Bagi warga Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi yang bekerja atau berkuliah di Jakarta, waktu dan jarak tempuh memang seringkali menjadi kendala tersendiri. Mulai dari bangun pagi yang harus dijadwal, bekal yang harus dipersiapkan, pemilihan moda transportasi, akses jalan tercepat dan lainnya.Â
Kota-kota penyangga Jakarta dengan segala hiruk-pikuk aktivitasnya menjadi cerita kota satelit bagi setiap warganya. Terutama ketika memulai hari di waktu pagi dan mengakhirinya di sore menjelang malam. Setiap orang mempunyai ceritanya masing-masing. Ada yang menarik, ada cerita gembira, semangat, menginspirasi, sedih, kecewa, putus asa dan lain sebagainya.Â
Belakangan, terdapat banyak keluhan dari cerita-cerita mereka di perjalanan. Perkara kemacetan, polusi udara, moda transportasi, harga bensin, ongkos hingga keluhan yang mengarah pada daya tahan fisik. Keluhan terakhir inilah yang sekarang tengah menjadi sorotan publik dan viral di media sosial.
Dengan menarasikan istilah "remaja jompo" untuk merujuk pada remaja yang mudah mengalami kelelahan, pegal, sakit punggung dan pinggang, badan lemas, serta sering pusing-pusing, mereka menilai bahwa fenomena remaja jompo merupakan akibat dari aktivitas sehari-hari dalam perjalanan pergi-pulang, yang ditempuh dalam waktu dan jarak berlebih oleh sebagian besar warga kota satelit. Apakah benar demikian?
Jawaban sederhananya cenderung "tidak". Aktivitas rutin dalam perjalanan pergi-pulang yang ditempuh dengan waktu antara 1 jam-3 jam dengan jarak yang cukup jauh atau jauh sekalipun seharusnya tidak atau belum terlalu berdampak ke fisik remaja, bila merujuk usia remaja adalah 12-24 tahun atau 15-25 tahun.Â
Apalagi bila aktivitas itu dilakukan dengan menggunakan transportasi motor atau mobil pribadi, bus umum, kereta api atau transportasi online. Narasi remaja jompo karena waktu dan jarak tempuh perjalanan pergi-pulang merupakan keluhan yang sebenarnya ditimbulkan oleh dampak-dampak psikologis dalam perjalanan, aktivitas sebelumnya dan kebiasaan yang tidak sehat.
Sejak dulu, seputar cerita kota satelit tentang warga yang sering pergi-pulang untuk aktivitas kerja dan kuliah sudah ada. Tetapi tak ada keluhan dari mereka tentang daya tahan tubuh atau kelelahan terutama bagi generasi remaja, yang kini dinarasikan sebagai remaja jompo.Â
Sebab aktivitas keseharian remaja masa lalu umumnya dibarengi dengan istirahat yang cukup, olah raga, aktifitas gerak melalui banyak permainan tradisional yang mengutamakan gerak tubuh, asupan yang cenderung belum terkontaminasi sehingga kandungan nilai gizi terserap ke dalam tubuh.
Selain itu, persentase beban psikis dan mental akibat tekanan kondisi lingkungan dan ekonomi global yang masih terbilang di bawah ambang, termasuk jalur tempuh yang cenderung ramai lancar atau tidak macet, udara bersih dan naik angkutan umum yang tak seantre sekarang atau berebutan, serta tentunya belum terpapar internet, membuat fisik remaja tempo dulu baik-baik saja.Â
Artinya, fakta-fakta itu hendak menunjukkan bahwa narasi remaja jompo sama sekali bukan akibat dari lamanya waktu di perjalanan atau jarak tempuhnya, melainkan ada 5 (lima) hal yang bisa membuat remaja menjadi jompo, yaitu kebiasaan-kebiasaan buruk atau kebiasaan tak sehat berikut ini: Â Â Â
1. Kebiasaan hingga candu (adiktif) internet.
Remaja masa kini sebagian besar melakukan aktivitas doomscrolling, bermain game, berselancar di media sosial atau segala aktivitas yang terkoneksi dengan internet dan menghabiskan waktu berjam-berjam bahkan tanpa ingat makan dan istirahat merupakan salah satu penyebab paling berpotensi dalam merusak fisik dan mental seorang remaja sampai berdampak pada daya tahan tubuh sehingga mudah menjadi jompo.
2. Â Mager atau malas gerak.Â
Mager dalam dunia medis disebut Sedentary Lifestyle, yang dialami oleh banyak remaja akibat lebih fokus pada gawai membuat tubuh fisik mereka cenderung akan kehilangan massa otot, yang pada gilirannya menyebabkan kelemahan otot. Tubuh juga akan mengambil kalsium dari tulang, dan menyebabkan kepadatan tulang akan menjadi sangat rendah.Â
Selain malas gerak karena lebih banyak rebahan dan tidak pernah berolahraga, dampaknya ke massa otot dan ke pengeroposan tulang bisa jauh lebih cepat. Sementara dampak jangka pendeknya dapat membuat remaja mudah mengalami kelelahan, pegal, sakit punggung dan pinggang, badan lemas, serta sering pusing-pusing.
3. Kurang istirahat atau kurang tidur. Â
Tidur yang kurang ternyata dapat menurunkan nafsu makan sampai menurunkan metabolisme tubuh. Hal ini dapat berujung pada kenaikan berat badan dan obesitas. Sebab tidur yang cukup bisa membantu menyeimbangkan hormon yang mengatur rasa lapar dan kenyang.Â
Kurang tidur juga bisa menurunkan fokus belajar dan berkendara, stres yang meningkat hinga memperburuk kondisi kesehatan tubuh. Tentu diawali dengan gangguan ringan mulai dari mudah lelah, pegal, sakit punggung dan pingga, badan lemas atau pusing-pusing.
4. Asupan yang tidak memiliki kandungan nilai gizi.
Pemenuhan kebutuhan asupan remaja masa kini selain cenderung tidak kenal waktu juga cenderung sembarangan sehingga tidak memerhatikan nilai kandungan gizi. Banyak sumber asupan di era masa kini, baik yang masih mentah atau makanan jadi dari penjual seperti junkfood, fastfood dan lainnya telah terkontaminasi zat racun atau zat yang merugikan bagi tubuh. Â Â
5. Â Beban psikis dan mental yang terakumulasi.
Dari sekian rutinitas aktivitas yang menunjukkan kebiasaan buruk atau tidak sehat dan menimbulkan dampak buruk terhadap fisik, remaja sekarang masih dibebani kondisi psikis dan mental yang tertekan akibat masalah keluarga, lingkungan, ekonomi, politik dan masalah global lainnya, termasuk kemacetan lalu lintas, polusi udara hingga beberapa di antaranya ke soal pinjol dan judol.Â
Sehingga dengan fisik yang sudah memburuk dan semua beban psikis serta mental yang terakumulasi di setiap perjalanan yang membutuhkan waktu dan jarak tempuh yang harus dilalui, kondisi inilah yang kemudian menjadi potensi remaja mengalami jam koma dan membuat mereka menjadi remaja jompo.
Kebiasaan buruk atau kebiasaan tak sehat karena adiktif pada internet atau gawai, males gerak, kurang istirahat, asupan yang tidak memiiliki kandungan nilai gizi dan beban psikis serta mental yang terakumulasi, yang tidak pernah mampu dikelola atau dikendali adalah 5 (lima) hal yang bisa membuat remaja jompo banyak dialami oleh warga kota satelit bahkan semua warga kota mana pun, bukan waktu dan jarak tempuh.Â
Jadi, akar masalah atas munculnya keluhan lewat narasi remaja jompo bukan waktu dan jarak tempuh yang harus dilalui oleh warga kota satelit yang bekerja atau kuliah di  Jakarta, melainkan aktivitas-aktivitas yang dilakukan lewat kebiasaan-kebiasaan yang buruk atau tak sehat. Maka solusi atau cara untuk mengatasi fenomena remaja jompo adalah literasi tentang internet yang sehat, aktifitas dan kebiasaan yang sehat bagi para remaja.  Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI