Dunia pendidikan tengah dihebohkan oleh seorang murid dan guru di sebuah sekolah dasar (SD) di Lumajang. Usai tanya jawab tentang makanan yang dikonsumsi oleh sapi, antara guru dan murid-murid di sekolah tersebut, tanya jawab itu membuat heboh dan viral di media sosial TikTok.Â
Pasalnya, salah seorang murid sekolah dasar yang bernama Desril menjawab dengan jawaban tak biasa untuk pertanyaan, sapi yang menghasilkan susu makannya apa? Â
Ketika teman-temannya menjawab makanan sapi adalah rumput atau buah-buahan, Desril justru menjawab dengan jawaban yang tak pernah terbayangkan oleh sang guru atau siapa pun, yaitu "martabak".
Jawaban martabak membuat Pak Ribut, guru yang bertanya tidak begitu saja percaya. Tetapi alih-alih berdebat panjang tanpa ada ujungnya alias debat kusir, Pak Ribut lebih memilih menghentikan debat dan akan membuktikan jawaban Desril dengan melihat langsung ke TKPS (Tempat Kejadian Perkara Sapi).Â
Maka pada konten yang tersebar di media sosial berikutnya, dalam konten menguji pembuktian, tersaji kunjungan Pak Ribut dan Desril ke rumah tetangga Desril, yaitu Pak Kamal pemilik sapi. Di sana Pak Ribut terlihat membawa beberapa potong martabak.Â
Saat potong demi potong martabak mulai disodorkan, tampak sapi milik Pak Kamal melahap habis setiap potongan martabak yang disodorkan ke mulut sapi tersebut.Â
Dengan membuktikan dan menyaksiksan secara langsung, Pak Ribut akhirnya percaya bahwa ada sapi makan martabak. Karenanya Pak Ribut rela merogoh kocek hingga Rp 1 juta sebagai hadiah kepada Desril sebab jawaban sapi makan martabak terbukti benar.Â
Sementara seringkali dalam ruang debat yang membahas tema-tema penting yang terkait masalah kebangsaan dan kenegaraan, kita kerap melihat dalam setiap debat di berbagai ruang digital dengan topik apa pun, terutama aspek politik, para pendebat selalu saling mempertahankan argumentasi dan pendapat tanpa menunjukkan bukti konkret.Â
Semua pendebat biasanya mengacu pada data yang ditunjukkan, dan tentu saja setiap data ternyata tidak mempunyai kecenderungan kesamaan antara data satu dan lainnya, meskipun untuk objek data yang seharusnya sama. Jadi, siapa benar dan siapa salah tetap saja masih menjadi pertanyaan di benak penonton.Â
Padahal seperti kita ketahui bahwa peserta debat pada acara atau program di ruang-ruang digital senantiasa terdiri orang- orang yang mempunyai jenjang pendidikan tinggi, intektualitas mumpuni, kompetensi, kapabilitas, keahlian dan kecerdasan. Karena umumnya mereka adalah para pejabat, eksekutif, profesional, akademisi, praktisi atau pakar lainnya.Â