“Betul, Mas Ndoet. Kemarin tetangga toko saya bertanya, kenapa permohonan kreditnya ditolak, sementara temannya yang berbarengan mengajukan permohonan bisa dikabulkan. Padahal menurutnya, skala usahanya tak berbeda jauh.”
Pandangan ketiga sahabat saya beralih kepada saya.
“Ehm,” saya mencoba memulainya dengan berdehem. “Saya tak akan bisa menjawab secara pasti, tanpa tahu kondisi detailnya.” Semua terdiam mendengar jawaban saya.
”Tapi begini,” sambung saya demi melihat kevakuman yang terjadi, ”Saya akan bicara hal yang mendasar saja. Bahwa, hanya ada dua kondisi dari empat kondisi usaha saja yang layak mendapat pembiayaan atau kredit dari bank.”
”Apa saja itu, Mas?” sahut Bang Sinaga cepat.
“Empat kondisi usaha?! Seperti apa itu, Mas?” Uda Mail pun menyahut tak kalah cepat.
Saya tersenyum. Saya paling senang kalau ada antusiasme dalam sebuah diskusi.
”Kondisi usaha bisa dibagi menjadi empat kelompok,” saya meneruskan.
”Pertama, diistilahkan sebagai kelompok ’Star’. Usaha seseorang yang masuk kelompok ini adalah usaha yang masih dalam posisi terus berkembang alias growth, kuat dalam persaingan, tingkat return atau kemampuan menghasilkan labanya juga tinggi, bahkan memungkinkan untuk melakukan investasi baru. Usahanya sehat dan masih bisa tumbuh.”
Saya mengambil jeda sejenak, sekaligus menunggu tanggapan. Tapi tak ada respon yang menyela, sehingga saya pun meneruskan.
”Kedua, kelompok ’Cash Cows’. Usaha yang tergolong pada kelompok ini masih bagus, kuat bersaing, mampu menghasilkan laba yang tinggi, dan memungkinkan adanya investasi. Tapi sesungguhnya, prospek untuk meningkatkan sales atau penjualan sudah mulai sangat terbatas. Atau bahkan boleh dikatakan stagnan. Omzet dari periode ke periode sudah tak bisa bertambah. Bisa karena pasar yang terbatas, bisa juga karena kemampuan internal usaha atau si pengusaha yang tak mendukung.”