Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pahami KPR! Jangan Menunda Menikah agar Tak Banting Tulang di Usia Lanjut!

3 Mei 2024   07:18 Diperbarui: 3 Mei 2024   09:46 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Freefik/sewcream/kompas.com

Bila seorang individu belum, tidak atau sudah mengetahui konsep diri, prinsip dan rencana hidup tetapi tidak atau belum memahami atau tidak peduli dalam penerapannya sehingga terjadi kekeliruan, kesalahan dan penyimpangan dalam kenyataannya, maka jangan berharap 3 (p0in) keinginan pada bahasan topik yang menjadi bagian dari teori kebutuhan Abraham Maslow bisa terwujud. 

Informasi ini kemudian menjadi petunjuk betapa pentingnya memahami konsep diri, prinsip dan rencana hidup (KPR) bagi setiap individu sejak usia dini agar tak mengalami keterlambatan (menunda menikah) berkeluarga, gagal memiliki rumah dan tetap banting tulang (bekerja)  di usia lanjut. 

Individu yang tak mengetahui apalagi tak memahami KPR (konsep, prinsip dan rencana) akan kehilangan kendali dalam hidupnya, berbelok arah atau menyimpang sebab tak ada visi, misi dan tujuan hidup.  Di titik itu individu tersebut tentu tidak mengkonsep dirinya untuk dapat menikah di rentang usia yang tepat untuk menikah.

Jikapun menikah di rentang usia yang tepat, ia tak mempunyai prinsip dan tujuan hidup sehingga mudah pisah atau cerai bahkan hanya karena hal sepele. Seperti yang ditunjukkan oleh data perceraian yang terus meningkat di beberapa wilayah sebagai pertanda bahwa KPR belum diketahui terlebih dipahami. 

Jangan seperti saya! Iya, saya termasuk individu yang belum mendapatkan pengetahuan, pembelajaran atau petuah secara personal terkait konsep diri, prinsip hidup dan rencana hidup (KPR) sehingga saya merasa normal-normal saja meski belum menikah hingga usia 40an ketika itu. 

Padahal secara mental dan psikologis saya telah cenderung memiliki kapasitas yang rendah dan bisa dikategorikan menyimpang dari konsep diri, prinsip hidup terutama tak memiliki tujuan hidup yang jelas. Sampai tiba di satu titik ketika saya mulai mengetahui dan memahami KPR di awal usia kepala empat, semua menjadi serba terlambat. 

Saya terlambat menikah, belum punya rumah termasuk tipe KPR (Kredit Perumahan Rakyat) yang selalu gagal karena persyaratan sisa masa kerja tidak mencapai masa tenornya, dan terbayang masih akan mencari lowongan kerja lansia kelak di usia lanjut, serta tetap banting tulang (bekerja). Sebab saya masih membutuhkan biaya untuk kedua anak yang kini baru berusia balita di usia saya yang memasuki kepala lima. 

Perjuangan hidup saya kelak belum akan berhenti atau tiba dengan bayangan santai dan tenang beribadah di rumah sendiri di usia lanjut. Inilah yang menjadi alasan kuat mengapa harus ada larangan jangan menunda menikah bagi generasi yang saat membaca artikel ini masih berusia remaja atau muda. Lebih khusus untuk anak-anak saya nanti, semoga mereka berkesempatan membaca dan memahami artikel ini.  

Tentu berbeda sikap atau respon bagi mereka yang telah meng-KPR dirinya dengan tidak akan menikah atau memilih hidup selibat, child free, atau tetap mau bekerja di usia senja karena menyukai, mencintai atau mau mengisi masa tua dengan kesibukkan kerja. 

Meskipun demikian, saya percaya bahwa nasib suatu kaum (individu) tidak akan berubah bila kaum (individu) tersebut tidak berusaha untuk mengubahnya. Maka motivasi, doa, usaha dan keyakinan individu saya mengatakan bahwa selama ada niat dan upaya tindakan mengubah nasib, keterlambatan menikah dan dikaruniai anak akan segera disempurnakan dengan anugerah kepemilikan rumah dan rezeki berlimpah yang dapat menempatkan diri saat menginjak usia lanjut berada di posisi santai dan tenang melaksanakan ibadah. 

Hanya setidaknya, pengalaman saya yang gagal meng-KPR (konsep, prinsip dan rencana hidup) diri sejak usia dini sampai menyebabkan telat menikah, belum berhasil memiliki rumah termasuk rumah KPR dan kemungkinan tetap bekerja di usia lanjut, bisa menjadi contoh untuk tidak ditiru karena faktanya slogan 'kecil bahagia, muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga' hanyalah utopia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun