Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Butus: Kebutuhan Sosial dan Aktualisasi Diri di Generasi Topping

31 Mei 2024   05:46 Diperbarui: 3 Juni 2024   10:13 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dok. Pribadi

Bayangkan suatu kejadian ketika bayi berusia satu tahun tersedak karena di dalam mulutnya terdapat benda, yang ternyata sebuah tutup botol air mineral. Mirisnya, kejadian itu terjadi karena kelengahan seorang ibu yang beralih ke ponselnya hanya untuk melakukan update status di tengah aktivitasnya mengasuh sang bayi.

"Coba spill quote ucapan selamat hari kelahiran yang bagus dong! Butus nih!", sebaris kalimat ini merupakan contoh kalimat update status yang akan dijadikan status di tab pembaruan (update) pada platform WhatsApp, yang sebelumnya bernama tab status. Baris kalimat itu bermaksud meminta kepada siapa saja dalam daftar kontak di platform WhatsApp yang melihatnya agar memberikan quote yang bagus tentang ucapan selamat atas hari kelahiran, yang nantinya akan dijadikan update status di berbagai platform media sosial atas hari kelahiran seorang bayi. 

Pada contoh baris kalimat update status yang bermaksud meminta quote ucapan selamat hari kelahiran yang bagus pada daftar kontak di WhatsApp itu, terdapat penegasan; "Butus nih!. Penegasan tersebut menandakan bahwa permintaan quote ucapan selamat hari kelahiran dibutuhkan oleh orang yang melakukan update status untuk maksud mendapatkan quote ucapan hari kelahiran yang bagus, yang bertujuan menjadikan quote ucapan hari kelahiran yang didapatkannya sebagai status untuk kembali melakukan update status di platform WhatsApps atau platform media sosial lainnya di lain waktu. 

Butus dalam interaksi sosial digital menjadi bagian dari kebutuhan sosial dan aktualisasi diri bagi generasi topping yang pemenuhannnya hanya dapat dilakukan melalui aktivitas update status atau membagikan informasi pribadi, emosi maupun informasi lain di berbagai platform media sosial dengan atau tanpa maksud dan tujuan tertentu. 

Jadi, butus adalah aktivitas update status atau membagikan informasi pribadi, emosi maupun informasi lain di berbagai platform media sosial dengan atau tanpa maksud dan tujuan. Sederhananya, butus adalah aktivitas pembaruan status di media sosial.  

Perlu diketahui, dalam teori kebutuhan Maslow, kebutuhan aktualisasi diri cenderung cuma dapat dicapai atau dipenuhi oleh orang-orang yang telah berhasil memenuhi keempat tingkat kebutuhan di bawahnya. 

Di dunia digital, melalui butus, kebutuhan aktualisasi diri sebagai tingkat kebutuhan tertinggi dapat dipenuhi tanpa harus memenuhi empat tingkat kebutuhan di bawahnya. Di generasi topping, banyak hal bisa terlompati begitu saja dengan tidak mengikuti alur bertingkat atau proses bertahap di bawahnya.

Butus adalah bentuk pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri yang sederhana, mudah, murah, dan bisa dipenuhi meskipun kebutuhan empat tingkat di bawahnya belum terpenuhi. Luar biasanya, butus dapat memberikan kepuasan batin, jawaban atas pertanyaan, masukan, ide, problem solving, respon baik, solusi, atensi positif sampai insentif bisa didapat oleh seseorang atau kelompok orang dari aktivitas butusnya.  

Berita buruknya, butus juga bisa menimbulkan masalah, mengundang kebencian, hujatan, perundungan, pengucilan, pemblokiran, berbagai respon dan atensi negatif, cancel culture hingga kejatuhan yang di generasi topping disebut balakazam. 

Oleh sebab itu, patut dicermati pula, bahwa butus yang dilakukan secara berlebihan, tidak dapat dikendalikan atau di luar batas tidak lagi dapat disebut sebagai sekadar memenuhi kebutuhan sosial atau aktualisasi diri, melainkan mempunyai kecenderungan gangguan terhadap psikologis seperti gangguan kecemasan, kesepian, menimbun banyak masalah hingga terindikasi mengalami stres atau depresi. Butus yang demikian dapat masuk pada konteks budak alias budak status atau dalam kata populernya disebut sebagai oversharing.          

Dilansir dari freshuinjkt.com, menurut Tiara Diah Sosialita M.Psi Psikolog, seorang dosen Psikologi di Universitas Airlangga (Unair), oversharing adalah kondisi ketika seseorang tidak bisa membatasi diri sendiri dalam membagikan informasi pribadinya kepada publik. Banyak motif yang menyebabkan seseorang melakukan oversharing, misalnya tidak mendapatkan perhatian dari orang tua dan lingkungan, tidak pernah diapresiasi, kesepian atau motif lain pada kehidupan offline-nya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun