METODE PENELITIAN
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode penelitian literature dengan cara mencari ke berbagai sumber internet yang dapat diakses sebagai kajian dari penulisan ini.
PEMBAHASAN
Seyyed H. Nasr (Wikipedia, Hossein_Nasr, 2019) mengatakan bahwa seni Islam merupakan hasil dari pengejawantahan Ke-esaan pada bidang keanekaragaman yang merefleksikan Ke-Esaan Illahi, kebergantungan keanekaragaman kepada Tuhan Yang Maha Esa, kesementaraan dunia dan kualitas kualitas positif dari eksistensi kosmos atau makhluk sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Quran (Nanang, 2012) Ada beberapa pandangan tentang seni islam ini, ada sebagian pihak yang pro da nada juga yang kontra. Berikut salah satu ayat Al-Quran yang dipakai sebagai dalil diperbolehkannya seni dalam islam, yang artinya:
"Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan" (Al A'raf 180)
Dalam ayat ini jelas tersebutkan tentang "Asmaul Husna", dan di dalam lafadz lafadz asmaul husna tersebut disebutkan kata kata seperti jamal ( maha indah) jalal ( maha agung ) dan seterusnya. Ayat ini dipertegas pula dalam salah satu hadits yang berbunyi: "Empat perkara termasuk dalam kategori kebahagiaan: wanita yang shalihah, rumah yang luas/lapang, tetangga yang baik, dan kendaraan yang menyenangkan." (HR. Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya)" Pada hadist tersebut diatas sangatlah jelas bahwa Nabi Muhammmad adalah manusia pilihan yang juga senang dan menyenagi akan keindahan, dan keindahan itu adalah bagian dari sebuah seni dan berkesenian yang hanaya bisa dirasakan dengan rasa atau perasaan yang hanya dimiliki oleh manusia, dan hanya manusia lah yanag bisa menciptakan seni itu sendiri, pada hadist nabi jelas bahwa rnabi Muhammad tidak anti akan seni dan kesenian. Yang digambarkan di beberapa hadist hadist yang lainnya dari bebrapa periwayatnya. (Muhammadiyah, 2016). Selain adanya dalil yang memperbolehkan kita dalam melakukan aktivitas seni, ada beberapa pandangan yang tidak memperbolehkan aktivitas seni yang didukung pula dengan dalil yang terkait seperti: Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa, yaghuts, yauq dan nasr" ( SuratNuh. 23 )
Hadist Dari Abdullah bin Amru bin Ash, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya orangorang yang membuat lukisan ini akan disiksa di hari kiamat nanti, lalu diperintahkan kepada mereka, Hidupkan apa yang kalian ciptakan itu." (HR. Bukhari Muslim)
Dalam ayat dan hadist tersebut sangatlah jelas perihal pelarangan pembuatan patung-patung dan sejenisnya yang mana pada saaat itu keberadaan patung patung itu di jaadikan penyembahan selain Allah sehingga menjadi syirik, oleh karena itu lah hal tersebut bahaya dari perbuatan syirik. Dimana salah satu perbuatan syirik adalah menyembah selain allah berupa patung-patung dan hal yang sejenisnya. Dimana yang semua itu adalah buatan dari manusia. Patung patung dan sejenisnya ituah hasil dari ekspresi diri dari olah jiwa sehinnga menimbulkan sebuah ekspresi bentuk, yang kesemuanya itulah yanag disebut dengan seni lebih khususnya lagi adalah seni patung.
Lalu bagaimana benang merah untuk permasalahan tersebut?Â
Seni sebagai bahasa universal diharapkan dapat mempromosikan kebaikan (ma'ruf) dan pencegahan (munkar) serta membangun kehidupan yang berkeadaban. Agama Islam sendiri tidak memberikan atau mengelompokkan pemahaman, teori, atau ajaran yang khusus tentang seni dalam bentuk-bentuk turunannya, sehingga tidak ada batasan untuk seni Islam yang dapat diterima oleh semua golongan masyarakat. Diharapkan juga dapat mengembangkan dan  menumbuhkan perasaan halus, keindahan, dan kebenaran dalam upaya mencapai keseimbangan  "materialspiritual".
Dengan demikian, seni dapat membantu memenuhi kebutuhan fisik dan mental manusia serta memenuhi kebutuhan rohani dan fisik mereka. Jika seni dianggap sebagai sesuatu yang indah atau keindahan, itu karena fitrah manusia untuk menyukai keindahan, karena Allah sendiri indah, "innallaaha jamiil yuhibbul jamaal". Seni yang sebenarnya adalah sesuatu yang agung dan mengandung nilai-nilai universal, dan lebih cenderung mendekatkan diri kepada Tuhan. Sebaliknya, seni yang rendah, yang mengekspresikan nafsu kerendahan manusia, mendekatkan diri kepada lumpur dosa dan maksiat daripada kepada Tuhan. Seni yang agung selalu aktual bersama pengagumnya. Hadist dan AlQuran tidak mengecam seni patung atau gambar atau seni lainnya selain sikap manusia terhadap mereka.