Bagi sebagian besar masyarakat yang sedang menyoroti kasus Vina-Eky Cirebon, apa yang tersaji di televisi dan/atau ruang digital sungguh sangat mencengangkan sekaligus prihatin. Reaksi itu menyusul apa yang diungkapkan oleh Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Sandi Nugroho pada jumpa pers, Kamis, 20 Juni 2024, yang mengatakan  bahwa proses penyidikan di 2016 oleh penyidik sudah sesuai dengan ketentuan dan tidak melanggar etik.Â
Lebih mencengangkan lagi saat dalam konferensi pers tersebut, ditunjukkan barang bukti petunjuk berupa foto keluarga yang di dalamnya terdapat foto tersangka, yang bagi sebagian besar ahli hukum dan masyarakat tidak memiliki korelasi terhadap penetapan sebagai tersangka.Â
Terlebih ketika bukti petunjuk foto yang ditayangkan dikonfrontir masyarakat ke sejumlah ahli hukum, kesaksian dan berbagai petunjuk digital yang dikemukakan oleh banyak netizen, ketidaklogisan keterkaitan antara foto dengan penetapan tersangka semakin jelas.Â
Sementara dari sudut pandang perilaku sosial digital, apa yang sedang dilakukan dalam konferensi pers tersebut cenderung menjadi bagian dari upaya untuk menciptakan ruang disorientizen. Yaitu sebuah ruang digital untuk memecah konsentrasi publik digital atau warganet terhadap waktu, tempat dan orang sehingga mengubah persepsi dan penilaian salah atau benar, baik atau buruk, fakta atau fiktif, jujur atau bohong, bukti atau bukan, dan dualisme penilaian pembanding lainnya, yang tentunya untuk berharap mendapatkan dukungan ulang terhadap kasus. Apa makna disorientizen sesungguhnya?Â
Disorientizen adalah kondisi seseorang atau sekelompok orang yang kehilangan kemampuan mengenali lingkungan (ruang, waktu dan orang) di dunia digital oleh sebab terhambatnya kemampuan nalar melogiskan ruang, waktu dan orang dalam interaksi media sosial.Â
Ketidakmampuan nalar mengejar kecepatan teknologi menjadi penyebab seseorang atau sekelompok orang mengeluarkan argumentasi yang bersifat apologi, kesepemahaman yang berbeda atau sama sekali tidak memahami konten atau konteks. Tentu bisa dibayangkan apa tujuannya ketika ruang disorientizen ini sengaja diciptakan?Â
Untuk lebih memahami ruang disorientizen (disorientizen chamber)Â yang cenderung coba diciptakan atau tercipta dengan sendirinya di dunia digital di kasus Vina-Eky Cirebon diawali dengan hilangnya kepastian detik, menit dan jam dalam waktu kejadian. Sebab semua informasi pasti tentang waktu kejadian hanya mengarah pada tanggal kejadian saja, yaitu tanggal 27 Agustus 2016.Â
Sedangkan untuk kepastian detik, menit dan jam terdapat banyak perbedaan antara seorang saksi dengan saksi lainnya atau antara satu sumber berita dengan sumber berita lainnya.Â
Salah satu contoh terciptanya disorientizen waktu adalah ketika terhitung sejak film "Vina Sebelum 7 hari" tayang perdana di bioskop pada tanggal 8 Mei 2024, seharusnya jarak antara tanggal kejadian kasus ke tanggal tayangan perdana filmnya, kurang lebih 7 tahun 4 bulan 11 hari atau belum masuk ke tahun ke 8 yang akan jatuh di tanggal 27 Agustus 2024.Â
Tetapi di titik itu, disorientizen mulai terbaca saat sejumlah orang mengatakan bahwa kasus sudah berjalan 8 tahun bahkan ada yang menyebutnya 9 tahun. Padahal perlu diingat, waktu dapat mengubah apapun hanya dalam hitungan detik.