Bayangkan bila semua guru yang merupakan identitas sosok cerdas di sekolah, mempunyai jiwa ksatria seperti Pak Ribut, berkenan merendahkan ego keilmuannya (mengakui kekurangannya) dengan berupaya membuktikan langsung kebenaran jawaban seorang murid sekolah dasar (SD).Â
4. Sapi makan martabak mengajarkan pada kita semua bahwa kebenaran tidak hanya bisa dikatakan, tetapi perlu diuji atau dibuktikan. Itulah kenapa di dunia pendidikan, ujian perlu dilaksanakan.Â
5. Tidak sekadar berkenan merendahkan ego keilmuannya, Pak Ribut juga memberikan apresiasi terhadap kebenaran dengan memberi hadiah uang kepada Desril.Â
Artinya, Orang-orang terdidik selain diharapkan berjiwa ksatria, juga diharapkan mempunyai sikap rendah hati, tidak sombong, simPATI danbempati serta peka dalam merespon kemampuan atau pengalaman orang lain.Â
Untuk dunia pendidikan, tentu bisa menjadi contoh betapa apresiasi atau penghargaan dibutuhkan baik oleh pendidik maupun peserta didik.Â
Belajar dari sapi dan martabak untuk pendidikan berkualitas, berarti berusaha mempelajari, menggali, mendalami dan menyelami peristiwa tanya jawab antara guru dan murid tentang keilmuan, sikap dan perilaku pendidikan serta korelasi positif yang dapat diambil darinya.Â
Untuk kemudian sedemikian rupa disusun dan dibentuk untuk menjadi kebiasaan di dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga apa yang dapat dipelajari dari peristiwa sapi makan martabat dan memberi manfaat bagi dunia pendidikan segera bisa diterapkan guna menghasilkan pendidikan berkualitas.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H