Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena 'Klipklop', Ketika Kapasitas Akal Budi Bertemu Pemicunya

10 Agustus 2024   11:23 Diperbarui: 10 Agustus 2024   11:46 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Shopping_Bag@kanibalBag/ id.carousell.com

Dari sebuah ruang stensil digital yang menunjukkan adanya interaksi dialog mengandung topik stensilan, diperoleh informasi tentang seorang wanita yang mengalami kondisi kelainan seks atau penyimpangan seks sejak masa remaja. 

Ia mengaku sebagai seorang lesbian. Wanita dengan perawakan gemoy itu mengatakan bahwa pada masanya ia kesulitan untuk menemukan pasangan yang sesuai dengan hasratnya. Dulu ia hanya mengenal cewek tomboi untuk bisa menduga bahwa seseorang mempunyai hasrat yang sama. Di ruang itu ia memperkenalkan diri dengan nama Miska. 

Tetapi seiring ditemukannya teknologi informasi berbasis internet yang menghadirkan dunia digital, Miska layak mengucap satu pribahasa, "Pucuk dicinta ulam pun tiba", yang artinya mendapat sesuatu yang telah lama diharapkan atau lebih dari harapan. 

Kini di ranah digital, melalui media platform digital atau platform media sosial, Miska dengan mudah bisa menemukan pasangan yang sesuai dengan hasratnya bahkan tanpa harus menduga-duga sebab terdapat berbagai komunitas, klub, forum, kelompok atau ruang-ruang yang di dalamnya berkumpul orang-orang dengan orientasi seksual yang sama. 

Dari ruang-ruang itulah dengan gampang pula Miska bisa membedakan penyebutan untuk masing-masing peran dalam konteks gender. Sehingga ia tak lagi sekadar mengenal penyebutan cewek tomboi untuk mengetahui bahwa orang-orang yang ditemuinya, satu circle dengannya, melainkan sudah mengenal istilah yang lebih jelas untuk disebut dan dibedakan. 

Istilah yang sudah mulai digunakan oleh Miska dalam berhubungan dengan sesamanya. Yaitu butchy atau buci, istilah ini digunakan untuk wanita dalam kategori memiliki sosok maskulin dengan ciri-ciri berpenampilan layaknya seorang pria, berperan sebagai pria. Femme, istilah yang digunakan dalam hubungan lesbian untuk wanita dalam kategori memiliki sosok feminin berpenampilan layaknya seorang wanita pada umumnya. Andro istilah dalam kategori sosok wanita yang bisa keduanya. Maksudnya bisa menjadi andro butchy atau andro femme. 

Cerita Miska di ruang stensil adalah satu dari sekian juta cerita lainnya dengan kesulitan yang sama pada awalnya, dalam menemukan pasangan berkelainan seksual. Kesulitan yang berbatas dengan norma kebaikan, adat lokal, moral, agama, dan hukum formal, yang kemudian berupaya ditahan, disembunyikan dan diendapkan di akalbudi dalam kategori virus akalbudi. 

Cerita-cerita dalam hasrat yang belum terlampiaskan sempurna dan terendap di akalbudi adalah proses terbentuknya bagian dari kapasitas akalbudi yang masuk dalam kategori virus akalbudi, dan selanjutnya disebut 'klip'.

Proses pertemuan antara klip satu dan klip lainnya di ranah digital melalui platform digital atau media sosial  selanjutnya dapat disebut sebagai 'klop'. 

Terbentuknya 'klip' atas keinginan atau hasrat Miska yang belum terlampiaskan sempurna, selain menjadi salah satu fenomena klipklop, sekaligus menunjukkan bahwa ia sedang berperilaku baberdos (bangga berbuat dosa). Lalu apa yang dimaksud dengan klipklop? 

Untuk lebih memahami klipklop, ada sebuah cerita tentang sepatu yang dikenal dengan merek Carvil. Bagi Carvil, salah satu sepatu berjenis boat berbahan kulit asli dan berpengikat tali kulit yang juga asli dengan ujung simpul identik prusik, dan bersol karet mentah, sudah dianggap klasik, jadul atau usang sehingga tak lagi diproduksi. 

Tapi sepertinya boleh dibilang keputusan Carvil mengubur model sepatu berjenis boat untuk selamanya, keliru. Seharusnya Carvil berani mengambil langkah untuk melakukan produksi ulang dengan sentuhan strategi marketing terkini. 

Sebab sepatu keluaran Carvil berjenis boat pernah hit ditahun 90-an. Kala itu, sepatu berjenis boat bermerek Carvil disukai oleh kalangan muda dan banyak diburu untuk dimiliki karena mempunyai tampilan elegan, classy dan kasual.

Maka selayaknya kebanyakan kaum muda lain, yang tergoda oleh suatu produk tren di masyarakat, ketika itu saya menempatkan sepatu Carvil jenis boat di rak utama akalbudi. 

Pasalnya, sejak mula melihat desain dan model sepatu Carvil jenis boat, jika boleh disebut sebagai rasa cinta, kepada sepatu Carvil jenis boat itulah rasa cinta saya berlabuh pertama kali untuk produk sepatu. 

Hanya saja, meskipun besar keinginan untuk memiliki dan memakai produk tersebut, yang terus terbayang dan terngiang di kepala hingga berbulan-bulan kemudian, sepatu Carvil jenis boat cuma berakhir mengendap dan bersembunyi di balik kapasitas akalbudi saya. Sampai tiba masanya nanti akan membuncah keluar dari akalbudi ketika bertemu pemicunya, yakni sepatu berjenis boat dengan tampilan yang sama; elegan, classy dan kasual. 

Proses jatuh cintanya saya pada sepatu Carvil berjenis boat, yang sangat ingin memiliki dan memakainya tetapi belum mampu membelinya dan berakhir di akalbudi merupakan pembentukan klip, yang masuk ke kategori umum dalam kapasitas akalbudi. 

Ciri utama dari sepatu jenis boat terlihat pada tali yang terkesan mengelilingi seluruh sepatu. Selain memberi kesan muda, sepatu jenis boat Carvil juga terlihat formal. Karena itulah pada masa jayanya digandrungi kaum pelajar dan orang kantoran. 

Menurut saya, letak kekeliruan Carvil adalah mengubur produk berjenis sepatu boat tanpa berupaya menghidupkannya kembali dengan sedikit perubahan dan inovasi strategi pasar. Karena bagi saya, yang baru bisa mempunyai sepatu Carvil jenis boat diakhir masa jayanya adalah fenomena klipklop. Sama sekali di luar dugaan. 

Bukan saja di luar dugaan tetapi juga di luar jangkauan daya beli. Karena buat saya, yang hanya seorang pelajar di masa itu,  harapan untuk memiliki sepatu idaman jenis boat dari Carvil terbilang mustahil. 

Namun momentum klop tiba-tiba datang pada saya setelah berbulan-bulan keinginan akan sepatu Carvil jenis boat tersimpan di akalbudi. Seorang paman dari pihak ibu dalam sebuah obrolan keluarga berkata pada ibu saya pada akhir sesi, "Saya baru dapat rezeki. Saya mau berbagi. Kakak dan anak-anak mau dibelikan apa?"

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Ibu saya mengarahkan jawaban pada kami, anak-anaknya. Biar kami yang menentukan mau dibelikan apa. Sementara ibu menolak, adik dan kakak saya menyebut sebuah barang yang sedang diinginkan. Maka tanpa ragu dan dengan lantang saya menyebut sepatu Carvil jenis boat. 

Saya masih ingat saat pada akhirnya ikut mengantar paman ke Topaz (Tomang Plaza) di jalan Kyai Tapa, Jakarta Barat (sekarang Roxy Square) untuk membeli pesanan kami. Saya juga ingat kalau adik saya ternyata memesan sepatu yang sama. Momentum terwujudnya keinginan saya akan sepasang sepatu Carvil jenis boat itulah yang disebut klipklop.

Klipklop diambil dari dua kata klip dan klop. Klip berarti alat untuk menjepit lembaran kertas menjadi satu, dibuat dari kawat atau plastik. Sedangkan klop memiliki arti sesuai dengan yang seharusnya (tidak kurang dan tidak lebih) atau sesuai dengan apa yang telah dikatakan orang sebelumnya; cocok. 

Merujuk dari salah satu arti kata klip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), klip yang dimaksud dalam konteks klipklop ibarat menyusun lembaran-lembaran kertas untuk membuat proposal, skripsi, tesis, disertasi, artikel ilmiah, MoU (Memorandum of Understanding) atau bentuk tulisan lainnya ke dalam satu jilid yang diklip sebelum mendapat verifikasi dan validasi lewat tanda tangan, sidang, pengujian, cap bermaterai, persetujuan atau pengesahan. 

Berdasarkan rujukan tersebut, klip berarti proses pengumpulan atau penyimpanan (pengendapan) pengetahuan, informasi, produk, tren, ide, perilaku, kebutuhan, keinginan atau hasrat yang belum terlampiaskan atau terwujud sempurna di akalbudi yang menjadi bagian dari dan akan membentuk kapasitas akalbudi, yang dengannya dapat meningkatkan mutu atau justru membelokkan hidup seseorang.   

Sementara klop dimaksudkan sebagai kehadiran media perantara, momentum atau objek sasaran apa pun yang akan menjadi pemantik mencuatnya klip ke permukaan akalbudi untuk mengambil atau menempatkan dirinya untuk berkesesuaian dengan klip lainnya atau dengan melepas pelampiasan diri atas pengetahuan, informasi, produk, tren, ide, perilaku, kebutuhan, keinginan atau hasrat yang tersimpan kepada yang seharusnya. 

Jadi, klipklop adalah ketika pengetahuan, informasi, produk, tren, ide, perilaku, kebutuhan, keingin atau hasrat yang belum sempurna terlampiaskan atau terwujud dan tersimpan di akalbudi tersampaikan pada waktunya saat bertemu media perantaranya, momentumnya atau objek sasarannya kepada yang seharusnya. 

Dalam cerita Miska, ketika perilaku kelainan seksnya (lesbian) belum terlampiaskan atau terwujud sempurna dan masih tersimpan di akalbudi kemudian bertemu media internet (media perantara) sehingga dengan mudah mempertemukannya dengan orang-orang berhasrat sama, tersampaikan. Inilah klipklop. 

Pada cerita sepatu Carvil jenis boat, tren produk sepatu yang menjadi keinginan saya dan belum terlampiaskan atau terwujud serta masih menggantung di akalbudi lalu bertemu momentum dengan kehadiran seorang paman yang ingin berbagi rezeki akhirnya tersampaikan adalah klipklop. 

Tetapi ada fakta klipklop yang seringkali terjadi dan justru menimbulkan tragedi adalah tersimpannya informasi yang masuk dan tersimpan ke dalam akalbudi sebagai bagian dari bentuk emosional; dendam, sehingga walaupun terdapat proses memaafkan lalu melupakan, kenyataannya tidak demikian. 

Banyak kasus klipklop yang mengemuka setelah klip dendam dalam akalbudi seseorang yang ternyata masih bersembunyi dan tersimpan bertemu dengan objek sasarannya, yang menunjukkan bahwa banyak perseteruan, polemik, rasa kecewa dan sakit hati seseorang hanya menampakkan kata memaafkan di permukaannya saja, tapi sesungguhnya belum bisa melupakan. Di titik inilah, fenomena klipklop patut diwaspadai.    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun