Cornerstone of the Blue Economy, menyatakan bahwa bukan hal yang mengejutkan ketika, secara global, Ekonomi Biru diperkirakan akan bernilai lebih dari 2,3 triliun dollar Amerika Serikat pada tahun 2030, mendukung 40 juta pekerjaan. Sedangkan salah satu penyangga perekonomian berasal dari komodoti yang bersumber dari dasar laut. Sumber komoditi kelautan tersebut berasal dari perikanan bawah laut, pengelolaan dasar laut untuk pipa gas bawah laut, penggunaan dasar laut untuk kabel bawah laut, pemetaan ekologi bawah laut sebagai sumber hayati hingga sumber pangan baru terbarukan dan eksplorasi-eksploitasi sumber mineral langka dari dasar laut. Untuk memperoleh gambaran dan penjelasan lingkungan geografis dengan segala potensi kelautan yang menguntungkan serta memberikan nilai ekonomis yang tinggi maka diperlukan suatu pemetaan bawah laut.
Salah satu metode pemetaan bawah laut adalah pengumpulan bathymetry data bawah laut. Bathymetry data dasar laut sangat penting untuk keselamatan navigasi dan untuk menetapkan batas-batas landas kontinen yang diperluas (Extended Continental Shelf/ECS) di bawah Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS) (Jakobsson , 2003). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan rinci tentang batimetri perairan suatu negara juga penting untuk tujuan politik, ekonomi, komersial, pertahanan dan kedaulatan. Beberapa contoh lain untuk penggunaan data batimetri digunakan untuk proyek atau misi Search and Rescue/SAR pesawat komersial yang mengalami musibah kecelakaan, yaitu MH 370 yang ditemukan di dasar laut ; (hazard studies) pendeteksi dini bencana alam seperti tsunami hingga perubahan iklim (slope failures or turbidity currents) dengan survei berulang, dapat digunakan untuk memantau perubahan dasar laut dari waktu ke waktu (Chiocci et al., 2011) ; Ocean Circulaton Models, yang berfungsi sebagai penyedia data yang akurat untuk mensimulasikan fenomena global seperti peristiwa El Nino atau data awal pendeteksi dini kemungkinan terjadinya bencana; Seafloor installation, yaitu pemetaan untuk tujuan pembangunan infrastruktur kelautan dengan nilai ekonomi tinggi, seperti pemasangan kabel, pemasangan pipa dan platform bawah laut, penahan rig, pertambangan bawah laut atau pengerahan mesin-mesin pendukung instalasi yang memerlukan data batimetri dengan resolusi tinggi ; dan Marine Conservation yaitu dengan adanya informasi dasar laut yang tepat, terutama data batimetri resolusi tinggi, maka kita bisa melindungi setidaknya 10% dari lautan dunia pada tahun 2020 (Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati Aichi Target 11, Sala et al., 2018) dan untuk mendukung pencapaian program Sustainable Developpement Goal/SDG 14 - Life below water -- of the Agenda 2030 for Sustainable Development 2030Â yang merupakan salah satu sumber pangan dunia krusial yang harus dijaga untuk pelestariannya.
Fungsi pemetaan bawah laut ini sangatlah vital, karena selain memberikan informasi tentang zona-zona yang memberikan keuntungan ekonomis dan memiliki sumber daya alam yang berupa gas alam, mineral langka dan lokasi ikan-ikan hidup dan berkumpul, peta bawah laut juga menentukan batas wilayah perairan teritorial serta area yang bisa digunakan untuk pengoperasian navigasi kapal permukaan hingga kapal selam. Sarana utama yang digunakan untuk penegakan kedaulatan maritim suatu negara pada saat menggelar operasi menjaga kedaulatan perairan, termasuk kedaulatan bawah permukaan (dasar laut). Karena dengan adanya pemetaan dasar laut, maka kita akan mengetahui posisi-posisi rawan yang berpotensi untuk bisa diterobos atau dilewati oleh kapal selam asing atau drone bawah laut asing, yang ingin melaksanakan aksi eksplorasi ilegal hingga aktifitas pelangggaran kedaulatan negara melalui wahana bawah laut. Ruang bawah laut merupakan zona lindung dan bertahan bagi kapal-kapal selam negara pantai atau kepulauan saat menggelar operasi khusus strategis. Sebaliknya, apabila negara pantai/kepulauan kurang memberikan pengawasan yang maksimal, akan memberikan "akses" yang bisa dimanfaatkan oleh kapal selam asing atau kapal selam kartel untuk tujuan aksi ilegal (pelanggaran wilayah, penyelundupan narkoba, barang berbahaya, dan barang ilegal lainnya).
Arti penting pengamanan infrastruktur bawah laut, bisa kita pelajari dari kerusakan yang terjadi di pipa gas bawah laut Nord Stream. Gas pipa bawah laut tersebut merupakan jalur penghubung ketersediaan gas sebagai sumber energi yang menghubungkan antara Rusia dan Jerman dengan panjang 1.230 kilometer (775 mil). Pada kapasitas penuh, pipa gas senilai 10 miliar ($11,5 miliar) ini akan menggandakan kapasitas ekspor gas langsung Rusia ke Jerman menjadi 110 miliar meter kubik (BCM) per tahun. Dengan kerusakan yang terjadi, dipastikan bahwa pasokan gas terganggu serta negara yang terlibat proyek tersebut mengalami kerugian ekonomi yang tentu saja tidak sedikit. Kebocoran gas Nord Stream yang yang terjadi menimbulkan pertanyaan serius tentang dampak lingkungan dari insiden tersebut.
Para penyelidik menemukan jejak bahan peledak di lokasi Laut Baltik di mana dua jaringan pipa alam rusak dalam tindakan "sabotase berat" pada bulan September, jaksa penuntut yang memimpin penyelidikan awal Swedia mengatakan pada hari Jumat, 18 November 2022. Mats Ljungqvist dari Otoritas Penuntutan Swedia mengatakan para penyelidik dengan hati-hati mendokumentasikan area di mana jaringan pipa Nord Stream 1 dan 2 pecah yang menyebabkan kebocoran metana yang signifikan. Jaringan pipa bawah laut paralel tersebut membentang dari Rusia ke Jerman. "Analisis yang dilakukan menunjukkan jejak bahan peledak pada beberapa benda asing yang ditemukan" di lokasi, kata Ljungqvist dalam sebuah pernyataan. Otoritas kejaksaan mengatakan penyelidikan awal "sangat kompleks dan komprehensif" dan pemeriksaan lebih lanjut akan menunjukkan apakah ada yang bisa didakwa "dengan kecurigaan kejahatan."[1] source : Swedish prosecutor confirms Nord Stream leak was sabotage (lemonde.fr)
Â
Para ilmuwan iklim mengakui setelah kejadian tersebut bahwa sulit untuk secara akurat mengukur ukuran emisi yang tepat dan mengatakan bahwa kebocoran tersebut adalah "gelembung kecil di lautan" dibandingkan dengan sejumlah besar metana yang dipancarkan di seluruh dunia setiap hari. Gas metana 84 kali lebih kuat daripada karbon dan memiliki sifat tidak bertahan lama di atmosfer sebelum gas tersebut terurai. Dua jaringan pipa Nord Stream diperkirakan mengandung gas yang cukup untuk melepaskan 300.000 ton metana - lebih dari dua kali lipat jumlah yang dilepaskan oleh kebocoran Aliso Canyon tahun 2015 di California, suatu kecelakaan gas metana terbesar yang diketahui dalam sejarah Amerika Serikat. Badan Antariksa Eropa memperkirakan bahwa kebocoran emisi dari pipa gas Nord Stream kira-kira setara dengan satu setengah hari emisi metana global.
Â
Pipa-pipa gas, kabel bawah laut dan infrastruktur bawah laut lainnya merupakan aset strategis nasional hingga internasional yang harus dijaga keamanannya dari gangguan apapun, yang mampu menghambat ketersedian dan proses distribusinya untuk kepetingan ekonomi. Apalagi yang menyangkut industri sumber energi/strategis lainnya, pada sektor-sektor yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Maka, upaya menegakkan kedaulatan dan hak berdaulat agar tercipta situasi yang memperkuat pertahanan dan keamanan penguasaan perairan baik di permukaan, bawah laut dan udara suatu perairan, merupakan hal mutlak yang harus tercapai. Hak dan wewenang penguasaan kedaulatan dasar laut, bisa tercapai dengan ketersediaannya alutsista bawah air atau yang memiliki kemampuan deteksi bawah air sebagai penjamin keamanan dan kedaulatan bawah laut, sekaligus penindak jika ada pelanggaran wilayah teritorial dan hak berdaulat atas perairan yuridiksi.