Untuk lebih memahami klipklop, ada sebuah cerita tentang sepatu yang dikenal dengan merek Carvil. Bagi Carvil, salah satu sepatu berjenis boat berbahan kulit asli dan berpengikat tali kulit yang juga asli dengan ujung simpul identik prusik, dan bersol karet mentah, sudah dianggap klasik, jadul atau usang sehingga tak lagi diproduksi.Â
Tapi sepertinya boleh dibilang keputusan Carvil mengubur model sepatu berjenis boat untuk selamanya, keliru. Seharusnya Carvil berani mengambil langkah untuk melakukan produksi ulang dengan sentuhan strategi marketing terkini.Â
Sebab sepatu keluaran Carvil berjenis boat pernah hit ditahun 90-an. Kala itu, sepatu berjenis boat bermerek Carvil disukai oleh kalangan muda dan banyak diburu untuk dimiliki karena mempunyai tampilan elegan, classy dan kasual.
Maka selayaknya kebanyakan kaum muda lain, yang tergoda oleh suatu produk tren di masyarakat, ketika itu saya menempatkan sepatu Carvil jenis boat di rak utama akalbudi.Â
Pasalnya, sejak mula melihat desain dan model sepatu Carvil jenis boat, jika boleh disebut sebagai rasa cinta, kepada sepatu Carvil jenis boat itulah rasa cinta saya berlabuh pertama kali untuk produk sepatu.Â
Hanya saja, meskipun besar keinginan untuk memiliki dan memakai produk tersebut, yang terus terbayang dan terngiang di kepala hingga berbulan-bulan kemudian, sepatu Carvil jenis boat cuma berakhir mengendap dan bersembunyi di balik kapasitas akalbudi saya. Sampai tiba masanya nanti akan membuncah keluar dari akalbudi ketika bertemu pemicunya, yakni sepatu berjenis boat dengan tampilan yang sama; elegan, classy dan kasual.Â
Proses jatuh cintanya saya pada sepatu Carvil berjenis boat, yang sangat ingin memiliki dan memakainya tetapi belum mampu membelinya dan berakhir di akalbudi merupakan pembentukan klip, yang masuk ke kategori umum dalam kapasitas akalbudi.Â
Ciri utama dari sepatu jenis boat terlihat pada tali yang terkesan mengelilingi seluruh sepatu. Selain memberi kesan muda, sepatu jenis boat Carvil juga terlihat formal. Karena itulah pada masa jayanya digandrungi kaum pelajar dan orang kantoran.Â
Menurut saya, letak kekeliruan Carvil adalah mengubur produk berjenis sepatu boat tanpa berupaya menghidupkannya kembali dengan sedikit perubahan dan inovasi strategi pasar. Karena bagi saya, yang baru bisa mempunyai sepatu Carvil jenis boat diakhir masa jayanya adalah fenomena klipklop. Sama sekali di luar dugaan.Â
Bukan saja di luar dugaan tetapi juga di luar jangkauan daya beli. Karena buat saya, yang hanya seorang pelajar di masa itu, Â harapan untuk memiliki sepatu idaman jenis boat dari Carvil terbilang mustahil.Â
Namun momentum klop tiba-tiba datang pada saya setelah berbulan-bulan keinginan akan sepatu Carvil jenis boat tersimpan di akalbudi. Seorang paman dari pihak ibu dalam sebuah obrolan keluarga berkata pada ibu saya pada akhir sesi, "Saya baru dapat rezeki. Saya mau berbagi. Kakak dan anak-anak mau dibelikan apa?"