Ketenangan malam terusik. Rian yang membuat ulah. Seandainya Rian mau nurut, semuanya beres, dan ibunya bisa tidur nyenyak. Tetapi tak mudah melupakan kenangan bersama kekasih yang sudah lama menjalin hubungan cinta. Bagi Rian, belum pernah ia temui wanita sebaik dia. Berpisah dengannya seakan membuat Rianberstatus duda yang hatinya sudah tak murni, sudah terhuni bayangan sosok bidadari piihan hatinya.
***
Malam sudah berlalu. Sudah cukup jauh Rian meninggalkan kampung halamannya. Hanya pesan yang ia tinggalkan untuk ayah, "Maaf, saya tidak mau mengusik ketenangan hidup ayah dan ibu. Doa Rian akan terus mengalir untuk ayah dan ibu. Maafkan Rian. Suatu saat nanti, semoga Tuhan mengizinkan, Rian akan kembali."
Sambil memandangi pohonan di tepian jalan lewat jendela bus, Rian terkenang kekasihnya. Masih ia ingat terakhir bersamanya, "Aku juga bukan orang berharta, Mas. Orang tuaku yang kaya. Kita mulai hidup bersama, berjuang bersama," katanya pada Rian. Padahal, orang tuanya saudagar kaya, punya perusahaan dimana-mana. Mobil mewah, rumah megah. Tetapi Rian sangat diterima dengan baik oleh keluarganya meski hidup Rian belum mapan.Â
Rian sangat ingin mempertahankan hubungannya, tapi itu menyakitkan bagi ayahnya. Pergi jauh seakan menjadi satu-satunya jalan keluar bagi Rian.
Andrian teman kecil Rian sudah lama bekerja di Surabaya sekarang. Rian mencoba tanya kerjaan padanya lewat kontak BBM. "Datang aja dulu ke sini, sementara tinggal sama aku," kata Andrian.
Jam 8 pagi ia tiba di terminal bungurasih. Ia segera menghubungi Andrian, mengabarkan bahwa ia sudah tiba. Tak lama kemudian Andrian menghampirinya, "Ayo," ajak Andrian. Sudah lumayan gemuk badannya. Betapa terkejutnya Rian, ternyata Andrian bawa mobil mewah.
"Udah kaya kau...!!" seru Rian.
"Ya, syukurlah. Rejeki tidak kemana. Kamu? Bagaimana kabar gadis tionghoa itu? Belum kau nikahi dia?"
"Itu dia. Nanti aku ceritakan."
***