Mohon tunggu...
Nia Nurkhanifah
Nia Nurkhanifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi | Penulis Lepas

Seorang pembelajar sepanjang hayat. Menjadikan tulisan sebagai catatan kenangan untuk anak dan cucu. Dengan sebuah prinsip "Ilmu tanpa amal adalah kegilaan dan amal tanpa ilmu adalah kesia-siaan".

Selanjutnya

Tutup

Politik

Baliho Kepak-Kepak: Hiasan Jalanan Masa Kini

14 Agustus 2021   20:16 Diperbarui: 14 Agustus 2021   20:21 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Sumber: twitter/diazdaz

Beberapa hari yang lalu saya menemukan meme yang sangat menarik di twitter, meme ini dapat diilustrasikan dalam sebuah dialog singkat sebagai berikut:

Tukang Ojek Online : "Mbak, gang rumahnya ini yang mana?".
Pemesan                       : "Bawahnya baliho Bu Puan, belok kiri pak!".
Tukang Ojek Online : "Waduhh mbak saya mo nangis" (sambil memandang baliho Bu Puan yang bertebaran).

Ada juga percakapan singkat yang menarik lagi, seperti berikut ini:

Ibu Guru: "Anak-anak, biasakan berjemur selama 15 menit dirumah ya. Jangan sampai malas!".
Bonar      : "Maaf bu, bukannya kami malas bu" (dengan raut muka sedih).
Ibu Guru: "Lalu kenapa Bonar?".
Bonar      : "Mataharinya ketutupan balihonya Bu Puan bu".

Fenomena pemasangan baliho seperti ini bukan kali pertama. Hampir di setiap waktu yang mendekati pemilu baliho-baliho kandidat wakil rakyat akan memenuhi jalan raya. 

Namun yang menjadi sorotan saat ini adalah pemasangan baliho secara masif padahal pilpres 2024 terhitung masih lama. 

Dana yang digelontorkan untuk pemasangan baliho ini juga cukup menguras kantong bagi saya, namun entah bagi para pejabat. Di kota Solo biaya sewa baliho senilai 20-25 juta dalam 2 bulan. 

Bayangkan jika dalam 1 kota terdapat 15-20 baliho yang dipasang, berapa biaya yang digelontorkan per 2 bulannya? Mungkin sekitar 450 jutaan, wow nilai yang fantastis bukan? Tapi entah menurut para pejabat yang mengagendakan pemasangan baliho ini hehehe. 

Kalau kita telusuri lagi sebenarnya tidak ada masalah dengan pemasangan baliho yang masif ini. Mungkin secara tak kasat mata memang terlihat tidak etis memasang baliho dikala pandemi yang masih mencengkeram ini. 

Opini yang muncul di benak masyarakat yaitu lebih baik mengalihkan dana baliho menjadi dana bantuan kepada pihak yang terdampak pandemi covid. Tujuannya agar para figur yang ditampilkan dalam baliho (contohnya Bu Puan) menampilkan aksi nyatanya, bukan hanya sekedar janji kepak kepak seperti yang terpampang di balihonya. 

Stigma positif masyarakat tentunya akan muncul seiring dengan aksi nyata yang diperlihatkan langsung oleh sosok Bu Puan. Namun, sebenarnya partai PDIP telah mengagendakan bantuan kepada masyarakat yang terdampak covid akan tetapi tidak terlalu disorot oleh media. 

Kini pamor Bu Puan perlahan mulai naik setelah viralnya baliho kepak-kepak di jejaring sosial. Namun elektabilitas beliau masih terpaut jauh dari Pak Ganjar yang digadang-gadang sebagai kandidat terkuat dalam pilpres 2024 mendatang. 

Kalau menurut saya, memasang baliho-baliho para capres itu adalah hak setiap kandidat dan partai yang mengusungnya. Akan tetapi timing dan peletakannya yang berlebihan mengurangi estetika kota. Kota yang harusnya dihiasi oleh tanaman dan pepohonan, kini dihiasi oleh senyuman pahit Bu Puan(canda ya Bu hehe).

Di kota Malang saya menjumpai kurang lebih 5 baliho Bu Puan yang sedang tersenyum dengan slogannya kepak-kepak sayap kebhinekaan. Bisa jadi wajah Kota Malang dipenuhi oleh senyuman Bu Puan jikalau beliau memang mencalonkan diri sebagai calon Presiden RI 2024.

Ya semoga saja dengan baliho kepak-kepak Bu Puan mampu meningkatkan popularitasnya di kalangan masyarakat. Tetapi belum tentu elektabilitasnya juga akan meningkat atau mampu mengalahkan Pak Ganjar. 

Oh iya setahu saya banteng tidak punya sayap Bu, jadi slogan kepak-kepak sayap kurang cocok untuk slogan anda Bu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun