Dugaan itu diperkuat oleh berita yang beredar di media sosial terkait orang tua sang anak, yang katanya agak keras dan memaksa dalam mendidik. Â Â
Juga bergulirnya informasi tentang sang anak yang mendapat tekanan dengan keharusan belajar agar menjadi cerdas dan nantinya dapat diterima di perguruan tinggi negeri, dan berkuliah di Universitas Indonesia (UI).Â
Hal itu, yang kemudian disebut sebagai ambisi orang tua dan memungkinkan menjadi penyebab anak tersebut mengalami depresi hingga halusinasi lalu berhadapan dengan hukum. Â Â
Tetapi dugaan itu ternyata dibantah, bahkan dari berbagai informasi di portal berita online bantahan langsung datang dari anak yang sedang berhadapan dengan hukum tersebut.Â
Selain itu, beredar juga informasi bahwa pelaku tergolong anak yang cerdas. Artinya dugaan tertekan atau depresi akibat pola asuh yang keras atau otoriter cenderung terbantahkan.
Ada satu informasi yang lalu mengemuka dan kabarnya diungkapkan oleh pelaku, dan menjadi penyebab dirinya melakukan tindakan melawan hukum. Yaitu adanya bisikan gaib, yang memintanya untuk melakukan perbuatan itu.Â
Menurut Psikiater Forensik Natalia Widiasih Raharjanti, bisikan gaib adalah istilah awam yang dalam konteks budaya dan spiritual sering kali diasosiasikan dengan pengalaman supranatural.Â
"Dalam konteks budaya atau spiritual, istilah ini digunakan untuk menggambarkan pengalaman mendengar suara yang dianggap berasal dari makhluk gaib, roh, atau kekuatan supranatural," ujarnya ketika diwawancarai Kompas.com, Selasa (3/12/2024).
Namun, dalam dunia psikiatri, fenomena ini dapat dikategorikan sebagai halusinasi pendengaran, yakni persepsi mendengar suara yang terasa nyata, meskipun tidak ada sumber suara eksternal.Â
"Halusinasi sendiri adalah fenomena gangguan sensori yang dirasakan seseorang seolah-olah nyata, meskipun tidak ada sumber rangsangan di lingkungan sekitarnya," jelas Natalia.Â
Bila memang tidak ada sumber rangsangan di lingkungan sekitar dan tanpa adanya penyebab yang menunjukkan bahwa sang anak mengalami gangguan psikologis, bagaimana gangguan sensori tersebut dapat muncul dan dirasakan seolah-olah nyata olehnya?Â