Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kaum Rasional, Logika Mistika dan "Nonkonlog"

3 Januari 2025   19:36 Diperbarui: 6 Januari 2025   10:19 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (SUPRIYANTO/kompas.id)

2024 seperti film. Ada kabar baik yang mulai menggejala di sepanjang tahun 2024. Meskipun sesungguhnya gejala tersebut sudah ada jauh sebelumnya. Yakni hadirnya kaum muda cerdas yang mengedepankan sisi rasionalitas dan menggemakan penolakan terhadap logika mistika. Yaitu cara berpikir atau bertingkah laku dengan meyakini bahwa alam semesta beserta isinya berada di bawah pengaruh, kekuasaan, determinasi dari kekuatan-kekuatan gaib atau transenden. Percaya pada tahayul, mahluk halus, gaib, benda keramat dan sejenisnya. 

Logika mistika merupakan istilah yang dipopulerkan oleh Tan Malaka lewat bukunya "Madilog", yang intinya berisi lawan dari logika mistika agar pola pikir di mana kita menerima suatu klaim itu benar kalau dia punya basis bukti yang bisa diuji dan diamati. Berpikir dengan logis, rasional atau masuk akal dan ilmiah. 

Bagi Tan Malaka, kemajuan umat manusia harus melalui tiga tahap dari logika mistika lewat filsafat ke ilmu pengetahuan atau sains. Sehingga manusia harus mampu keluar dari penjara pikiran, yang salah satunya cenderung berasal dari cara berpikir mistis atau mistik. Pertanyaan yang kemudian terlontar, apakah ilmu pengetahuan atau sains dengan uji dan pengamatan logisnya mampu menjawab pertanyaan tak logis? Apakah ilmu pengetahuan atau sains selalu benar? 

Ilmu pengetahuan atau sains basisnya pengujian dan pengamatan. Tetapi uji dan pengamatan terbukti tidak sepenuhnya benar atau selalu benar. Sebut saja misalnya Pluto sejak 2006 tidak lagi tergolong sebuah planet, nama dinosaurus raksasa ternyata bukan Brontosaurus melainkan Apatosaurus, bunglon ternyata cenderung mengubah warna tubuh untuk mengatur suhu badan dan cara mereka berkomunikasi bukan sebagai bentuk pertahanan dari predator, aturan 'belum lima detik' terhadap makanan jatuh terbukti salah karena kuman akan langsung hinggap begitu makanan jatuh, dan kekeliruan lainnya.

Kesalahan ilmu pengetahuan atau sains cenderung disebabkan oleh kesalahan pengujian atau pengamatan sehingga ketika ditemukan pembuktian baru setelah uji dan pengamatan terbaru, maka informasi, teori, ketetapan, rumus atau istilah baru akan menggantikan kesalahan tadi. Begitulah cara kerja ilmu pengetahuan atau sains. Tetapi apakah ilmu pengetahuan atau sains mampu sepenuhnya membantah logika mistika?  

Sejak kaum rasional mulai bermunculan di era digital, sebagian besar masyarakat atau netizen menyambutnya dengan penuh antusias dan mengakui bahwa kaum rasional adalah kumpulan orang-orang cerdas yang mampu membuka kesadaran masyarakat akan realitas berdasarkan logika, rasionalitas, akal sehat dan ranah ilmiah.

Kaum rasional merupakan golongan (orang yang sekerja, sepaham, sepangkat, dan sebagainya), yang mengedepankan segala sesuatu menurut pikiran dan pertimbangan yang logis; menurut pikiran yang sehat; cocok dengan akal. Walaupun demikian, kaum rasional ternyata tidak berani mengklaim bahwa cara berpikir mistik itu tidak ada atau salah. 

Mereka juga tidak dapat memastikan bahwa hal yang irasional atau mistik tidak ada atau salah. Ini ibarat ilmu pengetahuan atau sains yang tidak sepenuhnya benar atau selalu benar ketika ditemukan pembuktian baru sesudah pengujian dan pengamatan terbaru. Jika tidak dapat memastikan ketiadaan cara berpikir mistik, mengapa harus mengesampingkannya? Tidakkah menyingkirkan bagian ketidaklogisan termasuk menyegel atau memenjara pikiran? Siapa mereka yang bisa disebut kaum rasional? 

Di antara kaum muda yang masuk dalam jajaran kaum rasional dan tengah menjadi sorotan masyarakat atau netizen antara lain sebut saja pesulap merah atau Haris Setianto alias Marcel Radhival dengan aktivitasnya membongkar praktik perdukunan berkedok agama dan ada Cania Citta dengan Malaka Project-nya.  

Kemudian ada Guru Gembul lewat topik pendidikan, politik, sosial dan agama dengan mengutamakan penggunaan logika dan rasionalitas. Lalu ada Kumaila Hakima seorang wanita cantik dan cerdas penghafal Al-Quran melalui forbidden questions-nya dengan pembahasan lebih ekstrem tentang Tuhan, iman, agama, surga dan neraka, nabi dan sebagainya, serta kaum rasional muda lainnya. Apakah ketika semakin banyak orang menjadi rasional sebuah bangsa atau negara akan segera maju? Apakah segenap polemik dan konflik akan berhenti? Apakah segala hal yang beraroma mistik akan lenyap?    

Mari coba mengubah cara berpikir mistik atau irasional dengan istilah 'nonkonlog' atau nonkonsekuensi logis! Yakni sesuatu yang ada atau bisa ada dari kondisi logis ke kondisi tak logis atau pada momen logis ke momen tak logis. Bukan tentang tahayul, mahluk halus, gaib, benda keramat, klenik, perdukunan dan sejenisnya. Sebab cara berpikir 'nonkonlog' tidak hanya berdasar pada pengalaman personal, melainkan juga bisa didapat lewat pengamatan suatu peristiwa atau pada sebuah momen. 

Suatu peristiwa atau sebuah momen yang bisa memunculkan sesuatu yang irasional seperti terjadinya hujan poyan (hujan di tengah terik matahari), hujan katak, hujan ikan, hujan darah, hujan ular atau hujan aneh lainnya, yang belum bisa dijawab oleh ilmu pengetahuan dengan kepastian atau dijawab dengan kata "mungkin", merupakan fakta bahwa nonkonlog tak bisa diabaikan.  

Kejadian nonkonlog atau ketidaklogisan lainnya pernah terjadi di sekira tahun 2012 silam. Kali ini berhubungan dengan apa yang oleh logika mistika disebut santet, yakni apa yang oleh kaum rasional ditolak mentah-mentah untuk dipercayai eksistensinya. Sedangkan orang yang melihat langsung peristiwa ketidaklogisan itu adalah seorang Dokter yang bergelar lengkap Dr. dr. Sagiran, Sp.B(K) KL, M.Kes atas pasiennya yang bernama Supiyati warga Ogan Kemring Ulu (OKU), Sumatera Selatan. 

Bila sudut pandangnya diubah sebagai ketidaklogisan atau bukan santet, ilmu pengetahuan atau sains akan menjawab melalui sisi mental atau kejiwaan pasien, halusinasi atau gangguan makan yang disebut pica, yakni sejenis gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan keinginan untuk mengonsumsi benda-benda yang bukan makanan  termasuk tanah, busa, kertas, plastik, logam, kaca dan lain sebagainya. Pertanyaan yang sama bila peristiwa tersebut bukan santet, bagaimana cara paku misalnya masuk ke dalam perut tanpa merobek atau melukai kerongkongan, lambung, usus besar dan usus halus?

Beberapa peristiwa yang sama pernah terjadi pada pasien lainnya seperti pada Wawan (42) pria pemakan paku di Tasikmalaya Jawa Barat, yang akhirnya menjalani operasi selama empat jam lebih. Tim dokter berhasil mengeluarkan 48 paku yang sudah berkarat dari tubuhnya pada 2017 lalu. 

Kemudian ada sebanyak 70 paku berukuran besar bersarang di perut SH (22), seorang warga Desa Pabean Ilir, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Oleh Tim Bedah RSUD Indramayu 70 paku itu berhasil dikeluarkan melalui operasi selama dua jam di tahun 2024. Diketahui, SH merupakan pasien dengan gangguan jiwa (ODGJ). Pihak keluarga SH memberitahukan bahwa pasien mempunyai kebiasaan memakan jarum pentul atau paku. Apakah semua kasus semacam ini mempunyai kecenderungan yang sama termasuk kasus pasien Supiyati?

Seperti dikutip dari kumparan.com, pada pasien Supiyati yang ditangani oleh Dr. dr. Sagiran, Sp.B(K) KL, M.Kes tidak terjadi peristiwa yang sama seperti pada Wawan dan SH. Pada kasus Supiyati yang ditangani di Rumah Sakit Nur Hidayah, Bantul, setelah dioperasi dengan total 72 paku tetapi usai operasi, logam berupa paku dan kawat muncul lagi lalu dilakukan operasi kedua dengan mengangkat 12 paku. Kemudian muncul lagi dan dioperasi lagi dengan hasil 4 paku hingga sang dokter bedah yang awalnya tidak memercayai hal tentang santet (sihir) mulai berpikir ke arah sihir. 

Baru sesudah menerapkan rukiyah dengan metode rukiyah syar'iyah proses penyembuhan pada Supiyati membawa hasil. Sagiran menjelaskan bahwa metode rukiah syar'iyyah yakni menjaga pasien dengan "ICU spiritual". Supiyati dirukiah sehari semalam tanpa henti dengan tim yang terus bergilir ganti. "Alhamdulillah saya tidak operasi, tetapi setiap waktu pasien muntah-muntah dan keluar paku," katanya. Supiyati berhasil sembuh dengan kombinasi medis dan rukiyah. Apakah kaum rasional percaya? 

Jelas tidak. Bagi seseorang yang belum atau tidak pernah mengalami langsung peristiwa nonkonlog atau ketidaklogisan sebagai pengalaman personal, maka tak ada kata penawar selain tidak percaya dan berkata bahwa peristiwa ketidaklogisan yang melibatkan sesuatu yang tak logis adalah tipu daya atau pembodohan. Meskipun pesannya jelas, bahwa ketika seseorang belum atau tidak mengalami langsung suatu peristiwa nonkonlog, bukan berarti orang lain juga tidak akan pernah mengalaminya.

Pada peristiwa-peristiwa kecelakaan, kebakaran, bencana alam atau musibah lain yang di dalamnya terdapat nonkonlog. Misalnya, ketika terjadi gempa atau tsunami terdapat sebuah mesjid yang tetap berdiri tegar tanpa kurang suatu apa pun sementara seluruh bangunan di sekitarnya porak poranda, logika kaum rasional bisa menjelaskan apa terhadap bangunan mesjid? 

Saat terjadi kecelakaan beruntun, kendaraan rusak parah, hancur berkeping-keping bahkan ada yang terbakar atau meledak tetapi kemudian muncul korban selamat dari sebuah mobil yang hangus terbakar, akal sehat kaum rasional bisa menjawab dengan rasionalitas yang bagaimana? 

Ada seorang laki-laki bernama Frane Selak kelahiran tahun 1929, di Kroasia, yang mengalami peristiwa nonkonlog berkali-kali. Ia seorang rakyat biasa yang menjalani hidup secara sederhana dan tidak memiliki sesuatu yang spesial sampai tiba pada tahun 1962, mulai mengalami ketidaklogisan dalam hidupnya. 

Selak mengalami kecelakaan kereta api dari Sarajevo ke Dubrovnik, yang terlempar ke sungai dan mengakibatkan 17 orang tewas. Selak termasuk salah satu dari penumpang yang selamat, dengan hanya mengalami patah lengan dan hipotermia. Satu tahun berselang, kali ini Selak naik pesawat dari Zagreg ke Rijeka. Pesawat jatuh, 19 orang tewas, dan --entah terbang layaknya burung atau bagaimana caranya-- namun Selak tetap selamat setelah ditemukan kru penyelamat di tumpukan jerami. 

Pada tahun 1966, saat menjadi seorang supir, bis yang dikemudikan Selak jatuh ke sungai. Empat orang penumpang meninggal dan Selak hanya mendapatkan beberapa memar tanpa luka serius. Tahun 1970 dia selamat dari ledakan mobilnya (yang mengalami masalah tangki bahan bakar) tatkala dikendarai di jalan tol, dan begitu jua di tahun 1973 dia mampu selamat dari skenario kecelakaan mobil yang hampir sama --seperti tiga tahun sebelumnya.

Tahun 1995, saat Selak berusia 66, bis yang dia naiki dari Zagreb terjatuh; dia berhasil menyelamatkan diri sembari meloncat. Lalu, satu tahun berikutnya, sekali lagi dia meloncat lega ketika mobilnya terjun bebas ke dalam jurang setinggi 90 meter dan meledak --setelah ditabrak truk. 

Dari tujuh kali kecelakaan yang dialaminya, memang tidak seluruhnya Selak dalam kondisi nonkonlog kecuali untuk kecelakaan pesawat. Ada beberapa kecelakaan yang konsekuensi logisnya terbukti dalam kondisi mampu untuk menyelamatkan diri. Selain itu, fakta tentang kecelakaan-kecelakaan yang dialami Selak masih diragukan kebenarannya. 

Namun, bukan hanya Selak yang bisa selamat dari kecelakaan pesawat yang jatuh hingga meledak di udara dengan kemungkinan selamat yang sangat kecil bahkan tidak mungkin. 

Nonkonlog juga terjadi pada apa yang disebut fenomena penampakan atau perwujudan pada objek yang disebut mahluk tak kasat mata bila tak boleh dikatakan mahluk halus atau mahluk gaib. Sebagaimana pesan yang telah diuraikan di atas tadi, bahwa ketika seseorang belum atau tidak mengalami langsung suatu peristiwa nonkonlog, bukan berarti orang lain juga tidak akan pernah mengalaminya.

Bila dahulu ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi tidak mampu mendeteksi segala sesuatu yang tak kasat mata, maka seluruh cerita atau pengalaman personal tiap orang tentang mahluk tak kasat mata boleh disebut bohong, tipu daya atau pembodohan. Tapi sekarang, dengan milyaran konten yang tervisualisasi ada jutaan konten yang berisi tentang penampakan atau perwujudan mahluk tak kasat mata yang bisa diuji atau diamati orisinalitasnya. Sehingga tak mungkin dari jutaan konten itu semuanya palsu, rekayasa, settingan, deef fake, prank atau hoaks.

Selanjutnya, nonkonlog akan menutup ketidaklogisan yang nyatanya ada dan bisa hadir, dengan lemparan koin yang menghasilkan posisi koin berdiri (bukan gambar atau angka) sebagai analogi bahwa ketidaklogisan hanya muncul dalam hitungan sepersekian kali lemparan (kejadian atau peristiwa). Artinya, nonkonlog atau ketidaklogisan bisa diamati dan dialami secara personal tetapi tidak semua orang akan mengalami pengalaman yang sama, dan persentase probabilitasnya minim. 

Oleh karena itulah manusia diminta untuk memiliki daya pikir atau berakal. Sebab salah satu  cara Tuhan menguji manusia adalah dengan ketidaklogisan yang dihadirkan dalam porsi yang sedikit dengan menghadirkan jauh lebih banyak tentang segala hal yang logis, rasional atau masuk akal.    

Referensi

https://kumparan.com/absal-bachtiar/frane-selak-yang-selamat-tujuh-kali-dari-kematian-1539001320235130120/4

https://kumparan.com/kumparannews/kisah-dokter-sagiran-percaya-santet-usai-operasi-ratusan-paku-and-kawat-pasiennya-22uvWcp5i2M/full   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun