Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Logika Kultus: Menguak Labubu hingga Menggali Fufufafa

5 Oktober 2024   11:17 Diperbarui: 1 November 2024   09:50 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jawabannya kembali sederhana; sebab rasional, logika dan akal sehat yang dibangun adalah 'logika kultus'.  Yaitu jalan pikiran yang masuk akal hanya jika mengarah pada penghormatan atau kesukaan berlebihan seorang fan, fandom atau para pemuja atas tokoh idola atau  pada sesuatu yang diyakininya saja. 

Logika kultus sangat cenderung dibangun oleh orang-orang yang terlalu berlebihan mendukung, menyukai atau mencintai seorang tokoh (idola) atau pada sesuatu yang diyakininya. Orang-orang yang dengan rela mengorbankan segala-segalanya untuk membela tokoh idola atau sesuatu yang diyakininya bahkan tidak mau mengakui apa pun kebaikan, kebenaran, kelebihan, prestasi atau suatu hal yang sungguh masuk akal yang datang dari luar dirinya, tokoh idolanya dan keyakinannya.  

Orang-orang yang membangun logika kultus adalah orang-orang yang dapat digolongkan sebagai kaum sebelah. Yaitu orang-orang yang dengan apologi dan keyakinan semu atas ego dirinya, yang terus-menerus dipertahankan membela dan tetap berada di satu posisi tanpa sedikit pun berkenan atau sudi mengubah sebagian atau sejumlah pandangan, apologi dan keyakinannya atau dengan kata lain tidak peka (tone deaf) terhadap kebaikan atau kebenaran sisi lainnya, walaupun sisi yang dipertahankannya telah menampakkan ketidakbaikan, ketidakbenaran, kecurangan atau penyimpangan secara terang benderang.

Kaum sebelah adalah mereka yang tidak memiliki netralitas terutama ketika sedang berargumentasai atau berinteraksi dengan seterunya, lawannya atau kaum sebelah lainnya sehingga sejalan dengan pendefinisian logika kultus, yang juga tidak mempunyai kandungan makna netralitas. Jadi bagaimana menurut pembaca, logika apa yang akan digunakan untuk menciptakan persatuan, kesatuan dan kedamaian? 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun