Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berpikir Sains

16 Agustus 2024   16:31 Diperbarui: 16 Agustus 2024   16:34 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: iStockphoto/iLexx/kompas.com

Penggunan kata 'meninggalkan' pada semboyan jas merah tentu jauh lebih tepat dibanding dengan penggunaan kata 'melupakan', sebagaimana yang seringkali jika boleh dibilang keliru, ketika oleh sejumlah orang dinarasikan sebagai "Jangan Sekali-sekali Melupakan Sejarah". 

Mana mungkin sejarah bisa dilupakan dari rekaman yang telah terpatri dari generasi ke generasi melalui berbagai literasi jejak sejarah dalam segala bentuknya, seperti buku-buku sejarah, museum, bangunan-bangunan bersejarah, benda purbakala, prasasti dan bentuk jejak sejarah lainnya. 

Faktanya, banyak peristiwa sejarah diperingati setiap tahunnya oleh bangsa Indonesia, banyak museum masih berdiri tegak, banyak koleksi manuskrip sejarah masih tersimpan, dan masih banyak buku-buku sejarah yang terus ditulis.

Belakangan, di dalam dialektika digital, tersaji sejumlah tesis terkait klaim sejarah bangsa Indonesia yang diungkapkan oleh beberapa tokoh dan kemudian dibantah dengan kemunculan antitesis sebagai kritik atas klaim tersebut di ruang-ruang digital. Oleh karenanya setelah tesis dan antitesis saling menunjukkan sumber validitasnya, maka lahirlah sintesis-sintesis yang pada akhirnya menyatukan suatu peristiwa menjadi kebenaran sejarah yang tervalidasi secara ilmiah atau sains. 

Validasi ilmiah atau sains itulah yang mendasari cara berpikir sains. Bahwa segala peristiwa, fenomena atau momentum yang terjadi di permukaan bumi dan seisinya dapat dijawab dengan pemaparan ilmu pengetahuan secara sistematis dari berbagai sudut pandang keilmuwan alam dan dunia fisik, termasuk ilmu botani, fisika, kimia, geologi, zoologi dan sebagainya, yang diperoleh dari suatu observasi, penelitian dan uji coba yang mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu yang sedang diselidiki, dipelajari, dan sebagainya.

Atas kecenderungan cara berpikir sains pulalah Soekarno menggunakan kata 'meninggalkan' pada semboyan "Jas Merah, Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah", yang dimaksudkan agar bangsa Indonesia jangan pernah dengan sengaja membiarkan, membuang, tidak membawa serta, menonaktifkan latar belakang sejarah berdirinya bangsa Indonesia. Meninggalkannya tetap berada di masa lalu dan tidak menyertakannya ke dalam setiap langkah bangsa dalam membangun masa depan. 

Padahal sejatinya secara sains, memori sejarah bangsa Indonesia telah tersimpan di akalbudi di dalam benak, yang terus mengalir melalui darah, napas dan denyut nadi dari setiap generasi ke generasi bangsa Indonesia sehingga melupakan sejarah jelas berlawanan dengan pembuktian berpikir sains.

Dengan menggunakan cara berpikir sains ke dalam setiap bidang kehidupan manusia, bukan hanya perkara memaafkan lalu melupakan yang dapat dijawab dan dibuktikan secara ilmiah oleh berpikir sains, melainkan semua peristiwa, fenomena atau momentum yang terjadi di dunia ini.  

Sebab berpikir sains adalah menempatkan dan menggunakan ilmu pengetahuan secara sistematis dari berbagai sudut pandang keilmuwan alam dan dunia fisik, termasuk ilmu botani, fisika, kimia, geologi, zoologi dan sebagainya di akalbudi, untuk mendapatkan hasil (validasi ilmiah atau sains) untuk membuktikan mengapa, di mana, bilamana dan bagaimana suatu peristiwa, fenomena atau momentum bisa terjadi, melalui serangkaian praktik observasi, penelitian dan uji coba. 

Maka marilah mulai berpikir sains agar bangsa Indonesia maju secara intelektual dalam merespon, menjawab, menghadapi tantangan dan menggerakkan semua potensi dan sumber daya untuk mampu berkompetisi dengan kesiapan bekal ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia internasional!  

Referensi  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun