Tetapi dengan hanya 7 (tujuh) orang dari jalur independen, sebagian besar orang akhirnya menilai pesimis sebab sebagian besar nama-nama dalam daftar dinilai tidak membekal kompetensi dan keahlian.Â
Maka alih-alih membentuk zaken kabinet sesuai dengan niat awalnya, rencana 46 kementrian yang akan dibentuk justru mengubahnya menjadi kabinet gemuk (besar atau banyak). Â Â
Sementara menurut Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah, menilai nama calon menteri pada kabinet Presiden terpilih Prabowo Subianto erat kaitannya dengan balas jasa dalam pilpres lalu dan adanya intervensi Joko Widodo. Nama-nama yang muncul masih didominasi tokoh politik, sekaligus anggota kabinet era Jokowi.Â
Bila beranjak dari opini Dedi Kurnia dan beberapa pengamat politik lain yang bisa dijaring dari berbagai media daring bahwa dari daftar nama yang dipanggil dan didominasi oleh kabinet era Jokowi, pertanda semakin menguatnya nuansa politik transaksi atau politik balas budi.Â
Opini tersebut menunjukkan arti bahwa pertemuan-pertemuan yang telah dilakukan oleh elite politik, partai koalisi dan tim pemenangan dari jauh hari sebelum terjadinya pemanggilan merujuk pada aksi para penjasab, yaitu menagih hutang budi.Â
Mengacu pada apa yang tersaji dalam rencana pembentukan kabinet gemuk lewat daftar nama yang diundang dan menunjukkan adanya fakta bahwa transaksi politik yang sudah dibangun sejak koalisi jelang Pilpres turut melahirkan penjasab politik, yang patut diwaspadai adalah terbentuknya mental dan karakteristik debt collector dengan kecenderungan melekat pada diri penjasab politik.Â
Kemudian masalahnya, apakah jabatan kabinet yang didapat, diterima atau diberikan melalui tagihan budi atas jasa politik akan lebih baik kinerjanya?
Terutama ketika mengambil perspektif pencapaian dari menggali rekam jejak atas kinerja yang telah usai dijalankan oleh sebagian nama dalam daftar yang berasal dari kabinet sebelumnya.Â
Dimana di antara rekam jejak yang ditinggalkan oleh beberapa nama di kabinet era Jokowi yang akan masuk ke kabinet gemuk, dinilai belum memuaskan. Apalagi kasak-kusuk sebagian besar publik digital yang menunjukkan keselarasan pesimis yang sama dengan sejumlah pengamat politik.Â
Ditambah kecenderungan melekatnya mental dan karakteristik debt collector pada penerima jabatan yang perolehannya karena menagih budi, dengan penilaian dan sikap pesimis yang sedemikian, bagaimana nasib Indonesia Emas 2045? Â Â
Indonesia Emas 2045 merupakan tujuan kolektif bagi masyarakat Indonesia. Aspirasi Indonesia Emas 2045 adalah Indonesia yang makmur, bertumbuh secara berkelanjutan, dan inklusif.Â