"Sesungguhnya Allah mencatat berbagai kejelekan dan kebaikan lalu Dia menjelaskannya. Barangsiapa yang bertekad untuk melakukan kebaikan lantas tidak bisa terlaksana, maka Allah catat baginya satu kebaikan yang sempurna. Jika ia bertekad lantas bisa ia penuhi dengan melakukannya, maka Allah mencatat baginya 10 kebaikan hingga 700 kali lipatnya sampai lipatan yang banyak." (HR. Bukhari no. 6491 dan Muslim no. 130)
Berniat baik tapi tidak dapat terlaksana saja sudah merupakan satu kebaikan, maka apa alasan bagi seseorang untuk tidak mau berbuat baik. Niat baik yang tidak terlaksana tapi berbuah kebaikan tentunya adalah niat yang berasal dari kesungguhan hati (tekad), dan tiada yang bisa menilai tekad (kesungguhan hati) seseorang dalam berbuat kebaikan kecuali Allah Subahanahu Wa Ta'ala.Â
Akan tetapi ada jenis kebaikan yang jika dilaksanakan justru akan mendatangkan dosa bagi pelakunya ketika dilakukan dalam kondisi yang dilarang atau haram hukumnya. Kebaikan itu adalah kebaikan orang-orang yang disebut dermawan; pemurah hati; orang yang suka berderma, memberi, berbagi, beramal atau bersedekah. Â
Seperti dikutip dari detik.com, dalam kondisi berikut ini seorang  yang suka berderma, memberi, berbagi, beramal seharusnya tidak disebut dermawan karena dilarang untuk bersedekah:Â
1. Sedekah dari Hasil Usaha yang Haram
Rizem Aizid dalam bukunya yang berjudul Di Bawah Naungan 'Arsy, menjelaskan bahwa sedekah menjadi haram jika diambil dari harta yang dihasilkan dengan cara haram seperti korupsi, pencurian, menipu orang lain, hingga bisnis narkoba.
2. Sedekah dengan Barang Haram
Mengutip buku Fiqh Muamalat karya Abd. Rahman Ghazaly, barang haram di sini yakni haram secara zat seperti daging babi.
3. Sedekah dengan Maksud Riya
Bersedekah dengan tujuan duniawi seperti ingin dipuji orang lain atau pamer (riya), ini juga termasuk jenis sedekah yang dilarang atau haram hukumnya.
4. Sedekah kepada Ahli Maksiat
Jenis sedekah yang haram yang dimaksud adalah sedekah yang diberikan memungkinkan digunakan untuk melakukan maksiat seperti judi, mabuk, maupun zina.
Tetapi sedekah atau berderma dapat berubah hukumnya menjadi wajib apabila seorang (Muslim) telah mampu dan berkecukupan bertemu orang lain yang kekurangan.Â
Maka jika ada orang meninggal kelaparan, yang di dekatnya terdapat orang-orang (Muslim) yang mampu dan berkecukupan serta mengetahui orang tersebut kelaparan tapi dibiarkan, hukum wajib dikenakan padanya. Sehingga dosa menjadi tanggungannya.Â
Di era generasi topping, ketika tangan di atas tetap lebih baik dari tangan di bawah, tapi saat tangan kanan memberi tangan kiri ternyata harus tahu, menjadi pertanyaan banyak orang, apakah derma atau sedekah yang dilakukan termasuk kategori riya?Â
Sebelum masuk pada jawaban atas pertanyaan itu, ada sebuah pertanyaan lain yang seringkali dipertanyakan juga oleh banyak orang, apakah berderma atau bersedekah harus dengan niat atau hati ikhlas?Â
Alasan mengapa bersedekah harus dengan niat atau hati ikhlas adalah kekhawatiran tersakitinya penerima sedekah ketika kelak kebaikan sedekah diungkit oleh penderma, rasa kecewa saat penerima sedekah ternyata orang mampu dan berkecukupan, sedekah jadi ajang sosialaba, sedekah diminta kembali karena tujuan penderma dalam bersedekah tidak tercapai atau sedekah jadi ajang pamer.Â
Jika seorang dermawan ikhlas melakukannya maka alasan-alasan tadi tidak akan menjadi sesalan saat sedekah diketahui disalahgunakan sebab sedekah dilakukan semata-mata berharap rido Allah Subhanahu Wa Ta'ala.Â
Tetapi penyalahgunaan maksud dan tujuan sedekah juga menunjukkan bahwa seorang dermawan semestinya memiliki bekal pengetahuan tentang hukum-hukum sedekah, tentang kapan dan dalam kondisi bagaimana sedekah dianjurkan atau disunahkan, kapan menjadi haram atau menjadi wajib.Â
Sehingga konsep sedekah dan tata kelola dalam perspektif global, khususnya bagi orang-orang muslim tidak keluar dari koridor hukum yang telah ditetapkan. Kemudian tujuan sedekah selain untuk mendapatkan pahala dan berkah bagi pelakunya, juga tepat sasaran dan memberikan berkah serta manfaat bagi penerimanya. Â
Oleh sebab itu, seseorang yang hendak berderma perlu mengetahui dan memetakannya ke dalam cara berpikir dermawan. Agar tak ada lagi orang-orang yang menggunakan nilai kebaikan konsep sedekah sebagai konten yang tidak memenuhi kaidah-kaidah keilmuwan dalam bersedekah.
Yaitu konten-konten sedekah dengan kecenderungan pamer (riya) kekayaan atau kedermawanan, ikoy-ikoyan atau mengondisikan diri sebagai sosialaba, yang melakukan sedekah untuk mencari keuntungan dengan harapan awal menarik sebanyak-banyaknya jumlah viewer, follower, subscriber, click, like, tap love, comment atau share yang akan meningkatkan akumulasi engagement rate, memosisikan akun di algoritma teratas, melambungkan angka monetitasi dan ujungnya meraih cuan. Sebuah proses pemanfaatan sarana ibadah sebagai industri pendulang laba.
Maka untuk menghindari pertumbuhan dan perkembangan industri pendulang laba digital lewat jalur ibadah dapat diminimalkan, orang perlu tahu dan memulai tentang niat dan konsep sedekah atau kedermawanan melalui cara berpikir dermawan, yang berarti berniat atau menempatkan keinginan berderma, memberi, berbagi, beramal atau bersedekah di akalbudi agar saat direalisasikan sesuai dengan koridor hukum dan ketentuan yang telah ditetapkan sehingga konsep bersedekah tepat sasaran baik peneriman dan kemanfataannya.
Â
Referensi
https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-7125746/wajib-tahu-4-bentuk-sedekah-ini-haram-hukumnya
https://rumaysho.com/2557-cuma-bertekad-sudah-dicatat-satu-kebaikan.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H