Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berpikir Bodo Amat

14 Agustus 2024   06:05 Diperbarui: 14 Agustus 2024   06:22 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: instagram.com/fahrirasihan/buku.kompas.com

Pada Kamis, 1 Agustus 2024 malam dalam sebuah acara "Zikir dan Doa Kebangsaan 79 Tahun Indonesia Merdeka" di Istana Negara, Jakarta, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyampaikan permintaan maaf kepada masyarat. 

"Bapak/Ibu sekalian, Saudara-Saudara sebangsa dan se-Tanah Air, dalam kesempatan yang baik ini, di hari pertama bulan kemerdekaan, Agustus, dengan segenap kesungguhan dan kerendahan hati, izinkanlah saya dan Profesor Kiai Haji Ma'ruf Amin, ingin memohon maaf yang sedalam-dalamnya atas segala salah dan khilaf selama ini, khususnya selama kami berdua menjalankan amanah sebagai Presiden Republik Indonesia dan Wakil Presiden Republik Indonesia," kata Jokowi.

“Kami sangat menyadari bahwa sebagai manusia, kami tidak mungkin dapat menyenangkan semua pihak. kami juga tidak mungkin dapat memenuhi harapan semua pihak. Saya tidak sempurna, saya manusia biasa. Kesempurnaan hanya milik Allah, kerajaan langit dan bumi serta apa pun yang ada di dalamnya. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,” lanjut Jokowi. 

Beraneka macam respon atau tanggapan datang dari para politisi dan masyarakat. Ada yang menyebut permintaan Jokowi sebagai sifat bijak, tidak perlu dihiraukan terlalu serius atau jauh karena sudah terlambat, mendukung, bentuk pertanggungjawaban moral, baik, basa-basi dan berbagai respon atau tanggapan lainnya. 

Baca juga: Berpikir Maestro

Pada bagian pernyataan maaf yang disebutkan oleh Jokowi bahwa kami tidak dapat menyenangkan dan memenuhi harapan semua pihak, yang tentunya ditangkap sebagai permohonan maaf dalam perspektif global. Sehingga ungkapan permintaan maaf Jokowi tidak disampaikan sebagai permohonan maaf pada pihak yang tidak mendapatkan kesenangan atau pemenuhan harapan secara poin per poin. Sebab konteks acaranya memang bukan dalam rangka pertanggungjawaban. Tetapi apakah dalam konteks acara tersebut masyarakat memaafkan?

Seperti apa yang diungkap oleh Jokowi tentang kesadarannya bahwa sebagai manusia tidak dapat menyenangkan dan memenuhi harapan semua pihak, maka tentu akan seperti itu pula jawaban pihak-pihak yang tidak dapat dibuat senang atau dipenuhi harapannya, bahwa tidak semua dari mereka akan memaafkan lalu melupakan atau memaafkan tapi untuk bagian-bagian tertentu tak akan melupakan. 

Dalam konteks cara berpikir bodo amat, sejumlah masyarakat lainnya menganggap permintaan maaf Presiden Jokowi pada acara itu tidak penting atau bukan prioritas, yang apabila ditarik ke dalam polling pertanyaan "Jokowi minta maaf ke masyarakat Indonesia, dimaafkan?" dengan jawaban, a. dimaafkan, b. tidak dimaafkan dan c. tidak tahu/tidak mau menjawab, maka bagi orang-orang yang menjawab c, masuk ke kategori orang-orang yang berpikir bodo amat.

Tapi kenyataannya, pertanyaan "Jokowi minta maaf ke masyarakat Indonesia, dimaafkan?" memang merupakan pertanyaan sebuah polling yang diadakan oleh kumparan.com dengan pilihan 2 jawaban saja, yaitu "dimaafkan" atau "tidak", yang hasilnya menunjukkan 30.86% memilih "dimaafkan" dan 69.14% memilih "tidak" dari 2317 pemilih. Artinya, polling meniadakan orang-orang yang berpikir bodo amat. Apakah berpikir bodo amat ditujukan untuk menjawab permintaan maaf seseorang?

Jawabannya; tentu saja tidak. 

Baca juga: Berpikir Kriminal

Merujuk pada sebuah seni untuk bersikap bodo amat ala Mark Manson, yang pada intinya adalah panggilan untuk menyadari kekuatan dalam memilih apa yang benar-benar penting dalam hidup dan mengabaikan hal-hal yang tidak perlu. Maka berpikir bodo amat adalah menempatkan akalbudi untuk mempertimbangkan dan memutuskan segala sesuatu hanya untuk yang perlu, penting atau prioritas saja di luar dari makna egois atau mementingkan diri sendiri.

Baca juga: Berpikir Profesor

Beranjak dari maksud seni untuk bersikap bodo amat melalui cara berpikir bodo amat, keputusan untuk bersikap dan bertindak bodo amat merupakan langkah atau cara seseorang untuk menjalani hidup yang baik dan bahagia. Karena dengan berpikir bodo amat dan menerapkannya dalam seni bersikap bodo amat, dapat mengarahkan seseorang untuk beberapa hal berikut:

1. Fokus pada Hal-hal Penting

Berpikir bodo amat untuk bersikap bodo amat akan mengarahkan seseorang untuk tidak terjebak dalam urusan tidak penting atau hal-hal yang tidak perlu. Dengan berpikir untuk bersikap bodo amat, seseorang dapat lebih fokus pada hal-hal yang benar-benar, perlu, penting dan prioritas yang berguna bagi dirinya.

2. Melepaskan Kecemasan dan Kekhawatiran Berlebihan

Sering kali setiap orang merasa cemas dan khawatir tentang hal-hal yang belum terjadi atau di luar kendali. Berpikir bodo amat untuk bersikap bodo amat akan mengajarkan seseorang untuk melepaskan kecemasan dan kekhawatiran berlebihan. 

3. Menghargai Kehidupan

Dengan berpikir bodo amat untuk bersikap bodo amat, seseorang akan belajar untuk menghargai setiap momen dalam hidup dan tidak terlalu memikirkan perasaan negatif atau hal-hal yang tidak menyenangkan. Sikap ini akan mengarahkan seseorang lebih menikmati hidup dengan lebih baik dan bahagia.

4. Menerima Kegagalan

Berpikir bodo amat untuk bersikap bodo amat terhadap segala bentuk kegagaln akan mengarahakan seseorang untuk lebih mudah menerima kegagalan dan kesalahan yang mungkin terjadi dalam hidup. Seseorang akan belajar untuk bangkit dan melihat kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang.

5. Menghargai Autentisitas

Dengan berpikir bodo amat untuk bersikap bodo amat, seseorang tidak perlu terlalu memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya. Seseorang dapat menjadi lebih autentik dan berani mengekspresikan diri tanpa rasa takut akan penilaian seburuk apa pun dari orang lain.

6. Tidak Membuang-buang Waktu yang Berguna

Berpikir bodo amat untuu bersikap bodo amat akan mengarahkan seseorang untuk menggunakan waktu dan mengalokasikan waktu serta energinya hanya untuk hal-hal yang perlu, penting, prioritas dan benar-benar berarti bagi dirinya.

Jika dikembalikan pada topik memaafkan atau tidak memaafkan atas kesalahan orang lain, berpikir bodo amat untuk bersikap bodo amat terhadap permohonan maaf orang lain juga dapat kembalikan pada konsep "sebuah seni untuk bersikap bodo amat" ala Mark Mansion, pilihannya ada pada jawaban atas pertanyaan, apakah seseorang dapat menikmati hidup dan bahagia dengan memaafkan? atau, apakah seseorang dapat menikmati hidup dan bahagia dengan tidak memaafkan? 

   

Referensi

https://kumparan.com/kumparannews/polling-jokowi-minta-maaf-ke-masyarakat-indonesia-dimaafkan-23FUp4Am4Ff/full

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun