Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Awas Tukang Abal-abal! Pentingnya Memanggil Tukang Bersertifikasi

2 Desember 2024   18:11 Diperbarui: 2 Desember 2024   19:24 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tukang bangunan yang sedang mengerjakan proyek pembangunan rumah(Gravel)/kompas.com

Suatu ketika di rumah peninggalan orang tua yang telah usang dimakan waktu, atap rumah mengalami kebocoran di sana-sini saat turun hujan. Ada pergeseran lembaran asbes yang tak terpasang dengan benar, ada kebocoran pada beberapa bekas retakan, lebih sering ada bagian talang yang selalu tak bisa menampung aliran air hujan dengan baik hingga menimbulkan kebocoran karena kelebihan daya tampung. Mengapa tak coba perbaiki sendiri?

Bukan tak mau perbaiki sendiri atau malas tapi setiap individu tentunya harus tahu batas kemampuan. Terlebih saat faktor usia dan fisik sudah sangat kurang dalam menunjang aktivitas yang membutuhkan tenaga dan ketelitian. Faktanya pernah terjadi dan dialami oleh seorang tetangga. 

Usianya sudah 50 tahunan. Ia dikenal sebagai orang yang rajin, dan selalu mengerjakan segala perbaikan rumah secara individu tanpa memanggil tukang. Tetapi ia juga tak dikenal sebagai seorang tukang. Maka setiap pekerjaan perbaikan rumah yang dilakukan olehnya, terutama untuk bagian-bagian yang dapat dilihat oleh orang-orang, hasilnya biasa saja bahkan cenderung sembarang atau asal-asalan.

Asal tambal, asal tutup, asal ngecat dan sebagian besar perbaikan tak profesional lainnya. Hingga pada suatu ketika, ia coba memperbaiki sendiri bagian atap rumah yang katanya bocor. Namun jangankan berhasil memperbaiki kebocoran, untuk menyentuh bagian atap yang bocor saja dirinya tak kesampaian. 

Ia terkena musibah, menginjak bagian atap yang salah. Atap yang diinjaknya ambrol dan terjun bersama tubuhnya. Lalu di telapak kakinya ditemukan pecahan lembaran asbes yang tembus ke atas daging, darah mengucur di mana-mana dan kabarnya ia pingsan. Kemudian segera di bawa ke rumah sakit masuk IGD. 

Bersyukur ia selamat meskipun baru berbulan-bulan kemudian kakinya dapat berfungsi normal kembali. Itulah pelajaran paling berharga bagi setiap kita, bahwa faktor usia, fisik dan kompetensi individu dalam perbaikan kerusakan rumah punya keterbatasan.

Belajar dari pengalaman itu, saya tak mau mengalami nasib yang sama sebab perbaikan atap rumah memang tak bisa sembarang. Saya tak punya keahlian, dan sudah kehilangan kekuatan fisik serta ketelitian kerja semacam itu sejak menginjak usia kepala empat. Oleh karenanya pilihannya adalah memanggil tukang. Tetapi memanggil tukang ternyata tidak bisa sembarang pula, inilah yang saya alami.

Direkomendasi oleh orang yang saya kenal, sang tukang bangunan ini sedang bekerja di sebelah rumah dan pekerjaannya telah selesai. Ia datang dan saya menunjukkan kepadanya lima titik kebocoran dari kebocoran yang mudah hingga yang tampak susah di bagian talang. Setelah dijelaskan lima titik kebocorannya, dengan percaya diri tukang ini mengatakan mudah bisa dikerjakan dalam waktu seharian. Tetapi ia minta kerja borongan dan Rp500 ribu untuk ongkosnya. Artinya, satu titik dihargai Rp100ribu. 

Akhirnya saya sepakat sebab tak mau ambil pusing dan ingin masalah kebocoran atap segera teratasi. Biaya tersebut tentu saja di luar bahan yang juga harus dibeli. Bahan yang diminta oleh tukang itu ternyata berkisar di angka Rp200 ribu. Sehingga total biaya yang saya keluarkan berada di angka Rp 700 ribu. 

Dalam waktu sehari pekerjaan selesai. Tiga hari setelahnya hujan turun cukup deras. Sepulang kerja, saya dengan percaya diri dapat memastikan bahwa atap rumah sudah aman dari kebocoran. Tapi nyatanya tidak, tiga titik kebocoran aman. Satu titik kebocoran masih sama dan satu titik kebocoran di bagian talang malah lebih parah. Kecewa, kesal dan tentu saja marah. Ini apa?

Baik. Saya tekan rasa kecewa, kesal dan marah karena ada garansi dari sang tukang. Meskipun begitu hati kecil dan perasaan saya berkata garansi itu tak mungkin berhasil. Bagaimana mungkin seorang yang katanya kompeten di pertukangan dengan meminta bayaran yang tidak murah ternyata gagal di pekerjaan awal. Bukankah pengalaman dan kompetensi profesionalnya sebagai tukang bangunan seharusnya mampu membaca teori kerusakan dan menerapkan solusi perbaikan dalam praktiknya? 

Dugaan saya tidak meleset. Tukang itu abal-abal. Pasalnya, setelah garansinya dilaksanakan juga dengan biaya tambahan lagi-lagi untuk beli bahan, atap rumah saya tetap bocor bahkan lebih parah dari sebelumnya. Padahal kalau memakai tukang profesional merujuk pada aplikasi yang dapat dilihat, biaya tukang per hari di angka tertinggi adalah Rp250 ribu. 

Pengalaman mendapat tukang abal-abal untuk pekerjaan perbaikan rumah, yang ujungnya malah menderita kerugian berkali-kali menjadikan betapa pentingnya memanggil tukang bangunan yang memiliki kompetensi atau keahlian yang tidak kaleng-kaleng. Tetapi bagaimana caranya mendapatkan tukang bangunan atau tukang pekerjaan perbaikan rumah lainnya, yang benar-benar memiliki kompetensi sesuai keahliannya?

Pentingnya memanggil tukang-tukang bersertifikasi untuk pekerjaan perbaikan rumah seperti tukang ledeng, tukang listrik, tukang bangunan atau tukang lainnya adalah agar masyarakat pengguna jasa tukang terhindar dari beberapa kerugian berikut:

1. Pengeluaran biaya yang sia-sia karena memanggil tukang abal-abal yang bahkan kerugian yang ditimbulkan bisa kerkali-kali lipat.

2. Waktu yang terbuang percuma sebab hasil kerja tukang abal-abal yang dipanggil tidak sesuai dengan harapan.

3. Garansi yang diberikan tukang bersertifikasi tentu bukan garansi yang terbilang main-main apalagi jika jasa tukang profesional yang dipanggil merupakan jasa tukang yang terkoneksi dengan perusahaan jasa tukang. 

4. Kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh kelalaian tukang, berdasarkan perjanjiaan kerja yang disepakati tentu bukan menjadi tanggung jawab konsumen pemakai jasa tukang.

5. Bahkan pada proses atau prosedur tertentu apabila terjadi kelalaian pekerjaan tukang atas kerusakan barang atau kegagalan pekerjaan perbaikan rumah yang justru menimbulkan efek kerusakan lain, konsumen berhak meminta ganti rugi. 

Setelah mengetahui pentingnya tukang bersertifikasi, bagi konsumen jasa tukang di Indonesia, mencari tukang bangunan di Indonesia mungkin tak terlalu sulit dilakukan. Namun, mencari tukang bangunan yang memiliki sertifikat secara profesional, pastilah masih merupakan salah satu pekerjaan yang sulit.

Merujuk sebuah portal badan usaha yang menyelenggarakan layanan jasa sertifikasi, lspkonstruksi.com, sertifikat kompetensi tukang bangunan gedung dapat diajukan dan dikeluarkan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), tentu saja dengan beberapa syarat dan serangkaian uji. Sertifikat Kompetensi BNSP adalah pengakuan resmi atas keahlian seseorang di bidang tertentu, dikeluarkan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) di Indonesia, termasuk Sertifikasi Kompetensi BNSP Tukang Bangunan Gedung.

Kompetensi seseorang yang memegang sertifikat BNSP Tukang Bangunan Gedung, akan mencakup berbagai unit kompetensi yang melibatkan keterampilan dan pengetahuan yang penting dalam menjalankan tugas sebagai seorang Tukang Bangunan Gedung. Ada 13 unit kompetensi yang didefinisikan dalam sertifikat ini. 

Untuk kasus tukang abal-abal perbaikan atap yang saya alami, seharusnya ditangani oleh dan masuk ke unit kompetensi ke 7, yaitu melaksanakan pemasangan rangka dan penutup atap kode F 410100.007.01. Jadi, masih ingin memperbaiki sendiri atau memanggil tukang yang belum tentu profesional?

Referensi

https://lspkonstruksi.com/sertifikat-kompetensi-bnsp/tukang-bangunan-gedung  

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun