Mohon tunggu...
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung Mohon Tunggu... -

Sunan Gunung Djati adalah Harian Online Blogger Sunan Gunung Djati. Semula berawal dari Komunitas Blogger Kampus UIN SGD Bandung yang terbentuk pada tanggal 27 Desember 2007. Sejak 9 Februari 2009 dapat mengudara di Jagat Internet. Staff Redaksi: Pimpinan Umum: Ibn Ghifarie| Pimpinan Redaksi: Sukron Abdilah| Pengelola dan Keamanan Website: Badru Tamam Mifka, Zarin Givarian, Ahmad Mikail| Desain: Nur Azis| Kontributor Tetap: Pepih Nugraha (Senin-Ngeblog), Neng Hannah (Selasa-Gender), Bambang Q Anees (Rabu-Filsafat), Asep Salahudin (Kamis-Kesundaan), Afif Muhammad (Jumat-Teologi), ASM Romli (Sabtu-Media) Tim Susur Facebook: Cecep Hasanuddin, Reza Sukma Nugraha Tim Susur Blog: Amin R Iskandar, Jajang Badruzaman, Dasam Syamsudin, Dudi Rustandi. Seputar Redaksi: redaksi@sunangunungdjati.com Ayo Ngeblog, Ayo Berkarya! Selengkapnya klik www.sunangunungdjati.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tergerusnya Kebudayaan Sunda

29 Maret 2010   00:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:08 1196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sistem politik Orde Lama, Orde Baru, dan Pancasila yang dibangun atas faham “kekuasaan Jawa” juga menunjukkan sumbangan besar Jawa dalam pemikiran sistem politik kenegaraan Indonesia. Hal ini masih ditambah dengan kuantitas orang Jawa yang menjadi pemimpin nasional dibandingkan dengan orang Sunda.

Bila selama ini ada beberapa pernyataan optimistis dari para juragan dan inohong Sunda bahwa kebudayaan Sunda akan bertahan di tengah globalisasi, yang dimaksud sebetulnya adalah masih ada “sisa-sisa” kebudayaan Sunda. Hal itu terlihat pada acara tertentu atau pada usaha mempertahankan budaya lewat pertunjukan formal; acara televisi; atau rembukan formal tentang seni, sastra, dan kebudayaan Sunda. Hal itu sangat berbeda dengan kebudayaan aktual, yaitu nilai, pandangan hidup, identitas budaya, dan gaya hidup di tengah masyarakat.

Desundanisasi

Dari ulasan tersebut tampak bahwa kebudayaan Sunda tengah mengalami desundanisasi yang dahsyat. Proses ini tidak mustahil akan berakibat pada punahnya kebudayaan Sunda pada masa mendatang. Kepunahan ini bakal terjadi bila kebudayaan Sunda semakin kehilangan fungsinya di tengah masyarakat Sunda kontemporer. Kehilangan fungsi budaya ini ditunjukkan oleh sikap dan kenyataan bahwa generasi muda Sunda merasa sudah tidak perlu ber-Sunda pada zaman modern ini.

Sebab, dari perspektif Toynbee-an, kebudayaan Sunda telah kehilangan elan vital dan daya respons atas tantangan yang dimunculkan oleh modernisasi dan globalisasi. Secara fisik urang Sunda tentu akan tetap menghuni kawasan yang disebut Jabar ini, tetapi secara kultur terus tergerus ke “selokan-selokan” kebudayaan. Kepunahan budaya bukan hal yang mustahil. Maka, tugas para inohong, pemikir, pemerintah, dan elite Sunda adalah memikirkan strategi budaya agar kebudayaan Sunda tetap bertahan dalam arus perubahan dan tetap identik dengan kemajuan dan kemodernan.

Konferensi Internasional Budaya Sunda tahun 2001 telah menegaskan bahwa eksistensi kebudayaan Sunda itu ada. Akan tetapi, sebatas konferensi tidak akan banyak berpengaruh. Yang lebih penting adalah bagaimana menjaga kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari agar kesundaan itu tetap hidup dan lestari. Wallahualam. MOEFLICH HASBULLAH Dosen Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam UIN Bandung [Forum Budaya Kompas Jawa Barat, 27 Marte 2010]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun