Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kaum Rasional, Logika Mistika dan "Nonkonlog"

3 Januari 2025   19:36 Diperbarui: 6 Januari 2025   10:19 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (SUPRIYANTO/kompas.id)

Mari coba mengubah cara berpikir mistik atau irasional dengan istilah 'nonkonlog' atau nonkonsekuensi logis! Yakni sesuatu yang ada atau bisa ada dari kondisi logis ke kondisi tak logis atau pada momen logis ke momen tak logis. Bukan tentang tahayul, mahluk halus, gaib, benda keramat, klenik, perdukunan dan sejenisnya. Sebab cara berpikir 'nonkonlog' tidak hanya berdasar pada pengalaman personal, melainkan juga bisa didapat lewat pengamatan suatu peristiwa atau pada sebuah momen. 

Suatu peristiwa atau sebuah momen yang bisa memunculkan sesuatu yang irasional seperti terjadinya hujan poyan (hujan di tengah terik matahari), hujan katak, hujan ikan, hujan darah, hujan ular atau hujan aneh lainnya, yang belum bisa dijawab oleh ilmu pengetahuan dengan kepastian atau dijawab dengan kata "mungkin", merupakan fakta bahwa nonkonlog tak bisa diabaikan.  

Kejadian nonkonlog atau ketidaklogisan lainnya pernah terjadi di sekira tahun 2012 silam. Kali ini berhubungan dengan apa yang oleh logika mistika disebut santet, yakni apa yang oleh kaum rasional ditolak mentah-mentah untuk dipercayai eksistensinya. Sedangkan orang yang melihat langsung peristiwa ketidaklogisan itu adalah seorang Dokter yang bergelar lengkap Dr. dr. Sagiran, Sp.B(K) KL, M.Kes atas pasiennya yang bernama Supiyati warga Ogan Kemring Ulu (OKU), Sumatera Selatan. 

Bila sudut pandangnya diubah sebagai ketidaklogisan atau bukan santet, ilmu pengetahuan atau sains akan menjawab melalui sisi mental atau kejiwaan pasien, halusinasi atau gangguan makan yang disebut pica, yakni sejenis gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan keinginan untuk mengonsumsi benda-benda yang bukan makanan  termasuk tanah, busa, kertas, plastik, logam, kaca dan lain sebagainya. Pertanyaan yang sama bila peristiwa tersebut bukan santet, bagaimana cara paku misalnya masuk ke dalam perut tanpa merobek atau melukai kerongkongan, lambung, usus besar dan usus halus?

Beberapa peristiwa yang sama pernah terjadi pada pasien lainnya seperti pada Wawan (42) pria pemakan paku di Tasikmalaya Jawa Barat, yang akhirnya menjalani operasi selama empat jam lebih. Tim dokter berhasil mengeluarkan 48 paku yang sudah berkarat dari tubuhnya pada 2017 lalu. 

Kemudian ada sebanyak 70 paku berukuran besar bersarang di perut SH (22), seorang warga Desa Pabean Ilir, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Oleh Tim Bedah RSUD Indramayu 70 paku itu berhasil dikeluarkan melalui operasi selama dua jam di tahun 2024. Diketahui, SH merupakan pasien dengan gangguan jiwa (ODGJ). Pihak keluarga SH memberitahukan bahwa pasien mempunyai kebiasaan memakan jarum pentul atau paku. Apakah semua kasus semacam ini mempunyai kecenderungan yang sama termasuk kasus pasien Supiyati?

Seperti dikutip dari kumparan.com, pada pasien Supiyati yang ditangani oleh Dr. dr. Sagiran, Sp.B(K) KL, M.Kes tidak terjadi peristiwa yang sama seperti pada Wawan dan SH. Pada kasus Supiyati yang ditangani di Rumah Sakit Nur Hidayah, Bantul, setelah dioperasi dengan total 72 paku tetapi usai operasi, logam berupa paku dan kawat muncul lagi lalu dilakukan operasi kedua dengan mengangkat 12 paku. Kemudian muncul lagi dan dioperasi lagi dengan hasil 4 paku hingga sang dokter bedah yang awalnya tidak memercayai hal tentang santet (sihir) mulai berpikir ke arah sihir. 

Baru sesudah menerapkan rukiyah dengan metode rukiyah syar'iyah proses penyembuhan pada Supiyati membawa hasil. Sagiran menjelaskan bahwa metode rukiah syar'iyyah yakni menjaga pasien dengan "ICU spiritual". Supiyati dirukiah sehari semalam tanpa henti dengan tim yang terus bergilir ganti. "Alhamdulillah saya tidak operasi, tetapi setiap waktu pasien muntah-muntah dan keluar paku," katanya. Supiyati berhasil sembuh dengan kombinasi medis dan rukiyah. Apakah kaum rasional percaya? 

Jelas tidak. Bagi seseorang yang belum atau tidak pernah mengalami langsung peristiwa nonkonlog atau ketidaklogisan sebagai pengalaman personal, maka tak ada kata penawar selain tidak percaya dan berkata bahwa peristiwa ketidaklogisan yang melibatkan sesuatu yang tak logis adalah tipu daya atau pembodohan. Meskipun pesannya jelas, bahwa ketika seseorang belum atau tidak mengalami langsung suatu peristiwa nonkonlog, bukan berarti orang lain juga tidak akan pernah mengalaminya.

Pada peristiwa-peristiwa kecelakaan, kebakaran, bencana alam atau musibah lain yang di dalamnya terdapat nonkonlog. Misalnya, ketika terjadi gempa atau tsunami terdapat sebuah mesjid yang tetap berdiri tegar tanpa kurang suatu apa pun sementara seluruh bangunan di sekitarnya porak poranda, logika kaum rasional bisa menjelaskan apa terhadap bangunan mesjid? 

Saat terjadi kecelakaan beruntun, kendaraan rusak parah, hancur berkeping-keping bahkan ada yang terbakar atau meledak tetapi kemudian muncul korban selamat dari sebuah mobil yang hangus terbakar, akal sehat kaum rasional bisa menjawab dengan rasionalitas yang bagaimana? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun