Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Alamat Penipuan Lowongan Kerja, Ciri, Modus Operandi, Media Sebar dan Antisipasi

18 September 2024   16:03 Diperbarui: 18 September 2024   16:07 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dok. Kemnaker/kompas.com

Masalah Para Pemburu Kerja

Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan jumlah PHK dari Januari hingga akhir Agustus mencapai 46.240 pekerja. Hingga akhir tahun 2024 nanti, diperkirakan gelombang PHK akan tembus diangka 70.000 pekerja. Sementara indeks ketersediaan lapangan kerja sampai Juni 2024 cenderung stagnan dan menurun tipis.

Di tengah gelombang PHK yang masih akan terus berlangsung dan kesulitan banyak orang dalam menemukan ketersediaan lapangan kerja, ternyata tidak sedikit orang juga berupaya mengambil kesempatan atau keuntungan dalam kesempitan atas kecemasan yang dialami oleh para pencari kerja dengan melakukan penipuan.

Penipuan lowongan kerja yang dilakukan oleh beberapa pihak umumnya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan finansial atau data pribadi pelamar kerja yang nantinya digunakan pula sebagai jaminan untuk meraih keuntungan ekonomi.

Oleh karenanya, di era serba magis di dunia digital, seluruh penawaran dalam bentuk apa pun yang terkait dengan kesempatan kerja harus melalui proses verifikasi, validasi atau triple checking.

Bagi calon pekerja atau pelamar kerja yang membutuhkan dan sedang mencari pekerjaan, untuk menghindari penipuan lowongan kerja yang sudah marak terjadi dan bisa saja menimpanya, calon pekerja atau pelamar kerja perlu mengenali alamat termasuk di dalamnya data perusahaan, ciri penipuan lowongan kerja, modus operandi penipuan lowongan kerja dan media sebarnya sebagai cara antisipasi awal.

Alamat Penipuan Lowongan Kerja

Di antara data resmi perusahaan yang umumnya terbaca atau diterima oleh para pelamar kerja, baik tertulis di iklan, brosur, postingan lowongan kerja maupun pada saat menerima balasan atas lamaran kerja yang telah diajukan adalah nama perusahaan, alamat kantor, alamat email, web, dan nomor telepon yang dapat dihubungi.

Baca juga: Apa itu Spatles?

Bagi para penipu berkedok lowongan kerja, mengkambing abu-abukan (mencatut) nama perusahaan dan alamat kantor dengan memanipulasi alamat email, web dan nomor telepon merupakan salah satu bagian dari cara kerja mereka.

Para penipu berkedok lowongan kerja tak akan segan-segan mencatut nama-nama perusahaan dan datanya serta memanipulasi alamat email, web dan nomor telepon demi meraih keuntungan yang diharapkannya.

Sebagian penipu lainnya sengaja melakukan manipulasi mulai dari nama perusahaan dan alamat kantor dengan membuat web, aplikasi dan berbagai akun media sosial, juga dengan mencantumkan alamat email dan nomor kontak agar tingkat kepercayaan target yang hendak ditipu terhadap perusahaannya kian meningkat.

Ciri Penipuan Lowongan Kerja

Setelah mengenali alamat penipuan lowongan kerja, calon pekerja atau pelamar kerja perlu mengenali ciri penipuan lowongan kerja antara lain: adanya pungutan biaya mulai dari biaya administrasi hingga biaya jaminan masuk, identitas perusahaan yang tidak jelas atau tak pasti, permintaan data pribadi sampai diminta melakukan swafoto, tidak diminta berkas lamaran kerja apa pun tetapi dijanjikan mendapat pekerjaan yang standar dan baik, mengulur-ulur waktu proses rekruitmen dan meminta sejumlah deposit, diminta melakukan sejumlah penyelesaian tugas via online terlebih dahulu, tawaran gaji dan jenis pekerjaan yang tidak masuk akal.

Modus Operandi Penipuan Lowongan Kerja

Untuk melaksanakan aksi penipuan berbasis lowongan kerja, para penipu biasanya akan melakukan cara operasi yang berbeda dalam menjalankan rencana kejahatannya. Seringkali modusnya disesuaikan dengan teknologi yang sedang berkembang pesat. Kadang diselaraskan dengan sisi lain kehidupan para pencari kerja yang menjadi target.

Modus operandi penipuan lowongan kerja yang dilakukan oleh para pelaku penipuan antara lain:

  • Modus operandi dengan menyebarkan tautan website melalui platform online seperti Facebook, Telegram, dan WhatsApp, sms dan email untuk mengerjakan pekerjaan paruh waktu atau freelance. Di sini para pelamar kerja akan diminta untuk melakukan transfer atau mendepositokan sejumlah uang untuk dapat memulai pekerjaannya.
  • Data pelamar kerja digunakan untuk melakukan pinjaman online (pinjol), modus ini terbilang baru.
  • Modus personal dengan cara menjanjikan pekerjaan, bisnis sampingan, kerja paruh waktu melalui komunikasi personal yang berujung pada pertemuan dan penipuan dengan menyasar kehidupan pribadi seperti soal hutang, percintaan dan jodoh hingga terjadi penipuan.
  • Modus mengumpulkan data pelamar kerja sebanyak-banyaknya, yang kemudian digunakan untuk membangun suatu komunitas atau memakai data tersebut  untuk keuntungan pribadi, termasuk mengkomersilkan data yang telah dikumpulkan.
  • Menggunakan keinginan kuat orang-orang yang ingin mendapatkan pekerjaan sesuai dengan cita-citanya semisal menjadi pegawai ASN (PNS) termasuk menjadi ABRI dan Polri. Dimodus ini, pelaku akan mengaku sebagai orang yang punya kuasa atau orang dalam yang bisa memuluskan proses perekrutan. Tentunya dengan syarat menyetorkan sejumlah uang yang cukup besar agar prosesnya berjalan lancar.
  • Modus penampung kerja, daftar tunggu atau transit kandidat yang dilakukan oleh pelaku dengan mengatasnamakan divisi rekuitmen orang dalam atau outsourching. Di modus ini para pelamar kerja umumnya diminta untuk menyerahkan sejumlah uang jaminan sebagai daftar tunggu agar menjadinya diprioritaskan Ketika lowongan kerja sudah ada.

Media Sebar Penipuan Lowongan Kerja

Walaupun teknologi informasi sudah berkembang sedemikian pesat, masih terdapat beberapa lowongan pekerjaan yang dibuka dengan cara-cara konvensional seperti pasang brosur di dinding, pintu atau menempelkan poster lowongan di tempat-tempat strategis.

Ada juga yang masih menggunakan media iklan surat kabar cetak atau mengirim surat undangan yang tentu saja undangan palsu yang ditujukan untuk menjerat para pelamar kerja.

Selain itu, lowongan pekerjaan juga disebar lewat situs palsu atau berdomain gratis, via SMS, telepon, atau email palsu. Mengirim pesan via chat atau mengirimkannya ke media sosial termasuk memposting iklan lowongan pekerjaan di berbagai platform media sosial.

Antisipasi Penipuan Berkedok Lowongan Kerja

Bagi calon pekerja atau pelamar kerja yang membutuhkan dan sedang mencari pekerjaan, untuk menghindari penipuan lowongan kerja yang sudah marak terjadi dan bisa saja menimpanya, calon pekerja atau pelamar kerja perlu melakukan antisipasi dengan cara berikut:

  • Abaikan segala bentuk informasi yang mencirikan penipuan lowongan kerja.
  • Berusaha mengenali alamat termasuk di dalamnya data perusahaan, apakah memenuhi ciri penipuan lowongan kerja, barangkali termasuk dari modus operandi penipuan lowongan kerja dan perhatikan media sebarnya sebagai cara antisipasi berikutnya. Di titik ini nalar kritis atau cara berpikir kritis harus diaktifkan.
  • Melakukan diskusi pada teman, kerabat, sahabat atau saudara tentang informasi lowongan kerja atau panggilan kerja agar dapat menerima masukan yang barangkali dapat memberikan informasi untuk melanjutkan atau menghentikan prosesnya.
  • Triple checking, tidak sekadar memeriksa ulang, tetapi melakukan cek tiga kali, maksudnya adalah memeriksa lagi secara secara offline maupun online setelah memeriksa ulang. Ini adalah proses melakukan verifikasi dan validasi ulang baik langsung maupun via internet. Oleh karena di era serba magis di dunia digital informasi lowongan atau panggilan pekerjaan sungguh tampak manis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun