Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Benarkah Metode Menghafal Paling Tidak Penting dalam Dunia Pendidikan?

7 Januari 2025   13:50 Diperbarui: 7 Januari 2025   13:50 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengingat. (SIphotography)/kompas.com

2024 seperti film. Terutama film-film yang tersebar melalui konten-konten video di media sosial yang berharap viral. Mirisnya, tak banyak konten berisi edukasi yang viral untuk menginspirasi. Paling banter, konten-konten yang sering mengalami fase viral adalah konten yang cenderung berisi kontroversi. 

Salah satunya konten edukasi yang viral karena kontroversinya, bukan kandungan isinya secara keseluruhan. Konten yang dikemas dalam bentuk diskusi santai atau boleh disebut podcast itu, membahas topik tentang metode menghafal dengan korelasi religiositas sebagai latar belakangnya.  

Saat metode hafalan disebut tidak membawa dampak positif dalam membentuk karakter peserta didik bagi dunia pendidikan, sebagian besar masyarakat terutama dunia pendidikan cenderung sepakat dengan pernyataan itu. Pun tak ada masyarakat yang bereaksi tentang pernyataan tersebut. 

Tetapi ketika metode menghafal disebut sebagai skill kognitif paling rendah karena menghafal itu sama dengan membeo, sejumlah masyarakat bereaksi keras terhadap pernyataan tersebut. Mengapa kali ini masyarakat bereaksi?

Apalagi, kalau bukan karena topiknya bersinggungan dengan religiositas. Terlebih yang mengucapkan kalimat itu adalah seseorang wanita yang katanya penghafal Al-Qur'an, dan dikenal sebagai kreator konten yang selalu membahas topik-topik kontroversial tentang semua hal yang berkaitan dengan kitab suci, terutama Al-Qur'an. 

Kreator cantik penghafal Al-Qur'an itu bernama Kumaila Hakimah, membahas tentang babi, jilbab, surga dan neraka yang dibilang fantasi, kisah nabi-nabi yang dikatakan dongeng, Tuhan yang disebut imajinasi sebab tak ada jejak konkretnya, dan banyak topik lain tentang isi kitab suci (Al-Qur'an), yang baginya sudah tidak relevan menjadi pedoman hidup manusia. 

Luar biasanya, belum ada satu pun reaksi publik mengarah pada pelaporan tentang penistaan agama ketika terdapat kasus-kasus dengan argumentasi yang terindikasi sebagai penistaan agama dengan level kata atau frasa hinaan jauh lebih menghina di bawah kata fantasi, dongeng, halusinasi dan imajinasi.

Dahulu misalnya, ada Rocky Gerung yang pernah dilaporkan atas kata 'fiksi'  pada kalimat 'kitab suci fiksi', yang sempat heboh di ruang publik. Lalu ada beberapa kasus penistaan agama lainnya, yang membuat pelakunya minimal terpublikasi menjadi tersangka karena terpeleset mengucap kata yang terindikasi penistaan agama.  

Tetapi memang, apa yang diargumentasi sebenarnya bukan luar biasa. Hanya terdiri dari pemikiran-pemikiran Kumaila atas setiap argumentasinya, yang diuraikan secara jelas dan logis dengan selalu mengedepankan cara berpikir rasional atau masuk akal, hingga  tidak direspon oleh masyarakat dengan pelaporan atas penistaan agama sebab mempunyai beberapa kecenderungan antara lain:

1. Tidak terdapat kandungan unsur politis di dalam setiap kontroversi yang ditimbulkan olehnya. 

2. Belum ada tokoh agama dalam konteks ini ulama, ustadz, kyai, da'i, ahli tafsir,  penghafal Al-Qur'an lain yang secara langsung dapat membantah atau mengulik letak penistaan agamanya di mana, atas semua argumentasi Kumaila.

3. Sebagian besar masyarakat yang bereaksi atas konten-konten Kumaila tidak berbekal pengetahuan atau kemampuan memadai untuk bisa menyanggah atau membantah kecuali dengan cara emosional. 

4. Cara berpikir rasional yang kini didukung oleh kaum rasional yang mulai bermunculan di era digital membuat masyarakat lebih memilih pemikiran rasional dibanding para tokoh agama, yang banyak bicara tentang Tuhan, ibadah dan kebaikan tetapi faktanya justru mereka yang melakukan pelanggaran-pelanggaran moral, etika, norma dan dogma.     

Oleh karena itu Kumaila justru dipandang cerdas, selaras dengan logika dan cenderung didukung oleh pola pikir modern, yang tidak lagi ingin dipengaruhi oleh cara berpikir mistis atau oleh para tokoh agama yang sebagian besarnya telah terbukti cacat moral, etika, norma dan dogmanya. 

Sehingga belum ada satu pun orang yang bisa membawanya ke ranah hukum meskipun setiap bahasan kontennya mampu membuat banyak orang yang masih memegang teguh iman, percaya Tuhan, surga dan neraka, kisah nabi-nabi dan lainnya, bagai tersulut api. Tapi benarkan metode menghafal paling tidak penting dalam dunia pendidikan? 

Sebelum masuk pada babak tentang menghafal yang disebut sebagai komponen paling tidak penting dalam dunia pendidikan atau skill kognitif terendah dan dinilai sama saja dengan membeo, sesungguhnya ada hal paradoks yang justru dipertontonkan oleh uraian Kumaila sendiri. 

Yakni bahwa faktanya, ia kini menjadi pembeo yang paling dikagumi oleh banyak orang terutama generasi muda dan kaum rasional. Lantas kenapa pembeo justru mengatakan metode hafalan sama saja dengan membeo, paling rendah dalam skill kognitif dan paling tidak penting dalam dunia pendidikan?

Prinsip yang digunakan dalam hal itu cenderung identik dengan materi-materi stand up comedy, berupaya membuka diri dengan yang dianggapnya sebagai kekurangan, kelemahan atau keburukan diri, baik dari segi fisik, mental dan kecerdasan untuk meraih atensi publik dengan mengolahnya lewat sisi humor.

Bedanya, Kumaila mengolahnya di ranah agama dengan cara cerdas melalui logika-logika yang mudah dimengerti dan diiyakan oleh sebagian besar publik, yang sedang dahaga akan jawaban-jawaban rasional yang seringkali dijawab oleh tokoh agama secara dogmatis atas pertanyaan-pertanyaan yang bersifat religi. 

Sampai pada akhirnya dalam salah satu konten yang berkolaborasi bersama seorang tokoh yang juga pernah dinilai kontroversi oleh publik ketika mengisi tausyiah di program Cahaya Hati di ANTV tempo dulu waktu menggantikan Ustadz Yusuf Mansyur dengan acara Ceramah Pagi Wisata Hati-nya di stasiun televisi yang sama, keduanya membuat heboh jagat maya. 

Sebuah konten, yang kemudian direaksi publik terkait pernyataan Kumaila tentang metode menghafal paling tidak penting dalam dunia pendidikan atau skill paling rendah, Kumaila dan Abu Marlo yang sepakat dengan argumentasi itu dinilai telah menghina para penghafal Al-Qur'an oleh orang-orang yang bereaksi. 

Namun obrolan menarik lainnya pada konten itu adalah saat keduanya membahas frasa atau lebih tepat kalimat "Kalau ada yang baik dari Allah. Kalau ada yang buruk dari saya", dan dikatakan oleh Kumaila bahwa sebenarnya kalimat itu dari Al Quran ada kisah di mana orang-orang Yahudi suka meledek nabi. 

"Nanti kalau misalnya salah dari diri sendiri, kalau benar dari Allah. Ini sebenarnya ledekan orang Yahudi kepada Nabi yang kemudian diadopsi menjadi penutup setiap pendakwah atau penceramah". Ditanggapi Abu Marlo dengan mengatakan, "Penutup yang bagus buat stand up comedy". Apa yang salah dengan kalimat penutup, "Yang baik dari Allah, yang buruk dari saya"? 

Di titik itu, Abu Marlo juga merespon dengan tertawa terpingkal-pingkal begitu mendengar informasi dari Kumaila (secara personal adegan itu jadi mengingatkan pada kasus Gus Miftah yang menghina penjaja es teh lalu orang di sampingnya tertawa terpingkal-pingkal usai kalimat hinaan dilontarkan). Pertanyaannya, informasi Kumaila tentang frasa atau kalimat yang dianggap ledekan orang Yahudi dan katanya dari Al-Qur'an merupakan referensi, hafalan, pemahaman atau olah pikir personal merujuk kisah dalam Al-Qur'an? 

Setiap hasil membutuhkan proses. Setiap proses yang baik tentu harus melalui jalur, prosedur atau standarisasi yang sesuai dan terstruktur. Saat seseorang ingin tiba ke tujuan, apa bisa orang itu tiba-tiba menghilang dan berpindah tempat dari keberadaan asalnya ke tempat tujuan, tentu tidak bukan.  

Sebelum memahami sebuah bacaan atau buku, orang harus membaca. Sebelum membaca orang harus bisa membaca dan sebelumnya harus belajar membaca. Artinya, untuk sampai di tujuan orang harus melalui jarak atau jalan yang harus ditempuh dengan cara dan kemampuan masing-masing. Lalu bila tak ada proses menghafal lebih dahulu bagaimana seseorang bisa tiba pada proses mengingat lalu memahami terutama ketika hal itu ditanyakan kembali pada suatu waktu.

Selain membaca, orang yang menghafal sesuatu, informasi, pengetahuan atau apa pun melakukannya dengan cara mendengar atau menulis kembali apa yang dibaca atau didengarnya. Jadi metode menghafal, sesunguhnya telah menggunakan banyak indera untuk mengaktifkan kognisinya. 

Kasus sederhana, saat seseorang kehilangan ponsel dan semua nomor kontak yang ia kenal untuk dihubungi tersimpan di ponsel tersebut tanpa satu pun yang diingat atau dihafal, bisakah orang tersebut dalam keadaan darurat butuh perolongan seseorang yang dikenal, mendapatkan nomor kontak siapa pun yang ada dalam daftar telepon yang disimpannya di ponsel dengan cara memahami pemiliknya?  

Tanpa mengingat dasar pemahaman akan pengetahuan atau mengingat informasi dasarnya, tak mungkin pemahaman bisa dilakukan dan berjalan sempurna. Sehingga tak mungkin tanpa ingatan dasar, orang bisa mengolah pemahaman dan berpikir kritis apalagi bisa tiba ke level tertinggi pengetahuan dengan memproduksi ilmu pengetahuan. 

Maka pertanyaan, benarkah metode menghafal paling tidak penting dalam dunia pendidikan? Jawabnya jelas tidak. Tetapi tentu tiap orang mempunyai pendapat berbeda, apa pendapat pembaca?    

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun